KesehatanParenting

Pemenuhan Hak Kesehatan Anak Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Anak merupakan pelipur lara bagi orang tuanya. Anak adalah generasi penerus bangsa yang nantinya akan menentukan masa depan negeri ini. Apa jadinya republik ini jika generasi penerusnya mengalami banyak penderitaan, kurang gizi dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Saya sendiri sering merasa miris melihat anak-anak seumuran anak saya yang kecil, sekitar 7-8 tahun, berada di perempatan jalan raya untuk mengamen. Tubuh mereka yang kurus, lusuh dan jauh dari kesan bersih nampak menambah semrawutnya wajah negeri ini.

Saya tidak dapat mengerti, bagaimana bisa anak sekecil itu sudah wara wiri dijalanan besar ibukota? Kemanakah orang tua mereka? Orang yang bertanggung jawab terhadap diri anak-anak tersebut. Saya langsung teringat film Bunga Citra Lestari dan Joe Taslim baru-baru ini yang mengisahkan tentang anak jalanan. Apakah kisah yang saya lihat di layar kaca itu memang benar-benar mencerminkan kondisi sebenarnya yang terjadi di negeri ini?

“Badan Pusat Statistik: jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2017 sebanyak 27,77 juta orang dan 11 juta jiwa dari total penduduk miskin tersebut adalah anak-anak”.

Bila merujuk data dari BPS tersebut, terlihat jelas bahwa  masih banyak anak Indonesia yang belum dapat menikmati haknya secara baik. Hak tumbuh kembang, hak mendapatkan kesehatan, pendidikan serta kehidupan yang layak. Menurut Unicef salah satu indikator tidak terpenuhinya hak-hak dasar anak adalah jika anak tidak mendapat gizi seimbang.

Pemenuhan gizi tidak seimbang pada anak salah satunya dikarenakan tingkat ekonomi yang rendah. Kemiskinan membuat anak tidak mendapatkan pemenuhan gizi seimbang. Jumlah anak Indonesia saat ini sekitar 84 juta jiwa dan seperempat diantaranya berada dalam garis kemiskinan.

Berkaitan dengan pemenuhan gizi tak seimbang pada anak, kemarin tanggal 7-8-2017, saya menghadiri diskusi publik Hari Anak Nasional 2017 bertempat di Aula Gedung A Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta. Diskusi Publik yang bertema tentang pemenuhan hak kesehatan anak untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.

Penampilan Anak-anak SD Cugenang, Cianjur. Anak-anak Dengan IQ Tinggi

Hadir dalam acara diskusi publik tersebut yaitu Dr. Leny Nurhayati Rosalin (Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak), Dr. Eni Gustina MPH (Direktur Kesehatan Keluarga KeMenKes RI), Dewi Setyarini (Komisi Penyiaran Indonesia Pusat), dan Dr.dr.TB Rachmat Sentik, SpA MARS (Anggota Satgas Perlindungan Anak dan UKK Tumbuh Kembang IDAI). Mereka membahas mengenai pentingnya pemenuhan hak kesehatan anak termasuk hak mendapatkan asupan gizi yang seimbang guna menciptakan anak sebagai generasi emas 2045.

Dr. Eni Gustina MPH mengatakan bahwa salah satu penyebab anak tidak mendapatkan asupan gizi seimbang adalah maraknya iklan-iklan ditelevisi yang menyesatkan dan berita-berita hoax yang diterima mentah-mentah oleh masyarakat awam tanpa diteliti lebih dulu kebenarannya. Salah satu bentuk iklan menyesatkan seputar gizi anak adalah tentang susu kental manis. Susu kental manis pada dasarnya adalah gula yang dipadukan dengan lemak namun dalam iklan, ditampilkan seolah-seolah sebagai susu.

Iklan susu kental manis menjerumuskan ibu-ibu dalam pemahaman yang keliru. Susu kental manis bukanlah susu dan tidak boleh dikonsumsi oleh bayi dan balita. Namun kenyataannya, dalam iklan yang ditampilkan ditelevisi, susu kental manis seolah-olah adalah susu. Susu kental manis mengandung kadar gula dan lemak yang tinggi. Kebayangkan apa yang akan terjadi jika bayi dan balita mengkonsumsi susu kental manis setiap hari. Apalagi sebagai pengganti ASI.

Di pelosok negeri ini masih banyak ditemui ibu-ibu  yang memberikan bayi atau balitanya susu kental manis memakai botol susu. Mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bahaya gula dan lemak yang terkandung dalam susu kental manis. Mereka berpikir bahwa susu kental manis adalah susu.

Selain iklan susu kental manis yang menyesatkan, masih banyak lagi iklan makanan untuk anak yang cukup menyesatkan. Seperti iklan minuman buah. Iklan produk minuman buah tersebut menyebutkan bahwa minuman buah ini dilengkapi dengan vitamin dan mineral yang sangat diperlukan tubuh. Padahal kenyataannya minuman buah tersebut mengandung sacharin dan pengawet yang sangat merugikan kesehatan anak. Karena iklan minuman buah tersebut, ibu-ibupun merasa tenang memberikan minuman tersebut pada anaknya setiap hari dan lupa pada komposisi makanan.

Dr. Rahmat menambahkan bahwa gencarnya promosi makanan dan minuman dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi akan berdampak pada pola pikir masyarakat. Masyarakat diharapkan kritis terhadap beberapa jenis makanan yang dapat mengganggu kesehatan anak dan balita.

Selayaknya, seorang ibu akan memberikan semua yang terbaik untuk keluarganya termasuk pemenuhan gizi seimbang untuk buah hatinya. Dr. Lenny menjelaskan bahwa di Indonesia banyak terjadi kasus anak memiliki tubuh kecil dari umurnya. Hal ini disebabkan si anak tidak menerima asupan gizi seimbang. Disinilah peran serta orangtua sangat dibutuhkan. Orang tua harus memastikan anak-anak terpenuhi haknya termasuk hak memperoleh gizi dan nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh.

Maraknya iklan dan tontonan yang berimbas negatif untuk anak-anak sebenarnya telah diupayakan KPI untuk tidak ditayangkan di jam-jam tontonan anak-anak. Menurut Dewi Setyarini dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), KPI telah mengatur tontonan dan iklan sesuai dengan jam penayangannya. Ada jam-jam yang memang khusus untuk anak-anak. KPI sendiri selalu memantau tayangan-tayangan apa saja yang layak untuk ditampilkan sesuai dengan kategori jam tayang.

Saya sebagai seorang ibu dan orang tua memiliki kekhawatiran tersendiri mengenai tumbuh kembang anak terutama dari sisi sikap dan akhlak, mengingat semakin banyaknya tontonan yang hadir ditelevisi yang menurut saya kurang layak dijadikan tontonan anak-anak. Lihatlah sinetron yang ada ditelevisi, judulnya dan jam tayangnya untuk anak-anak tapi isi ceritanya penuh kekerasan dan adegan-adegan yang tidak sesuai ditonton anak-anak.

Sudah sepantasnya orang tua dan pemerintah memberikan perhatian khusus tentang tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa supaya tercapai Indonesia emas 2045.

15 Comments

  1. Bener, mak. Suka kesel liat tayangan di tv yg ga genah. Bawaannya pengen lapor KPAI terus. Makanya anak2 saya ga saya kasih liat tv sering2.

  2. Info baru nih… noted… susu kental manis bukanlah susu… makasih ya tulisannya banyak info baru… 🙂

  3. Waduh jd ngeri SKM ini,,, to ktany kangunganny bagus Ada bla,,,,bla,,bla,, gitu,,. hmm noted bngt deh memprsiapkn Gizi ank mmng sdh tanggung jawab org Tua untuk masa dpan my lelah ,, nuhun mba dewi

  4. nah kadang pemasaran dalam pasar industri itu ya mak yang kadang malah jatohnya pembohongan publik. Apalgi untuk anak-anak, aduh ngeri dicekokin sama makanan2 yg ga sehat

  5. Jarang nonton tipi lokal kecuali berita Net. ANak2 nontonya baby first tapi aku batasin mbak, lbh suka mereka main, gk kebanyakan nonton.

    Btw tengkyu ulasannya bagus banget supaya ortu makin aware bahaya tontonan2 ini yaaa

  6. Iklan memang selalu menipu. Contohnya satu produk bilangnya healthy food tapi pas dicek komposisinya nggak begitu. Tapi ya mgkn karena tujuannya jualan jadi apapun dilakukan.

    Menurut aku penting banget untuk para ibu belajar membaca komposisi makanan label nutrisi di kemasan suatu produk biar bisa memilih produk yang baik untuk keluarga.

  7. Jangan jauh2 deh mak..lha wong adek iparku yg tinggal di kampung pun berikan SKM sm keponakana wkwk. Sebenarnya itu cuma kurangnya pehamahaman aja ya ttg SKM yg selama ini dikirain susu utk membantu pertumbuhan bayi dan balita ternyata ga ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button