Lifestyle

Surat Pertama Dan Terakhir Untuk Sahabat

Langit biru, angkasa raya yang kini menjadi tempat tinggalmu

Dear Kamu…

Selamat malam untuk kamu yang ada di sana. Sudah lama sebenarnya aku ingin menuliskan sesak yang mengendap didada. Namun aku belum punya keberanian untuk menyusuri kenangan bersamamu sekaligus menggali kembali luka yang pernah ada. Sampai akhirnya hari ini, ku nekat mencoba mengurai kembali satu persatu cerita yang pernah kita buat.
Kita telah lama saling mengenal bahkan sejak sama-sama belum tahu apakah itu malu. Yups, kita telah bersahabat sejak kecil. Sejak pikiran masih dipenuhi oleh angan-angan dan harapan tentang hidup yang akan dijalani saat dewasa nanti. Kamu, satu dari sedikit sahabat perempuanku. Ya, aku memang lebih banyak memiliki sahabat laki-laki daripada sahabat perempuan. Dan kamu yang secuil itu. Satu yang menyatukan kita adalah kita sama-sama menyukai apel.

Buah kesukaan kita

Kita melewati masa remaja sebagai gadis belia yang bahagia. Hari-hari dipenuhi oleh gelak tawa dan cerita tak berujung. Kamu ingat, kita pernah teleponan dari subuh sampai adzan zuhur padahal jarak rumah kita berdekatan. Kamu, sosok mandiri karena keadaan keluargamu memaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Kamu sahabatku, tempat bercerita apa saja, mencurahkan semua kegundahan yang ada.

Masa SMA kita lalui bersama meskipun kamu terkadang asik dengan dunia barumu bersama orang yang kita sebut sebagai kekasih hatimu. Namun kita masih tetap bergandengan tangan. Hingga kita berpisah karena aku kuliah di luar kota dan kamu tetap di kota ini. Sejak kuliah, kita jarang bersama. Hanya sesekali saja, saat kupulang ke kota ini. Berjumpa denganmu dan orang yang kusebut tunanganku. Dan kamu menjadi teman setia yang mengisi hari-hari orang yang kupanggil “calon suami” saat ku kembali menuntut ilmu di luar kota. Sepertinya inilah awal malapetaka persahabatan kita.

Aku tak pernah berpikir buruk apapun tentang kamu hingga tibalah hari itu. Hari dimana dunia ku terbalik dan berganti warna, gelap dan pekat. Hari dimana kutemukan undangan bertuliskan namamu, sobat dan namanya, calon suamiku. Bummm…bumi seperti menindihku. Membuat ku tercekat dan tak mampu berkata-kata meski aku ingin sekali mengumpat, berteriak bahkan mencaci maki. Tidaaak. Saat itu mulutku terkunci rapat tapi jiwaku menjerit tak terima. Sahabatku mencuri sebagian mimpiku.

Hari itu, aku masih ingat dengan sangat jelas, hari Sabtu di bulan November, satu hari menjelang pernikahanmu, hidupku rata dengan tanah. Aku tak tahu harus kemana kusembunyikan wajahku ini. Dia yang akan mengucap janji setia atas nama Tuhan adalah orang yang sama yang akan mengucap janji padaku juga. Orang yang telah memberi mimpi indah atas nama pernikahan. Gilaaa. Yups memang gila. Sinetron pun kalah gila dengan skenario ini. Hanya karena alasan bibit, bebet dan bobot, hampir saja terjadi poligami. Poligami antara laki-laki itu, (calon suamiku), dan kita. Untungnya egoku masih sangat tinggi untuk menentang semua itu meski saat itu aku tak tahu apa warna hatiku. Hari itu hari kukubur semua cerita persahabatan kita. Kamu sahabatku dan kamu pula istri dari orang yang telah berkomitmen denganku selama lima tahun.
Ku tinggalkan kalian dengan kutukan dan caci maki tak berkesudahan. Ku hanya mampu berlari dan tak memiliki keberanian untuk pulang ke kota ini.  Hidupku berantakan. Hingga suatu hari, Tuhan mengembalikan kewarasan dan akal sehatku lagi. Aku berani untuk pulang ke kota ini. Perlahan aku mampu melalui hari-hariku meskipun tertatih dan terseok. Aku pernah bersumpah untuk tak berjumpa denganmu lagi. Dan Tuhan mengabulkannya. Kita tak pernah berjumpa meski jarak rumah kita sangat dekat. Tuhan mengatur supaya kita tak pernah berjumpa.
Sampai tiba hari itu, hari yang sama, hari Sabtu namun bukan dibulan November, hari terakhir aku menemuimu dengan kondisi istimewa. Aku mendatangimu tanpa kamu mampu membuka matamu dan berbicara. Yang kutemui hanya sesosok tubuh yang terbujur kaku. Ya, kamu telah pergi untuk selamanya, Sahabat. Kepergian yang tiba-tiba dan mengejutkan orang-orang terkasihmu. Aku datang hari itu dengan berjuta rasa yang saling berperang didada. Tapi anehnya saat melihat tubuh kakumu, jiwaku bergejolak. Ada rasa kehilangan yang teramat dalam disana. Ada luka dan kesedihan. Dan semua kebencian itu hilang.
Tak ada lagi kemarahan bersembunyi dihati ini. Meski saat ku duduk dihadapanmu, aku tak tahu apakah saat itu, aku telah benar-benar memaafkan mu. Menatap wajahmu yang tertutup selembar kain putih tipis, membangkitkan kembali kisah persahabatan kita. Tuhan telah mengatur semua ini dan rencana Tuhan sangatlah indah.
Sahabat, ijinkan ku memaafkan dirimu. Mengunci semua kisah pilu yang terjadi diantara kita dan hanya mengingat kisah manis yang pernah kita buat. Aku bukanlah malaikat yang tak pernah merasa sakit dan berbuat salah, aku hanya manusia biasa yang sempat tak terima dengan kenyataan. Ijinkan aku memaafkan diriku sendiri untuk semua rasa bersalah yang kau simpan dalam sudut hatimu. Cinta tak pernah salah, Sobat meski dia memilih berlabuh ditempat yang tak semestinya.
Aku memang pernah sangat membencimu karena kamu memporakporandakan mimpi indahku hingga akhirnya kusadari inilah yang terbaik yang Tuhan pilihkan untuk kita meski dengan cara yang tidak biasa. Kalaupun kamu tidak menikah dengan dia, belum tentu aku bahagia bersamanya. Belum tentu kupunya dunia seperti yang saat ini kumiliki. Dunia yang penuh bahagia dan senandung alam. Dunia yang membebaskan langkahku menggapai semua mimpiku.
Kamu, baik-baiklah di sana. Tersenyumlah. Aku telah mengikhlaskan semua yang terjadi diantara kita. Bobolah dengan tenang di tempat yang indah. Kamu pun tak perlu khawatir, aku telah memaafkan pasangan jiwamu. Aku telah melepas semua kepedihan masa lalu kita. Kini ku telah mampu menghadapi dan menyebut nama kekasih hatimu sebagai seorang teman. Aku benar-benar telah mengikhlaskan semua yang telah terjadi diantara kita.
Tersenyumlah di sana Sobat dan tertawalah sampai terlihat gigi kelincimu yang lucu. Sesungguhnya aku merindukanmu.

Tempat favorit kita

26 Comments

  1. Kisah nyata bukan nih? Pasti marah pada awalnya. Jangankan sama sahabat, calon suami diambil orang lain pun pasti kecewa. Tapi yakin deh di belakang itu ada hikmah yang sangat baik. Disediakan pengganti yg lebih baik.

  2. Memaafkan dan mengikhlaskan setelah org itu tiada itu lebih mereleasekan hati dan perasaan ya..Al fatihah tuk sahabat emak ya..semoga almh husnul khotimah.Aamiin.

  3. Ini kisah nyata kah Mak…?

    Si mak kece nih nulis alur nya… Aku berasa baca cerpen karangan seorang penulis profesional…

    Bener bener bikin betah baca dari awal ampe akhir…

    Keren lah si mamak ini…

  4. Mba Dewi, terenyuh dan kaget juga membaca tulisan ini. Tentunya sangat tak mudah dilupakan jika ini yang terjadi. Tapi aku setuju kalau mba bersama dia, belum tentu mba bisa seperti sekarang.. Tetap melihat ke depan dengan segala kebaikan yang suami berikan saat ini. InsyaAllah sahabat diterima disisi Allah. Aaamin

  5. Ceritanya Mbaaa, hiksss. Kalau ini nyata, semoga Mba diberikan keikhlasan untuk mema'afkan ya Mba. Pasti sakit, dan lukanya dalam. Tapi pasti ada alasan terbaik pada setiap kejadian.

    Keep Strong!

  6. Entah ini kisah nyata atau bukan tapi pasti selalu ada hikmah yang bisa kita petik dari setiap kejadian yang kita alami.

    Kalo pun dulu menikah dengan pria itu, belum tentu sebahagia kehidupan yang sekarang.

  7. Kita memang baru tahu rasanya kehilangan setelah orang tersebut benar-benar pergi dari sisi kita. Ceritanya mengharu biru…:). Salam kenal Mbak Dewi Nuryanti.

  8. Innalilahi.. Maaaak, peluuuuk.. Aku speechless baca cerita ini.. Tapi selalu ada hikmah dibalik semua ya.. Kita yang sekarang juga karena takdir di masa lalu..

  9. Subhanallaaaaah.. ikut greget baca cerita teh dewi. Laki2 tuh emang yaa ga boleh jauh2 dari pandangan mata kita. Bersyukurlah kejadiannya sebelum nikah. Kalau sudah nikah, lebih nyakitin lagi krn ada anak sebagai pengikat. Apalagi bakalan ditinggal2 ke papua macam gini. Allah itu memang maha tau kebutuhan hambaNya. ^_^

  10. Rencana Alloh memang tidak bisa kita tebak ya, alur ceritanya terkadang buat kita gak bisa menerima secara langsung apa yang kita hadapi. Hebat mbak bisa kuat, semoga almh temanny bisa tenang di alam yang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button