Kesehatan

Workshop Blogger Kesehatan, Stop Merokok dan Kendalikan Penyakit Tidak Menular Melalui CERDIK

Workshop Blogger Kesehatan, Stop Merokok dan Kendalikan Penyakit Tidak Menular Melalui CERDIK

Penyakit Tidak Menular di Indonesia

Awal Maret 2019 menjadi bulan yang kelabu bagi keluarga besar saya. Salah seorang kakak laki-laki berpulang untuk selamanya karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Salah dua penyakit yang dideritanya adalah diabetes melitus dan stroke. Dokter yang menanganinya sempat berujar pada istri almarhum bahwa salah satu pemicu penyakit tidak menular yang diderita almarhum adalah karena kebiasaan buruknya semasa hidupnya yaitu merokok dan gaya hidupnya yang kurang peduli dengan kesehatan.
Almarhum, kami kenal sebagai orang yang “cuek” dengan kesehatan dirinya meskipun sudah dinasehati berulangkali oleh istri, adik-adiknya bahkan oleh anaknya sendiri. Setiap hari, paling sedikit 2 bungkus rokok habis dihisapnya. Pelan namun pasti, paparan asap rokok menggerogoti kesehatannya. Bukan hanya gemar merokok saja, almarhum juga senang sekali makan yang berlemak, manis dan asin. Tuh lengkap banget kak kebiasaan tidak sehatnya..hadeeh.
Sebenarnya almarhum aktif melakukan aktivitas fisik dan olahraga rutin tapi kebiasaannya merokok dan makan makanan kurang sehat serta tidak seimbang nutrisinya yang menjadi penyebab penyakit tidak menular menghampirinya.
Rokok, gaya hidup tidak sehat dan penyakit tidak menular merupakan rantaian yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kemenkes RI pada tahun 2018. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. 
Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup tidak sehat antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik yang minimalis dan kurang konsumsi buah dan sayur setiap hari. Tingginya penyakit tidak menular ini berhubungan dengan perilaku yang dijalani masyarakat Indonesia terutama gaya hidup dan pola makan. Pola makan masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam yang memang enak di lidah.
Bukan hanya pola hidup yang kurang sehat, hasil Riskesdas 2018 menyatakan jumlah perokok mengalami peningkatan. Riskesdas 2018 juga menyebutkan jika perilaku merokok pada remaja meningkat yakni dari 7,2 persen dibandingan dengan hasil Riskesdas 2013. Sementara itu, menurut data WHO, lebih dari satu milyar orang di dunia menggunakan tembakau dan menyebabkan kematian lebih dari 5 juta orang setiap tahun. 
Diperkirakan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat yang tinggal di negara dengan berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia. Dan rokok menjadi salah satu faktor risiko terbesar pemicu munculnya penyakit tidak menular disamping beberapa faktor pemicu lainnya.
Apa yang terjadi pada almarhum kakak saya, menjadi “warning” tersendiri bagi saya dan keluarga terdekat. Hati saya pun menjadi tergerak untuk memberikan pemahaman pada anggota kerabat lainnya yang masih “asik dan akrab” dengan rokok. Karena itu, saya selalu bersemangat tiap kali ada kesempatan untuk mengikuti berbagai macam workshop kesehatan. Dan ada satu workshop kesehatan yang belum lama saya ikuti dan semakin membuka wawasan saya terhadap penyakit tidak menular, rokok dan gaya hidup.

Workshop Blogger Kesehatan, Stop Merokok dan Kendalikan Penyakit Tidak Menular Melalui CERDIK

dr. Theresia Sandra Diah Rati
Beberapa saat lalu saya berkesempatan hadir dalam acara “Workshop Blogger Kesehatan, Stop Merokok dan Kendalikan Penyakit Tidak Menular Melalui CERDIK”. Workshop kesehatan ini dilaksanakan selama dua hari. Hari pertama menghadirkan dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA (Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI), dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes (Direktur P2PTM), Dr. Rita Ramayulis dan Mas B. Hidayat.
dr. Cut Putri sedikit menjelaskan mengenai penyakit tidak menular di Indonesia. Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit tidak menular. Dan inilah yang menjadi concern dari Kemenkes untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit tidak menular. 
Kemenkes RI menargetkan pada tahun 2025 Indonesia harus mampu mengendalikan laju penyakit tidak menular. Saat ini memang terjadi pergeseran, tadinya prevalensi penyakit menular lebih tinggi daripada penyakit tidak menular namun seiring kemajuan teknologi dan gaya hidup, penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Karena itu penting sekali untuk mengendalikan penyakit tidak menular.
Kemenkes RI melalui program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) berupaya untuk menekan tingginya angka penderita penyakit tidak menular dengan menghadirkan CERDIK. CERDIK adalah perilaku yang harus kita lakukan agar kualitas kesehatan tubuh kita menjadi lebih baik. CERDIK juga dapat mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular di Indonesia.
CERDIK meliputi:
C: Cek rutin kesehatan secara berkala;
E: Enyahkan asap rokok;
R: Rutin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari;
D: Diet sehat dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang;
I: Istirahat yang cukup;
K: Kelola stress.
Awalnya saya sempat berpikir bahwa rokok hanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit yang berhubungan dengan pernafasan dan paru paru saja. Ternyata saya keliru. Rokok dapat pula memicu kehadiran penyakit tidak menular seperti kanker, jantung dan stroke.
Lebih jelas lagi mengenai mengapa rokok sangat berbahaya bagi tubuh, bukan hanya untuk si perokok tapi juga untuk orang yang berada di sekitar si perokok dijelaskan oleh dr. Theresia. dr. Theresia mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang ada kurang lebih tiga juta orang mengalami kematian dini setiap tahunnya terkait konsumsi tembakau yang menjadi pemicu munculnya penyakit tidak menular seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan diabetes melitus. 
Berdasarkan data WHO dan Riskesdas 2018, stroke menempati urutan atas sebagai penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Dan salah satu pemicu stroke adalah kebiasaan buruk merokok. 
Dalam satu hari jika orang merokok 10 batang maka dapat menurunkan tingkat harapan hidup rata-rata 5 tahun karena asap tembakau memiliki 69 jenis bahan karsinogenik dan mengandung sekitar 7000 bahan kimia. Karena itulah pengendalian konsumsi tembakau atau rokok menjadi “pekerjaan rumah” yang cukup berat bagi Kemenkes RI. Di Indonesia, strategi pengendalian konsumsi tembakau di Indonesia dilakukan melalui MPOWER.
MPOWER adalah:
M= Monitor konsumsi produk tembakau dan pencegahannya;
P= Perlindungan dari paparan asap rokok;
O= Optimalkan dukungan layanan berhenti merokok;
W= Waspadakan masyarakat akan bahaya konsumsi tembakau;
E= Eliminasi iklan promosi dan sponsor produk tembakau;
R= Raih kenaikan harga rokok melalui peningkatan cukai dan produk rokok.
#BLOKIRIKLANROKOK, gerakan ini merupakan salah satu gebrakan berani dari Kemenkes RI dalam upaya menurunkan jumlah perokok terutama dalam rangka meminimalisir konsumsi rokok pada anak-anak usia sekolah dan anak muda usia produktif. Iklan rokok menyasar target anak muda usia produktif terutama yang “penasaran” dengan rokok dan memiliki hasrat merokok yang besar.
Pemerintah semakin aktif menerapkan aturan bahwa rokok tidak boleh di jual pada anak sekolahan. Warung/toko kelontong yang berada disekitar sekolah, tidak boleh terdapat unsur spanduk/iklan rokok. Cukup miris mengetahui bahwa anak sekolah usia belasan sudah aktif merokok. Mereka kebanyakan “belajar” merokok dari salah satu anggota keluarganya , biasanya sih dari ayahnya yang menjadi role model semua anggota keluarga. 
Si ayah perokok, dan anak pun mengikuti perilaku buruk si ayah yaitu merokok. Jadi jangan salahkan pemerintah atau kementrian terkait jika didapati seorang anak usia sekolah telah mahir merokok. Selidiki dulu keluarganya, apakah ayahnya seorang perokok atau bukan. Jika ayahnya seorang merokok ya enggak heran klo anaknya pun merokok.
Dr. Rita Ramayulis
Selain merokok, faktor gaya hidup juga menjadi pemicu munculnya penyakit tidak menular. Dr. Rita Ramayulis mengungkapkan bahwa saat ini penderita obesitas semakin meningkat. Kemudahan teknologi yang kita rasakan saat ini membuat kita menjadi malas gerak sehingga lemak menimbun di tubuh kita. Obesitas juga disebabkan oleh faktor rendahnya konsumsi sayur dan buah pada masyarakat Indonesia. 
Kecenderungan orang Indonesia yang suka dengan makanan berlemak, manis, asin, gurih membuat angka obesitas kian meningkat. Dr. Rita menyarankan agar setiap hari kita mengonsumsi sayur buah, mengurangi lemak, mengatur penggunaan garam dan gula sesuai kebutuhan tubuh. Kita harus mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Tidak mendewakan salah satu atau beberapa bahan makanan karena tubuh membutuhkan nutrisi secara seimbang. 
Satu hal yang perlu diluruskan adalah tubuh perlu glukosa, bukan gula. Glukosa dan gula adalah dua hal yang berbeda. Glukosa dapat diperoleh dari karbohidrat. dr. Rita menyarankan jika kalian sudah terlanjur gemuk seperti saya ini, sebaiknya makan dengan model piring T. Konsumsi buah dan sayur sebaiknya ditingkatkan lebih banyak lagi. Dan rutin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit tiap harinya.
Upaya mengendalikan penyakit tidak menular dan menurunkan jumlah perokok, juga dapat dilakukan dengan memberikan edukasi mengenai bahaya merokok. Edukasi tersebut dapat dilakukan melalui media sosial dengan menggunakan tekhnik story telling. Menurut Mas B. Hidayat, narasumber terakhir pada workshop pertama menyatakan bahwa story telling merupakan cara paling ampuh untuk meningkatkan kualitas konten yang kita miliki.

Kalian juga dapat mengetahui info seputar penyakit tidak menular melalui akun instagram P2PTM dan websitenya loh.

Mas B. Hidayat

Kunjungan Ke RS Pusat Otak Nasional

RS Pusat Otak Nasional
Masih menceritakan mengenai workshop dua hari yang dihelat oleh Kemenkes RI beberapa saat lalu, saya ingin menceritakan mengenai aktivitas pada hari kedua. Hari kedua, saya dan sepuluh orang rekan blogger lainnya melakukan kunjungan ke Rumah sakit pusat otak nasional yang berlokasi di Cawang Jakarta Timur. 
RS Pusat Otak Nasional atau yang familiar dengan sebutan RS PON adalah rumah sakit tipe A yang khusus menangani seputar gangguan yang terjadi pada otak terutama stroke. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan utama bagi penderita stroke. Kedatangan kami, para Blogger Kesehatan di RS PON disambut sangat antusias oleh pihak rumah sakit.

Kasir dan ruang tunggu rawat jalan RS PON
dr. Ita Muharram,Sp.S menjelaskan mengenai stroke beserta tindakan darurat yang dilakukan jika ada keluarga yang mengalami serangan stroke. Stroke dibagi menjadi dua. Stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena adanya penyumbatan sedangkan stroke hemoragik adalah stroke akibat pecahnya pembuluh darah. Dan kedua jenis stroke ini sama sama berbahaya dan memiliki potensi yang besar sebagai penyebab kematian si penderita.
Sama seperti yang dijelaskan pemateri pada hari pertama workshop, dr. Ita juga mengatakan jika rokok dan gaya hidup yang kurang sehat menjadi penyebab utama munculnya stroke, penyakit tidak menular yang paling sering menjadi penyebab kematian. Lebih lanjut lagi dr. Ita menjelaskan bahwa stroke dapat diatasi jika penderita stroke cepat tanggap mengenai kondisi yang dialaminya dan tidak menunda nunda untuk melakukan pemeriksaan ct-scan.
dr. Ita juga mengingatkan jika ada diantara kita yang menemui diri sendiri ataupun kerabat, tetangga serta teman yang secara mendadak mengalami kesulitan berbicara, pelo, tangan terasa lemas dan tidak bertenaga, segera ke rumah sakit yang memiliki alat ct-scan agar secepatnya diketahui penyebab sebenarnya. Oh ya, FYI nih stroke bukanlah penyakit yang datang secara tiba tiba. Penyakit ini mengincar siapapun yang sering makan enak, malas gerak dan kurang istirahat serta tidak mampu mengelola stress. 
RS PON memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap dalam mengatasi stroke termasuk stroke iskemik akut dengan tindakan thrombolisis (minum obat). RS PON memiliki satu bangsal perawatan yang khusus menangani neurorestorasi. Neurorestorasi adalah tindakan pendampingan keluarga pasien ataupun si pasien sendiri setelah dinyatakan boleh meninggalkan rumah sakit.
Menghadapi dan merawat orang stroke diperlukan kesabaran dan tidak bisa sembarangan saja. Orang yang telah mengalami serangan stroke memerlukan terapi khusus yang akan berguna bagi dirinya sendiri saat sudah berada di rumsh. Inilah tujuan ruangan inap neurorestorasi. 
Ruangan inap ini dapat disebut pula sebagai ruangan pemulihan dan terapi sebelum pulang ke rumah. FYI nih ruangan neurorestorasi yang berada di lantai 5 ini belum tercover BPJS ya. Jadi sifatnya tentatif, tergantung kemauan si pasien dan keluarga. Setelah dinyatakan boleh pulang, keluarga akan diberikan pilihan apakah langsung pulang atau melakukan terapi di ruangan inap neurorestorasi.
Saya berkesempatan keliling rumah sakit yang memiliki 15 lantai ini. Ruangan IGD berada di lantai dasar tepatnya di sisi samping rumah sakit. Pada lantai 4 dan 7 terdapat ruangan stroke care unit. Rumah sakit ini dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai untuk menangani stroke.
Seseorang yang mengalami serangan stroke akan memiliki kesempatan sembuh lebih besar jika cepat ditangani sebelum 6 jam dari waktu awal mengalami serangan. Jika lebih dari 6 jam baru dilakukan tindakan, kesempatan untuk pulihnya menjadi rendah. 
Ada satu ruangan di rumah sakit ini yang membuat saya terkesan. Ruangan tersebut merupakan sebuah taman yang berada di lantai 5 dan didesain dengan sangat indah dan apik. Hanya pasien ruangan inap neurorestorasi saja yang dapat menikmati taman ini sebagai salah satu sarana terapi. 
RS PON bukan hanya dilengkapi oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai tapi juga didukung oleh tenaga medis yang berpengalaman dan expert dibidangnya. Dokter yang bertugas di rumah sakit ini, 90% adalah dokter spesialis. Melihat banyaknya pasien yang datang untuk berobat, saya menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh Direktur P2PTM Kemenkes RI yang menyatakan bahwa jumlah pasien penyakit tidak menular terus menerus meningkat adalah benar adanya.
Sepertinya tidak ada jalan selain mulai hidup sehat dari sekarang dan menerapkan perilaku CERDIK untuk mengendalikan penyakit tidak menular yang kian bertambah jumlahnya. Saya sendiri pun tidak ingin peristiwa yang terjadi pada almarhum kakak saya, terulang kembali.
Berfoto bersama di taman RS PON

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button