Lifestyle

Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat, Mengenang Bapak Antropologi Indonesia

Prof. Koentjaraningrat, Bapak Antropologi Indonesia

Nama Koentjaraningrat cukup melekat dalam ingatan. Setidaknya lima tahun saya habiskan waktu muda saya bersama dengan buku-buku karya Pak Koen, panggilan akrab Pak Koentjaraningrat. Pada saat itu, suka atau tidak suka, saya harus berakrab ria dengan buku-buku karya  Koentjaraningrat. Sebagai seorang mahasiswa Antropologi, buku-buku hasil pemikiran Pak Koentjaraningrat sudah menjadi “makanan pokok” yang harus dilahap setiap hari. Begitu bicara tentang kebudayaan, ada Koentjaraningrat disana, apalagi saat membahas Antropologi, tidak akan pernah bisa lepas dari peran seorang tokoh akademisi yang bernama Koentjaraningrat. Begitu mendengar nama Koentjaraningrat, pengertian kebudayaanlah yang langsung muncul dalam benak saya hahaha.

Ada dua buku Pak Koen yang saya miliki sekaligus menjadi saksi bisu perjuangan menyelesaikan lima tahun perkuliahan yang sangat berkesan. Seperti kata Pak Koen dalam bukunya bahwa manusia dan kebudayaan tidak akan pernah terpisahkan. Jika ingin mempelajari tentang manusia berarti mendalami juga tentang kebudayaannya. Dan ternyata mempelajari ilmu Antropologi cukup seru dan menyenangkan buat saya. Banyak hal baik yang saya dapatkan dan sangat membantu saat saya harus terjun di tengah masyarakat yang memiliki suku bangsa berbeda dari saya. Berkat Antropologi saya tidak perlu merasakan apa yang dinamakan shock culture.

Buku karya Koentjaraningrat

Tidak berlebihan jika saya begitu antusias ketika mendapat undangan acara pembukaan Pameran dan Gelaran Budaya dan Seni dalam peringatan 100 tahun Koentjaraningrat, mengenang Bapak Antropologi Indonesia. Pak Koen sangat berperan besar dalam perkembangan Ilmu Antropologi di Indonesia. Pak Koen merupakan Antropolog pertama Indonesia. Beliau memegang peranan penting dalam merintis berdirinya 11 jurusan Antropologi di beberapa universitas tanah air. Beliau juga yang meletakkan dasar-dasar ilmu Antropologi di Indonesia.

Mengenal Lebih Dekat Sosok Koentjaraningrat, Bapak Antropologi Indonesia

Pak Koentjaraningrat memperoleh gelar kehormatan sebagai Bapak Antropologi Indonesia dari Lingkar Budaya Indonesia. Gelar kehormatan ini disematkan atas jasa-jasa serta dedikasi yang telah diberikan oleh Pak Koen semasa hidupnya untuk perkembangan ilmu Antropologi di Indonesia. Hampir sepanjang hidupnya Beliau habiskan untuk mengembangkan ilmu Antropologi di Indonesia, pendidikan Antropologi, serta aspek-aspek kehidupan yang berkaitan dengan kesukubangsaan dan kebudayaan Indonesia.

Pak Koentjaraningrat lahir di Yogyakarta pada 15 Juni 1923 dan meninggal pada tahun 1999. Beliau adalah anak dari pasangan RM Emawan Brotokoesoemo dan RA Pratisi Tirtotenojo. Ayah Pak Koen bekerja sebagai pegawai pamong praja di Pura Pakualaman. Sebagai seorang anak bangsawan, sejak kecil Pak Koen sudah akrab dengan seni dan budaya Jawa yang memberi pengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya sebagai seorang seniman dan Antropolog. Tidak banyak yang tahu kalau Pak Koen mahir menari Jawa dan sangat tertarik terhadap dunia pewayangan terutama wayang orang. Beliau juga seorang pelukis handal yang menghasilkan cukup banyak karya lukis.

Mengenang Bapak Antropologi Indonesia

Pak Koentjaraningrat berhasil merampungkan kuliahnya dan mendapat gelar sarjana muda Sastra Indonesia di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1950. Lalu pada tahun 1952 berhasil menyelesaikan kuliahnya di UI dan memperoleh gelar S-1 Sastra Indonesia. Ketertarikan Pak Koen terhadap Antropologi dimulai saat menjadi asisten Prof. GJ Held, guru besar antropologi di Universitas Indonesia, yang mengadakan penelitian lapangan di Sumbawa. Ketertarikan terhadap Antropologi membawa Beliau untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Yale, Amerika Serikat.

Pak Koentjaraningrat juga aktif menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dan pembangunan di Indonesia. Semasa hidupnya, Pak Koen menghasilkan 22 buku dan lebih dari 200 artikel. Beberapa bukunya hingga saat ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa jurusan Antropologi. Selain itu, Pak Koen juga mewariskan jejak seni budaya melalui hasil lukisannya, berbagai benda koleksinya seperti perangko dan keris. Puluhan hasil lukisan dan koleksi perangkonya inilah yang dipamerkan dalam Pameran Budaya dan Seni “Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat”.

Pameran Budaya dan Seni “Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat”


Pembukaan Pameran Seni dan Budaya Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat, Ibu Stien Koentjaraningrat dan Bapak Hilmar Farid

Bertepatan dengan 100 tahun Koentjaraningrat, keluarga besar Pak Koen menggelar serangkaian acara yang diawali dengan ziarah ke makam Pak Koen di Karet Bivak pada 23 Maret 2023. Kemudian pada tanggal 8 Juni 2023 bertempat di Bentara Budaya, Jakarta Barat digelar pembukaan Pameran Budaya dan Seni Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat. Pembukaan pameran tersebut diresmikan oleh Bapak Hilmar Farid Phd, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Riset dan Teknologi RI yang didampingi oleh Ibu Stien Koentjaraningrat, istri Pak Koentjaraningrat.

Pameran Budaya dan Seni Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat memperlihatkan sisi lain dari seorang akademisi yang bernama Prof. Dr. H. C. KPH. Koentjaraningrat. Pak Koen menunjukkan dirinya sebagai seorang seniman lewat lukisan-lukisannya. Hampir semua lukisan Pak Koen didominasi tema manusia dan budaya dengan berbagai latar belakang berbeda yang menonjolkan keutuhan seorang Koentjaraningrat. Saya dibuat kagum dengan lukisan Pak Koen yang berjudul ” Di Perahu Jepang” yang dilukisnya pada tahun 1983 dengan menggunakan cat air berwarna di atas kertas.

Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat, Mengenang Bapak Antropologi Indonesia

Pak Koen sangat mampu merekam realitas yang ada melalui tulisan dan visual. Dan hanya segelintir akademisi atau ilmuwan yang mampu melakukannya. Lukisan Beliau pun bukan sekedar gambar semata tapi sarat dengan pemahaman yang kuat. Saya semakin mengagumi sosok Pak Koen. Beliau melukis dengan menggunakan berbagai media dari pensil, krayon hingga tinta hitam. Dengan pendekatan realis, lukisan dan sketsa Pak Koen menampilkan gambaran kehidupan sehari-hari.

Bertepatan dengan 100 tahun Pak Koen pada tanggal 15 Juni 2023 akan digelar pertunjukan wayang orang Bharata dengan tema Gatot Kaca dapat beasiswa. Pagelaran wayang orang Bharata ini merupakan persembahan dedikasi keluarga besar kepada Pak Koen yang sangat menjunjung tinggi dunia tari dan pewayangan terutama wayang orang. Serangkaian peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat ini merupakan momen membanggakan dan bersejarah merayakan jasa-jasa, kerja keras, semangat dan dedikasi terhadap Prof. Koentjaraningrat sebagai Bapak Antropologi Indonesia. Pameran budaya dan seni peringatan 100 tahun Koentjaraningrat didukung penuh oleh FISIP UI, Kompas Gramedia, Bentara Budaya, AMINEF (American Indonesian Exchange Foundation) dan Fullbright Indonesia.

Sketsa Karya Pak Koen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button