Parenting

Tantangan Keluarga Di Era Industri4.0

Diskusi BKKBN dan Blogger

Sebagai seorang anak yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga di era industri3.0, mamak merasakan, kehidupan berkeluarga yang kini mamak jalani sebagai seorang ibu dan istri di era industri4.0 mengalami perubahan yang signifikan. Dahulu, setiap malam, keluarga mamak memiliki rutinitas untuk makan malam bersama di ruang keluarga sambil menonton televisi acara favorit keluarga. Kini, hal tersebut tak bisa rutin mamak lakukan dalam keluarga kecil mamak. 

Dulu, saat mamak menjadi seorang anak, acara makan malam bersama menjadi salah satu moment wajib yang mesti dilalui oleh semua anggota keluarga. Sambil makan, sembari asik bercerita tentang apa yang dialami sepanjang hari tersebut. Setiap anak rebutan ingin bercerita dan alhasil membuat makan malam bukan sekedar makan malam keluarga saja. Tapi menjadi ajang curhat diantara anggota keluarga. Saat itu, mamak sangat menikmati momen kebersamaan tersebut. 
Acara makan malam tidak akan dimulai jika anggota keluarga belum lengkap. Karena itulah, ada peraturan dalam keluarga mamak yang mengharuskan semua anggota keluarga harus sudah sampai rumah sebelum Maghrib. Ayah mamak memang sengaja membeli rumah yang dekat dengan tempat kerjanya supaya dapat lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ayah mamak selalu menekankan bahwa kebersamaan dalam keluarga merupakan salah satu hal yang penting. Oleh karena itu, ketika mamak harus kuliah di Bandung dan jauh dari keluarga, sempat mengalami sedikit “shock culture”. Untungnya mamak dapat melewati semua itu dan bisa survive hidup jauh dari keluarga. 
Balik lagi ke perbedaan yang signifikan antara keluarga di era industri3.0 dengan industri4.0, keluarga “jaman now” mengalami kesulitan untuk memiliki ritual rutinitas keluarga tiap harinya. Banyak faktor yang menjadi penyebab sulitnya untuk melakukan ritual rutinitas keluarga. Salah satunya adalah kesibukan orangtua bekerja dan tempat kerjanya jauh dari kediaman keluarganya. Hal ini juga yang dialami oleh keluarga kecil mamak saat ini. Apalagi pekerjaan suami mamak yang membuatnya sering meninggalkan keluarga. Jadi agak sulit untuk makan bersama keluarga setiap hari. 
Kesibukan suami dan mamak yang cukup padat membuat kami sepakat untuk memiliki “quality time” keluarga. Minimal seminggu sekali harus ada waktu khusus untuk keluarga. Suami dan mamak pun sepakat membagi tugas untuk mendampingi anak-anak sehingga mereka tetap merasa nyaman dengan keluarganya. Pada saat waktu khusus keluarga itulah semua anggota keluarga tidak diperbolehkan untuk menggunakan gawainya. Biasanya keluarga kecil mamak pergi keluar untuk menghabiskan waktu bersama. Anak-anak paling menantikan nih saat-saat kumpul keluarga seperti ini. Karena pada saat itulah mereka dapat beraktivitas bersama ayah bundanya.

Tantangan Keluarga Dalam Menghadapi Revolusi Industri4.0

Revolusi industri4.0 memberikan tantangan yang cukup menantang untuk keluarga di Indonesia. Saat ini, keluarga dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang terutama kehadiran internet. Kehadiran internet dan gawai memengaruhi kehidupan setiap anggota keluarga secara struktural maupun kultural. Teknologi mengubah tradisi, sosial, budaya, ekonomi dan struktur keluarga tradisional dengan nilai-nilai baru. 
Cara berkomunikasi antara anggota keluarga pun mengalami perubahan. Anak dan orangtua tidak lagi berkomunikasi secara verbal tetapi memanfaatkan kecanggihan teknologi digital. Untuk mengetahui keberadaan anggota keluarga yang lain, tinggal “video calling” ataupun whatsapp. Tapi banyak pula keluarga yang mengalami kesulitan berkomunikasi akibat teknologi digital ini. Bahkan terjadi kecenderungan bahwa teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Fenomena inilah yang saat ini marak dialami oleh keluarga di Indonesia. Dan menjadi “bahan perenungan” untuk mamak dan suami dalam menerapkan pola asuh dan aturan dalam keluarga.
Diskusi BKKBN dan Blogger Mengenai Pembangunan Keluarga di Era Industri4.0


Bapak M. Yani

Bapak Dr.dr M.Yani,M.Kes,PKK (Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan BKKBN) dalam acara diskusi BKKBN dan Blogger, mengungkapkan bahwa era industri4.0 memaksa setiap anggota keluarga beraktivitas dan hal inilah yang membuat waktu kumpul keluarga semakin berkurang. 

Ada semangat yang muncul untuk mengatur waktu bersama agar rasa cinta dan “bonding” antar anggota keluarga tetap
terjaga ditengah kesibukan masing-masing. Namun sayangnya, disaat mereka berkumpul bersama keluarga, tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Mereka malah asik sendiri dengan gawai dan dunianya masing-masing dan mulai melupakan indahnya kebersamaan keluarga. Dan ironisnya, kakek dan nenek mereka menjadi semakin menyendiri dan terisolasi dari keluarganya sendiri. Sedih ya jika melihat kondisi keluarga yang seperti ini.

Dalam penjelasannya, Pak Yani juga mengatakan bahwa generasi milenial dan generasi z adalah kaum muda yang berusaha menjadi diri sendiri dan memprioritaskan karir. Karena kemudahan teknologi dan informasi, tumbuh kesadaran dibenak mereka untuk menjalani kehidupan agar lebih mandiri dan tidak bergantung kepada keluarga mereka sendiri. Hal ini sebenarnya positif tapi sayangnya kurang diimbangi dengan kesadaran akan pentingnya keluarga. Orangtua jaman now berpikir bahwa yang terpenting bagi keluarga mereka adalah kemapanan finansial padahal letak kualitas sebuah keluarga bukanlah dari sisi materi saja. Tapi lebih dari itu.

Kemajuan teknologi mampu membuka peluang berkarir yang sama dan setara bagi pria dan wanita. Hal tersebut membuat pembagian peran domestik dan publik di keluarga semakin cair dan tidak dikotomis. Keadaan inilah yang terjadi dalam keluarga yang mamak bina. 
Saat ini teknologi digital mempengaruhi cara masyarakat terutama keluarga muda dalam membina keluarga terutama dalam
menjalankan pola asuh, interaksi dengan sesama anggota keluarga hingga pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Namun tidak jarang, gap teknologi berdampak pada kesenjangan wawasan antara anggota keluarga yang memicu persoalan baru dalam keluarga. Tantangan yang dihadapi keluarga di era revolusi industri 4.0 pun semakin besar.
Cara Keluarga Menghadapi Tantangan di Era Industri4.0
Dalam menghadapi era industri4.0, suami istri sebagai “motor penggerak” keluarga harus memiliki strategi dan cara-cara mempertahankan kualitas keluarga terutama mempersiapkan karakter anak dalam menghadapi teknologi digital yang akan memberikan dampak positif sekaligus negatif bagi kehidupan mereka. Mamak pernah mengulas mengenai dampak teknologi digital pada anak dan bagaimana cara mempersiapkan mental anak dalam menghadapi tantangan dunia digital .

Mba Roslina Verauli, seorang psikolog yang hadir dalam acara diskusi BKKBN dan Blogger, memaparkan bahwa ada tiga pilar yang akan membuat keluarga mampu untuk menghadapi tantangan di era industri4.0.
Ketiga pilar tersebut adalah:
1. Family cohesion yaitu kedekatan antara sesama anggota keluarga. Family cohesion ini dapat dibentuk dengan memiliki “quality time” bersama untuk mengikat perasaan antar anggota keluarga;
2. Family flexibility yaitu kemampuan keluarga dalam beradaptasi terhadap perubahan jaman yang serba digital sehingga keluarga tidak terbawa arus negatif yang menyertainya;
3. Family communication yaitu mengembangkan pola komunikasi yang intens dan intim diantara anggota keluarga. Tujuannya adalah untuk mempererat bonding antara anggota keluarga. Family communication ini dapat dilakukan pula dengan kembali menghidupkan kebiasaan makan bersama keluarga. Mba Vera mengajak keluarga Indonesia untuk kembali ke meja makan.

Pola asuh dan tipe keluarga yang diterapkan, akan mempengaruhi kemampuan sebuah keluarga dalam menghadapi tantangan di era industri4.0 ini. Keluarga harus menjadi tempat yang paling nyaman untuk anggotanya. Dan rumah harus menjadi tempat pulang yang menyenangkan untuk semua anggota keluarga. Sehingga keluarga memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan dalam menghadapi revolusi industri4.0.
#revolusikeluarga4
#keluargaindustri4

Pak Yani dan Mba Vera

19 Comments

  1. Aku ngerasain bedanya antara aku dana ade aku, Mak. Selisih usia yang jauh, dan dia berada di generasi milenial bikin aku suka bertanya-tanya: Kok gini ya?
    Tapi ya ternyata memang harus berbeda penerapan komunikasinya. Enggak bisa kaya aku yang dikerasin langsung nurut. Kalau ade aku harus pelan-pelan diajak diskusi

  2. Era orangtua juga begitu tuh masih bisa dekat dan bersama-sama didalam rumah sambil makan & nonton tv. Tapi kalau sekarang susah.

  3. Bener banget tuh mak, kalau kita minim interaksi dan komunikasi sehari-hari, setidaknya ada Quality Time lah yaa sama keluarga. Biar ga bosen dan hubungan keluarga tetep terjalin. Gak lost heart, hehee

  4. Kedekatan, fleksibel dan komunikasi memang tiga hal yang penting dalam keluarga. semoga semua keluarga sadar akan tiga hal tersebut.

  5. bapakku juga dulu gtu mak. pasti kalau makan malam bakal ngajak bareng terus. bahkan, sengaja di taro nampan besar jadi makan bareng2 satu nampan. dan sekarang udah gak pernah kaya gtu lagi. syukur2 kalo bisa makan di satu ruangan bersama.

  6. Kedekatan antar anggota keluarga emang harus dipupuk sejak anak kecil ya Mak, kalo sudah besar mereka punya acara masing-masing deh

  7. makan bersama makin langka yaa mak. Gimana ntar saat revolusi industri 4.0 semakin gencar. Kedekatan keluarga jadi berkurang kalau enggak kembali ke meja makan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button