Lifestyle

Buku Bekas, Kenapa Tidak?

 Everybody thinks of changing the world but nobody thinks of changing himself”. ( Leo Tolstoy)

Setiap orang berpikir untuk mengubah dunia tapi tak seorang pun yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri. Kalimat tersebut, Mamak kutip dari salah satu buku favorit Mamak, “Cherish Every Moment” karya Arvan Pradiansyah. Kalimat sederhana namun mampu mengubah sudut pandang Mamak tentang hidup ini. Tentang keegoisan dan emosi jiwa. Membaca buku merupakan salah satu terapi jiwa yang Mamak lakukan agar mampu bangkit dan melangkah lagi dari keterpurukan yang Mamak alami di masa lalu.
Baca juga: Berdamai Dengan Diri Sendiri Melalui Metode Ho’onopono

Yups, buku menjadi salah satu teman setia yang menemani sekaligus memberikan pencerahan pada Mamak. Mamak merasa beruntung karena mampu menjalani kembali hidup ini dengan lebih ikhlas, bahagia dan ceria karena pengaruh dari buku-buku yang Mamak baca. Meskipun pada awalnya Mamak membaca buku sebagai tempat pelarian sekaligus persembunyian dari semua rasa sakit dan luka yang Mamak rasakan.

Seiring waktu berjalan, Mamak merasa buku sebagai teman tanpa suara. Mamak membaca buku apa saja selama isi buku tersebut mampu menarik perhatian Mamak. Mamak mendapatkan buku-buku tersebut dari hasil hunting ke toko buku ternama di negeri ini. Tapi terkadang ngga ada juga buku yang Mamak inginkan. Hingga tak jarang Mamak juga menyusuri daerah Palasari, Bandung. Palasari adalah tempat penjualan buku terbesar di Bandung. Palasari merupakan surga pecinta buku. Karena buku apa saja dan dari tahun berapa pun, tersedia di sini. Dan ini adalah tempat favorit Mamak untuk mengubek-ngubek buku.

Salah satu buku hasil hunting di Palasari, Bandung

Palasari bukan hanya menjual buku terbaru dan yang sedang booming di toko buku ternama negeri ini, tapi juga menyediakan buku dari jaman old termasuk buku bekas. Harga yang ditawarkan pun jauh lebih murah. Sangat bersahabat dengan dompet wkwkwk.

Mamak sendiri sih belum pernah membeli buku bekas karena Mamak lebih semangat membaca buku dalam kondisi kinclong. Mamak lebih sering berburu buku diskon, buku baru dengan harga kasih sayang huahaha alias setengah harga  atau bahkan lebih. Biasanya sih buku-buku lama. Namun setiap kali ke Palasari, Mamak sering lihat banyak juga yang membeli buku bahkan majalah bekas. Mungkin karena sering juga, buku atau majalah yang dicari adalah majalah atau buku lama hingga ngga ada yang baru. Atau mungkin disebabkan oleh faktor harga. Mamak ngga tahu pasti sih kenapa cukup banyak juga orang yang membeli buku bekas.

Bagi Mamak pribadi, mau buku itu dibeli baru atau bekas ya sama saja. Sama-sama berisi hal-hal baik dan dapat menambah wawasan. Mamak ngga pernah kepikiran sih untuk bertanya kenapa buku bekas masih dijual dan cukup banyak juga yang membelinya. Mungkin lainkali yak Mamak tanyakan jika berkunjung ke Palasari.

Saat kuliah dulu, sebenarnya Mamak sering nganterin teman-teman Mamak ke Palasari untuk mencari dan membeli buku diktat kuliah atau buku bacaan wajib jurusan Mamak yang dalam kondisi bekas atau seken. Saat itu alasannya lebih kefaktor mencari harga murah. Maklum lah ya namanya anak kuliahan, ngekos dan ngga banyak yang punya budget besar untuk sebuah buku. Apalagi buku kuliah yang harganya tergolong mahal, ratusan ribu. Tahun 1996, satu buku 200ribu rupiah keatas merupakan harga yang cukup bikin kepala pening loh. Dan keberadaan Palasari dengan buku-buku bekas dan harga bersahabat ini sangat membantu mahasiswa dan siapapun yang hobi membaca tapi menginginkan harga terjangkau dan koleksi buku lama.

Kios kios buku di Palasari juga menerima loh jika kita ingin menjual buku seken yang kita punya namun dalam kondisi layak baca ya. Tidak robek dan masih lengkap halamannya. Tapi kalau Mamak pribadi sih, ngga berminat sama sekali untuk menjual buku-buku bacaan Mamak. Sayang euy. Karena terkadang, Mamak harus menyusuri kios-kios buku Palasari atau ke toko buku terbesar dan ternama negeri ini untuk menemukan buku-buku tersebut. Jadi seperti ada ikatan gitu antara Mamak dan buku-buku tersebut eaaaaa.

Salah satu buku yang tak mungkin dilepaskan

Koleksi buku-buku Mamak cukup terbilang banyak sih dan sebenarnya bikin kewalahan juga menyimpannya apalagi buku-buku tersebut ada yang di rumah Bandung dan Jakarta. Tapi tetap saja sayang jika harus merelakannya menjadi milik orang lain wkwkwk (lebay, seperti ditinggal nikah pacar saja..ups).
Apalagi untuk buku-buku favorit seperti buku tentang Rumi yang kata pengantarnya ditulis oleh Bapak Goenawan Muhammad. Haduuh nyarinya saja sudah susah setengah modar, ya sayang banget jika harus dijual meskipun sudah berkali-kali dibaca.

Ini Mamak loh ya. Pasti beda pemikiran dengan yang lain. Meskipun Mamak nyaris ngga pernah beli buku bekas dan tidak berminat juga menjual buku koleksi Mamak tapi Mamak menyadari kalau keberadaan buku bekas di toko-toko buku di Palasari cukup membantu orang-orang yang memang butuh dan mencari buku bekas. Mamak berharap toko-toko buku di Palasari tetap menjual dan menyediakan berbagai jenis buku baru ataupun bekas dengan harga murah namun lengkap. Buku dari jaman dahulu kala pun tetap tersedia sehingga mempermudah siapapun yang memerlukannya.

4 Comments

  1. saya juga sukanya beli buku diskonan. hihi. tapi kalau dipikir kasihan juga sih sama penulisnya kalau beli buku diskonan secara sudah tidak masuk royalti mereka lagi

  2. Saya dulu juga hobi beli buku bekas, Mbak. Apalagibdi Jogja memang ada tempatnya kayak palasari gitu. Sekarang di Jakarta malah semakin gampang carinya. Di pasar senen ada banyak buku bekas yg masih bagus. Atau enggak beli preloved aja lwt online

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button