KesehatanParenting

Anak Indonesia Zaman Now, Bebas Stunting dan Obesitas

Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan mengenai kasus gizi buruk yang terjadi pada balita di Papua, terutama kasus kekurangan gizi kronis yang terjadi pada balita Suku Asmat. Mamak langsung teringat perjalanan Mamak ke Papua pada akhir November 2017 yang lalu. Kebetulan juga Mamak berjumpa dengan anak-anak Papua termasuk usia balita. Mamak juga sempat mengunjungi pemukiman Suku Dani di Lembah Baliem, Papua.

Mamak dapat memahami mengapa balita dan anak di Papua dapat terindikasi gizi buruk karena Mamak melihat sendiri bagaimana kondisi sanitasi yang buruk dan rendahnya tingkat pemahaman mama mama Papua terhadap  pentingnya memberikan asupan gizi yang seimbang untuk buah hatinya.  Mereka tidak paham bahwa anak-anak mereka harus diberikan makanan bergizi agar dapat tumbuh optimal. Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan kondisi tempat tinggal mereka yang dapat dikatakan jauh dari kondisi layak untuk dijadikan tempat tinggal. Bayangkan saja, dalam satu rumah atau honai, bukan hanya dihuni oleh manusia saja tapi juga oleh binatang seperti anjing dan babi. Jadi, Mamak tak heran jika terjadi kekurangan gizi kronis pada balita di Papua.

Anak-anak Papua dan para mama
Anak-anak usia balita yang Mamak lihat dan jumpai, rata-rata memiliki postur kecil, kurus dengan perut yang agak buncit. Mamak tidak dapat memastikan apakah balita-balita tersebut mengalami gizi buruk atau bahkan stunted (pertumbuhan yang tidak maksimal). Pada saat itu, Mamak hanya membatin saja sih sambil bertanya-tanya sendiri mengapa anak usia 5 tahun tapi seperti anak usia 3 tahunan. Imut banget deh.
Rumah masyarakat Papua.
Kondisi masyarakat Papua yang belum banyak tersentuh edukasi mengenai pentingnya hidup sehat dan pemberian asupan gizi seimbang untuk anak menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah untuk mengatasi masalah pemenuhan gizi nasional. Karena di Indonesia tercatat hampir sembilan juta anak dibawah usia lima tahun mengalami pertumbuhan tidak maksimal atau stunted akibat kekurangan gizi kronik. Indonesia menempati peringkat ke-5 negara yang kekurangan gizi. Sedih ya.
Stanting berpotensi mengancam generasi mendatang menjadi generasi yang hilang. Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian untuk bayi dan anak serta berpengaruh terhadap kemampuan kognitif. Stanting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional pada tanggal 25 Januari, di Aula Utama Kementrian Pendidikan Nasional diselenggarakan diskusi terbuka dengan judul, “Mewujudkan Indonesia Emas 2045, Anak Indonesia Zaman Now, No Malnutrisi, No Obesitas; Sayangi Anak dengan Makanan Bergizi Seimbang”. Diskusi terbuka tersebut dihadiri oleh Ibu-ibu Muslimat NU dari Jabodetabek dan menghadirkan Dra Hj Nur Hayati Said Agil Siradj MA, Ketua Pengurus Harian PP Muslimat NU; Siti Masrifah, Anggota Komisi IX DPR RI, Prof. Dr. Dodik Briawan MCN, Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEAFAST IPB serta Dr. Damayanti Rusli S, SpAK, Phd, anggota UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik PP IDAI sebagai para pembicara.
Dalam diskusi terbuka tersebut dibahas mengenai permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia yaitu masalah stanting dan obesitas pada anak. Menurut data menkes, pada november 2017 terdapat sebanyak 17,8% bayi usia dibawah 5 tahun mengalami masalah gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Dan 14,9% bayi usia dua tahun mengalami masalah gizi. Selain masalah kekurangan gizi, masalah obesitas anak di Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Stanting merupakan permasalahan gizi yang dapat menurunkan produk domestik bruto negara sebesar 3% dan kerugian negara akibat stanting dapat mencapai sekitarn 300 triliun rupiah pertahun. Stanting juga dapat mengakibatkan perkembangan anak dan fisik terhambat, rentan terhadap penyakit, sulit berprestasi dan ketika dewasa mudah menderita kegemukan sehingga beresiko terkena penyakit jantung, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya. Anak yang menderita gizi buruk biasanya akan memiliki tingkat intelegensi yang rendah bahkan dibawah rata-rata. Pada usia produktif, anak stanting memiliki penghasilan 20% lebih rendah daripada anak yang tumbuh optimal. Stanting disebabkan karena anak mengalami kekurangan gizi pada waktu yang lama yaitu pada 1000 hari pertama kehidupannya. Kurangnya asupan gizi dapat disebabkan karena pola asuh yang kurang tepat.
Menurut Prof. Dodik, stanting dapat dicegah dan diatasi dengan memastikan kesehatan dan kecukupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan. Pada masa kehamilan, ibu hamil harus makan makanan yang bergizi seimbang terutama makanan bersumber protein hewani supaya janin dapat tumbuh optimal dan dapat lahir dengan selamat. Gizi terbaik yang dapat diberikan untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Hanya ASI. Setelah bayi berusia 6 bulan barulah diberi makanan pendamping ASI agar bayi memperoleh nutrisi seimbang.
Ada satu kesalahan yang sering dilakukan oleh para ibu di Indonesia yaitu memberikan pisang atau buah-buahan pada bayi usia 6-12 bulan. Bayi usia dibawah dua tahun ternyata tidak dianjurkan untuk mengonsumsi pisang setiap hari. Kesalahan yang cukup fatal yang dilakukan oleh ibu-ibu di tanah air terutama yang tinggal dipelosok adalah mereka berpikir bahwa SKM adalah susu. Padahal kenyataannya, SKM bukan susu melainkan sejenis sirup berperisa susu dengan kandungan gula yang tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari sebagai minuman susu. SKM dapat mengakibatkan anak menderita berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes. Tingginya konsumsi gula pada anak merupakan salah satu penyebab obesitas.
Salah satu cara untuk mencegah stanting dan obesitas pada anak adalah dengan cara memberikannya makanan dengan gizi seimbang dan mengatur pemberian gula dan garam pada anak. Hal ini dapat mengendalikan obesitas pada anak. Anak-anak hendaknya lebih banyak diberikan protein hewani untuk tumbuh kembang optimalnya. Pemberian sayur dan buah harus disesuaikan dengan umur dan kondisi anak. Orang tua harus mampu untuk membentuk pola makan anak sehingga anak tidak menjadi anak yang pemilih makanan. Dengan asupan gizi seimbang maka anak Indonesia akan mampu untuk bebas stanting dan obesitas.

21 Comments

  1. Stunting ini masalah serius ya maaak ternyata, sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak yg dapat mempengaruhi daya saingnya juga. Makanya penting bangat asupan gizi untuk 1000 jari pertama anak.

  2. Prihatin yaaaaa dari dulu org selalu memandang Papua banyak gizi buruk dll, moga2 pemerintah jg makin membangun daerah sana terutama dlm bidang kesehatan.

  3. Sebagai orangtua kita wajjb ya memperhatikan asupan si kecil. Jangan keliru dengan kandungan nutrisi, bisa obesitas kalau ga kurang gizi

  4. Stunting itu menakutkan dan bisa mengurangi pendapatan negara ya…semoga Indonesia bisa bebas Stunting dengan kerjasama dari berbagai pihak.

  5. 2018 dan masalah seperti ini masih ada saja di negara kita. Sudah saatnya pemerataan pembangunan benar-benar direalisasikan bukan rencana saja

  6. Semoga yang sedang mengalami stunting segera mendapat penanganan pihak terkait, kemudian untuk mencegah anak obesitas sebagai orangtua harus memperhatikan asupan gizi yang seimbang

  7. Kekurang gizi disebabkan karena faktor pendidikan dan ekonomi. Bila ke dua hal ini bisa dientaskan, pastinya anak-anak seperti di papua, khususnya suku asmat tidak akan terjadi.
    Saya dari kecil sudah dikasih pisang, karena jaman dahulu untuk beli serial tidak ada duit.

  8. Sedih banget ih liat berita2 kek gini, kasian banget. Kirain semua anak sekarang pada bongsor, gak taunya banyak kasus stunting.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button