Uncategorized

Mengelola Marah Dengan Anger Management

Setiap manusia pasti pernah merasa jenuh, lelah dan tak tahu harus berbuat apa. Semua perasaan negatif ini jika dibiarkan berlarut-larut akan membuat menurunnya kualitas hidup yang kita miliki. Sayangnya, tak semua diri mampu untuk mengendalikan perasaan-perasaan negatif tersebut. Saya pun tak lepas dari persoalan emosi tersebut. Apalagi saya termasuk orang yang moody, cepat banget berubah suasana hatinya. Bahkan hanya gara-gara melihat suatu gambar atau mendengar lagu yang menyentuh jiwa, bisa tuh saya bete atau riang gembira sepanjang hari. Dan bisa pula dari yang bete lalu tiba-tiba jadi sumringah hanya karena melihat semangkuk es teler. Remeh banget kan?

Suasana hati yang cepat berubah ini, sebenernya cukup merepotkan. Merepotkan untuk saya sendiri dan terkadang berimbas pula pada orang terdekat saya, kena manyunan saya padahal ngga tau apa persoalannya wkwkwk. Apalagi saya punya kebiasaan kalau sedang kesal dengan seseorang atau merasa down karena sesuatu hal, orang terdekat sayalah yang menjadi “tempat sampah”. Tempat saya menumpahkan semua keluh kesah sekaligus kekesalan yang bersembunyi di pojok-pojok hati.
Sebenarnya suatu hal yang wajar banget jika dalam hidup ini tak semuanya berjalan sesuai rencana. Jarang ada yang mulus seperti yang kita inginkan. Ada saja kerikil-kerikil kehidupan yang muncul. Dan biasanya kerikil-kerikil kehidupan itulah yang sering membuat emosi saya meletup-letup. Apalagi ketika lelah melanda, duh rasanya pengen “makan” orang saja bawaannya. Ngga boleh kesenggol salah omong dikit langsung pengen nabok orang. Sifat emosional atau sumbu pendek  yang saya miliki ini mulai terasa mengganggu kenyamanan hati saya sendiri. Sebenarnya marah adalah sebuah reaksi emosional  alamiah yang dimiliki setiap orang. Namun jika amarah ini yang menguasai karakter seseorang, hal inilah yang harus diatasi dengan segera. Karena dapat membawa banyak kerugian baik untuk dirinya sendiri maupun oranglain. Dan hal inilah yang mengusik jiwa saya.

Bete menunggu

Seiring bertambahnya umur dan semakin besarnya tuntutan untuk mampu mengendalikan diri, saya mulai merasa malu dengan sifat emosian dan meledak-ledak yang ada dalam diri saya. Terlebih lagi saat saya mendengar siaran radio Smart FM dengan Arvan Pradiansyah sebagai narasumbernya tentang life is choice. Hidup ini adalah pilihan termasuk memilih untuk menjadi pribadi seperti apa dikehidupan ini.

Pribadi yang pemarahkah? Pemaafkah? Atau pribadi yang penuh kelembutan. Semua pilihan ada ditangan kita masing-masing. Pada situasi tertentu, terkadang kita memang harus marah bahkan wajib marah namun alangkah mulianya kita jika kita tetap dapat mengendalikan emosi meski sah-sah saja jika kita marah pada saat itu. Menurut Mas Arvan, saat marah pun kita punya pilihan kog, apakah mengikuti amarah tersebut atau memilih untuk mengendalikan emosi dan amarah kita sembari memaafkan. Memaafkan diri sendiri dan orang lain.

“Siapa pun bisa menjadi marah, itu mudah … tapi marah kepada orang yang tepat, pada tingkat yang tepat, pada saat yang tepat, untuk tujuan yang benar, dan dengan cara yang benar … ini tidak mudah.” – Aristoteles

Untuk memiliki kemampuan memanage kemarahan memanglah tidak serta merta mudah untuk dilakukan. Kita harus mengenali diri kita dulu kemudian berdamai dengan masa lalu dan menyembuhkan luka batin yang mungkin kita miliki.  Mengelola marah dengan memanage kemarahan itu sendiri, perlu dilatih. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan ketika kita marah, yaitu:
1. Bagi muslim, meredakan marah dapat melakukan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah yaitu dengan mengambil air wudhu. Air wudhu diyakini dapat menyejukkan hati;
2. Memanjangkan sumbu amarah. Dengan memanjangkan sumbu saat kita marah, kita dapat melihat sumber kemarahan kita dari sudut yang berbeda;
3. Tarik nafas, diam sejenak dan cobalah menenangkan diri sendiri. Jangan memberikan statemen apapun yang nantinya hanya akan disesali dikemudian hari;
4. Saat amarah datang, tinggalkan sejenak sumber amarah tersebut. Carilah udara segar supaya pikiran lebih jernih;
5. Bagi umat muslim, sholat dan puasa merupakan salah satu pengendali amarah. Muslim yang memiliki kualitas sholat yang baik dan rajin berpuasa, InsyaAllah memiliki kemampuan untuk mengelola marah dengan lebih baik;
6. Mengalihkan rasa amarah yang dimiliki melalui kegiatan fisik yang bermanfaat yang mampu menyalurkan energi negatif tersebut;
7. Sering melakukan self-talk supaya kita mampu mengenali diri sendiri.

Setiap orang memiliki cara berbeda-beda untuk dapat mengendalikan amarahnya. Dan berhubungan dengan karakter dari orang tersebut. Agar dapat menjadi orang yang tidak mudah marah, seseorang harus menyadari seperti apakah sifat dirinya. Karena itu setiap diri memiliki kemampuan berbeda dalam menghadapi amarah ini. Seperti kebahagiaan, marah juga merupakan sebuah pilihan. Kamu pilih mana? Menjadi seseorang yang mampu mengelola marah atau menjadi seseorang yang emosional?

Piknik dapat menyegarkan pikiran dan emosi

4 Comments

  1. Bener banget apalagi yg blm kenal mbak dewi tahunya ibu Satu ini serem.. wakakaak Dan untuk pengusaha Makanan management anger ini penting banget ya mb wi.. biar laris terus dagangan nya cos penjualnya ramah xixix

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button