Kesehatan

Remaja Bahagia Dan Sehat Jiwa Untuk Hadapi Tantangan Dunia

Pernah kan melihat dan mendengar percakapan anak-anak usia belasan? Pernah kah kalian amati sejenak bagaimanakah ekspresi dan cara bertutur kata mereka? Sopan kah? Gembirakah wajahnya? Atau malah mengeluarkan bahasa “tak pantas” dan terkesan penuh emosional? Mamak sengaja mengamati perilaku anak usia belasan saat mereka sedang asik bercengkerama dengan sesama temannya. Dan saat itulah, mak terkesiap kaget. Karena mereka memiliki kecenderungan berperilaku kasar dan berkata-kata yang tak semestinya bahkan mengeluarkan bahasa “kebun binatang” untuk menyapa temannya sendiri. 

Miris memang kenyataan yang terjadi. Kekasaran seakan-akan telah menyatu dengan perilaku anak jaman now. Memang tidak semuanya bersikap seperti itu. Namun sangat jarang ditemui anak usia belasan dengan tutur bahasa santun saat bercengkerama dan bercanda dengan temannya. Kenyataan ini membuat mak sebagai seorang ibu dari dua orang anak yang mulai beranjak dewasa dihinggapi kecemasan sekaligus dipenuhi berbagai pertanyaan kenapa hal tersebut dapat terjadi. Tidak cukup bahagiakah anak-anak usia belasan tersebut dalam hidupnya sehingga mereka cenderung ingin menunjukkan “keberadaan” mereka melalui sikap dominan dan terkesan seenaknya? Atau hal ini hanya semata mata karena dampak dari derasnya arus informasi dan canggihnya teknologi digital terhadap kehidupan mereka?
Tak dapat dipungkiri, derasnya arus informasi dan kehadiran tekhnologi digital memberikan dampak bagi anak-anak usia belasan ini. Entah itu dampak baik maupun buruk. Pernah enggak, kita sebagai orangtua mengamati bahwa anak jaman now ini memiliki kecenderungan tidak sabaran dalam menghadapi sesuatu dan sering bersikap reaktif? Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa anak jaman now di era digital lebih banyak menghabiskan waktu mereka di dunia maya.

Mereka lebih senang melewati harinya bersama smartphonenya. Bahkan sampai ada beberapa anak yang bersikap seolah-olah mengatakan bahwa smartphone adalah sahabat baru mereka. Bahkan sebagian dari mereka, para remaja merasa orang tua mereka tak lagi bisa menemani karena harus bekerja dari pagi sampai malam sehingga untuk mengatasi rasa kesepian yang mereka alami, anak-anak ini mengisi kesepiannya bersama smartphone atau pun perangkat digital yang dimiliki. 

Kondisi inilah yang menyebabkan mereka lebih rentan mengalami kejahatan cyber, cyber bullying, dan kecanduan game online yang bertema kekerasan bahkan pornografi. Kehadiran smartphone dalam kehidupan anak jaman now memang tak bisa dihindari. Smartphone ini memang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka tapi dampak negatifnya pun cukup bikin emak-emak yang notabene bertanggungjawab terhadap perkembangan perilaku dan attitude anak terutama remaja jadi mengelus dada. 
Dengan teknologi digital, anak-anak dapat memperoleh ilmu pengetahuan lebih mudah. Ingin mencari tahu hal apa saja, tinggal browsing dan bertanya pada embah gugel. Hidup menjadi lebih mudah dan praktis. Namun memberi dampak pergeseran perilaku pada anak-anak. Mereka mudah emosi, rentan stress dan menjadi tidak sabaran serta cenderung bersikap kasar. Sebenarnya bukan smartphone atau internetnya lah yang salah tapi karena terjadi kegagalan dalam menghadapi tantangan jaman. Orangtua gagal memberikan pendampingan dan arahan bagi si anak terutama pada usia remaja dalam menghadapi tantangan dan perkembangan dunia digital di era milenial ini.
Remaja atau anak muda yang gagal dalam menjawab tantangan zaman, berada dalam bahaya yang cukup mengkhawatirkan yaitu kemungkinan mengalami masalah kesehatan jiwa yang jika tidak dapat di deteksi dan ditangani secara dini dapat meningkatkan resiko timbulnya gangguan jiwa di kemudian hari. Dan ternyata gangguan mental emosional merupakan masalah yang cukup besar yang terjadi di Indonesia. Gangguan ini dapat terjadi sejak usia remaja. Disinilah peran keluarga sangat diperlukan untuk memperhatikan dan mendampingi remaja, memberikan arahan dan menjadikan keluarga sebagai tempat yang hangat bagi pertumbuhan fisik dan jiwa remaja sehingga gejala gangguan kejiwaan dapat dihindari sedini mungkin.
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2018, Young People And Mental Health in A Changing World

Ditengah kecemasan mamak memikirkan perkembangan mental dan perilaku anak-anak ditengah derasnya arus informasi dan teknologi digital yang pastinya akan membawa dampak perubahan pada cara pandang dan perilaku mereka, mamak berkesempatan menghadiri Temu Blogger Kesehatan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2018. Pas banget ini, tema yang diusung adalah ” Generasi Muda Yang Bahagia, Tangguh Dan Sehat Jiwa Menghadapi Perubahan Dunia.

Nara sumber Temu Blogger

Mamak tidak ingin dong anak-anak mamak yang menjelang remaja itu mengalami gangguan mental, krisis identitas, stress, depresi atau apalah itu namanya. Mamak ingin mereka dapat tumbuh sehat jiwa raga dan bahagia sehingga mampu menghadapi tantangan dunia seberat apapun itu. Temu Blogger ini menghadirkan Direktur Pencegahan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Dr.dr Fidiansjah, SpKJ ; Ketua PDSKJI Pusat dr. Eka Viora, SpKJ sebagai narasumber.


Sebelum masalah kesehatan jiwa pada remaja ini mamak bahas, terlebih dulu mamak ingin sedikit menjelaskan siapa sih yang disebut sebagai remaja ini?
Remaja adalah anak usia 10 – 19 tahun dan rentang usia ini merupakan fase yang unik dan formatif. Berdasarkan data yang ada, 1 dari 6 orang remaja mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa dan 16% global burden of disease and injury terjadi pada usia ini. Separuh dari kondisi kesehatan jiwa dimulai pada usia 14 tahun tapi sebagian besar kasus tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan pengobatan.

Perlu diketahui yah kalau bunuh diri merupakan penyebab ketiga terbesar kematian pada usia 15-19 tahun di dunia. Jika gangguan kesehatan jiwa ini tidak cepat-cepat diatasi dan berlanjut pada usia dewasa muda maka dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental serta terbatasnya kesempatan untuk mengisi kehidupan yang lebih baik pada usia dewasa. Banyak faktor yang menentukan kesehatan jiwa seorang remaja diantaranya yaitu faktor lingkungan, pengaruh media dan norma-norma gender, kualitas kehidupan dalam keluarga, hubungan dengan teman sebaya, serta tindak kekerasan yang mungkin pernah mereka alami seperti pola pengasuhan kasar, penganiayaan, kekerasan seksual, bullying serta masalah sosio-ekonomi.

Masa remaja adalah periode penting untuk mengembangkan dan mempertahankan kehidupan sosial dan emosional. Kebanyakan remaja memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik namun akibat perubahan emosi dan sosial termasuk akibat kemiskinan, abuse, atau tindak kekerasan dapat menyebabkan remaja rentan terhadap kesehatan jiwa. Hal ini seperti pemaparan yang disampaikan oleh dr. Eka. dr. Eka juga mengatakan bahwa tindakan promotif dan preventif kesehatan jiwa merupakan kunci untuk membantu remaja berkembang dengan baik. Sehat fisik dan jiwanya. Meningkatkan psychological well-being dan melindungi remaja dari pengalaman buruk, faktor resiko yang dapat memengaruhi potensi mereka untuk berkembang serta pengaruh teknologi digital, akan membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada saat dewasa nanti.

Senada dengan penjelasan dr. Eka, Dr.dr Fidi mengungkapkan bahwa dampingan dan arahan orangtua pada remaja akan sangat memengaruhi perkembangan kesehatan jiwanya. Orangtua harus mampu menempatkan dirinya disisi remaja. Memperlakukan remaja sebagai temannya sehingga mereka memperoleh kenyamanan dan perlindungan dari keluarganya hingga tumbuh dengan penuh percaya diri. Kehadiran smartphone ditengah-tengah kehidupan remaja memang tidak bisa dihindari tapi orang tua harus mampu mengarahkan dan memegang kendali atas anaknya sehingga anak remaja bisa hidup bahagia, lepas dari ketergantungan terhadap gadget dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Mendengar pemaparan dr.Eka dan Dr.dr. Fidi, mamak jadi bertanya sendiri, sudahkah anak-anak mamak bahagia dengan hidupnya? Sudahkah mamak menjadi teman untuk anak-anak mamak? Sudahkah hak anak-anak untuk hidup layak secara materi dan rohani telah mamak berikan? Ternyata masih banyak pe-er yang harus mamak selesaikan sebagai orang tua supaya anak mamak dapat hidup bahagia lahir batin dan menjadi pribadi yang tangguh dalam menjawab berbagai tantangan jaman.

Peserta Temu Blogger Kesehatan

10 Comments

  1. Remaja termasuk kelompok rentan juga ya dalam era teknologi ini. Semoga tulisan ini juga akan membuka wawasan moms yang punya anak remaja. Dengan menjadi teman saling menghormati peran masing-masing akan menjadi sinergi yang nyaman buat perkembangan jiwanya.

  2. Memang harus benar2 dijaga ya anak2 saat pakai gadget. Kontrol gtu.
    Trus usahakan sbg ortu dekat sama anak, jd kalau ada apa2 yg gak diinginkan saat mereka berkelana di dunia maya, mereka akan kembali ke kita buat curhat2 gtu…

  3. anakku masih 2 tahun tapi aku worry banget dengan lingkungan yang akan dia temui di zaman remajanya kelak. Apalagi kalau liat remaja zaman now dengan perkembangan era digital yang makin deras. Semoga anak-anak Indonesia bisa selalu terjaga kesehatan mentalnya ya Mak

  4. aku suka banget temanya kebetulan aku gabung sama temwn2 penggiat mental health juga dan susah banyak kasus yg gak tertolong hikss sedih

  5. Makanya anak anak remaja zaman now perlu pendampingan ketat dari orang tua ya. Bukan membatasi pergaulan sih, tapi bagaimana caranya membuat anak tsb nyaman bercerita apapun pada orangtuanya yaaa….

  6. Ya Mak memang serem banget kalau ada anak yang teryata mengalami gangguan jiwa dan orangtua tak sadar. Tekanan jaman sekarang emang berat sih ya Mak. Smoga anak anak dan keturunan kita terlindungi ya. Aamin

  7. Ngeri ya remaja saat ini. Saya sebagai ibu dua orang anak remaja laki² pun kadang was². Gimana ga, bener bgtt mba… smartphone selalu membuat mereka serius dibanding mendengarkan emaknya ngoceh. Semoga anak² bisa terhindar dari penyakit jiwa. Sebagai ibu emang kadang perlu cerewet, tapi tak apa demi anak agar ga selalu fokus pada smartphone nya

  8. Bener banget Mak, di tempat tinggal saya pun masyaa Allah kata2 yg keluar dari mulut mereka sangat nggak pantas banget, segala macam disebut termasuk nama hewan. Ini tentu saja menjadi PR buat orangtua agar dapat mengarahkan anak2 ke hal yang positif ya Mak

  9. Seram kondisi saat ini dunia remaja meski sejak dulu juga seram sih. Jaman ksn bolak balik aja, semoga anak anak kita sehat lahir dan batin aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button