Lifestyle

Berdamai Dengan Diri Sendiri Melalui Metode Ho’onopono

Hidup dapat segelap mendung dan seperti perahu terombang ambing di tengah lautan
Hidup tidak selamanya berjalan sesuai apa yang ada dalam angan kita. Mengalami kegagalan yang sangat menohok membuat semua kepercayaan diri hilang dan tak lagi bisa melihat kelebihan yang ada pada diri sendiri. Hal itulah yang sempat Mamak rasakan belasan tahun yang lalu.
Belasan tahun yang lalu, Mamak mengalami apa yang dinamakan putus pertunangan dan ini sangat mempengaruhi psikologis Mamak *et dah putus cinta aja sampai segitunya ya. Mamak depresi dengan kegagalan menuju pernikahan yang telah lama dimimpikan. Lah gimana ngga stress, hubungannya saja sudah enam tahun meski long distance relationship dan gagal menikah setelah semua dipersiapkan. Dan bukan hanya itu, gagal menikah karena Si Dia berpaling hati ke sahabat dekat Mamak sendiri *mirip kisah sinetron tapi ini nyata dan ternyata lebih nampol rasanya. Hmmm coba jika Kalian jadi Mamak, cam mana perasaan Kalian? *keluar deh logat Bataknya hahaha.
Sejak pemutusan rencana pernikahan secara sepihak tersebut, Mamak merasa dunia runtuh. Lebay sih tapi itulah yang Mamak rasakan. Mamak merasa tidak berguna, tak berarti dan tidak ada kelebihan sedikitpun yang ada dalam diri Mamak. Parah ya? Tapi, serius, itu yang Mamak rasakan. Dimata Mamak, orang lain itu memiliki beribu bahkan berjuta kelebihan, kebahagiaan serta keberuntungan. Sedangkan Mamak? Nothing.
Mamak merasa dunia hanya berwarna hitam putih saja. Dunia orang lain putih sedang dunia Mamak hitam bagai jelaga. Pekat sekelam awan hitam. Hidup Mamak menjadi berantakan. Tidak karuan. Hubungan dengan teman pun ikut-ikutan jadi ngga asik. Mamak menjadi asik dengan dunia sendiri yang semua serba gelap *spoky.

Gelap bagai langit hitam

Saat itu, Mamak tak mampu bersaing dengan orang lain karena telah kalah sebelum berperang. Mamak merasa tak punya kemampuan apa pun. Mamak tidak sanggup menghadapi “orang baru”. Sikap Mamak ini membuat Mamak sulit memperoleh pekerjaan. Padahal sebelumnya, Mamak sudah sempat bekerja namun resign.

Mamak merasa telah gagal. Tidak punya masa depan dan tak tentu arah. Inilah fase kegelapan hidup Mamak. Sampai suatu hari, secara tak sengaja Mamak menemukan sebuah buku di salah satu toko buku yang biasa Mamak jadikan tempat pelarian. Buku Chicken Soup tentang cinta dan hidup. Buku tersebut menampar kesadaran Mamak untuk keluar dari kegelapan yang Mamak buat sendiri.
Mamak tahu bahwa ada yang tidak beres dengan jiwa ini namun Mamak belum menemukan jalan keluar untuk semua persoalan yang Mamak hadapi. Mamak kabur dari semuanya, keluarga dan teman-teman.
Secercah Cahaya

Hidup berwarna kembali

Perkenalan dengan Chicken Soup menjadi titik awal kebangkitan seorang Dewi Nuryanti *semacam bangkit dari kubur saja ya huahahaha (sekarang bisa menertawakan kebodohan masa lalu itu tapi dulu? Terjerembab dan nyaris tak bisa bangun lagi). Membaca lembar demi lembar kisah dalam buku Chicken Soup, sedikit demi sedikit mampu mengurai benang kusut yang Mamak buat sendiri.

Sejak itu Mamak senang membaca seri demi seri Chicken Soup. Banyak pelajaran penting tentang hidup dan relationship yang Mamak terapkan dari buku tersebut. Pelan-pelan Mamak mulai menata hidup lagi. Mulai belajar menegakkan kepala lagi menghadapi semua masalah hidup sebagai sebuah pembelajaran.
Mamak mencoba mengenal diri sendiri. Mengintip ke dalam hati dan pikiran, sebenarnya apa yang Mamak pikirkan dan inginkan. Benarkah Mamak tidak memiliki kemampuan apapun? Benarkah hanya kekurangan saja yang Mamak miliki? Mamak mengkaji ulang kembali hidup dan diri Mamak sendiri.
Pelan-pelan Mamak mulai berani menghadapi dunia. Mencoba mengosongkan hati dan lahir kembali. Hidup adalah pilihan, bukan? Dan akhirnya Mamak memutuskan untuk melangkah lagi. Mamak menerapkan teori ho’onopono yang Mamak ketahui dari buku Zero Limits untuk membantu menemukan kembali diri Mamak. Teori ini merupakan teori pembersihan diri karena apapun yang terjadi pada kita adalah bersumber dari pikiran kita sendiri.
Yups, pikiran Kita adalah penentu kehidupan apa yang Kita jalani. Jika Kita memikirkan hal-hal positif maka positif things will made happen, sebaliknya jika kita memikirkan hal-hal negatif maka negatif things will happen. Kita bertanggung jawab penuh untuk semua hal yang terjadi pada diri Kita sendiri seperti rasa sakit, kekerasan, luka, penderitaan dan juga hal-hal baik seperti cinta kasih, kemajuan, keputusan yang bijaksana, serta kebahagiaan. Intinya adalah apapun yang terjadi pada diri Kita, sumbernya adalah pikiran dan diri Kita sendiri.
Teori ho’oponopono yaitu proses pengampunan, pengulangan, dan perubahan yang dilakukan terhadap diri sendiri. Ada empat kalimat yang harus diucapkan secara ikhlas dan ini merupakan inti dari metode hooponopono yaitu aku menyesal, maafkan aku, terimakasih dan aku mencintaimu. Empat kalimat tersebut diucapkan berulang ulang sambil mengusap halus hati yang terasa sakit dan terluka.
Metode ini pertamakali dipakai di Hawaii dan digunakan untuk memperbaiki hal-hal yang tidak beres dalam kehidupan seseorang dan juga seisi alam semesta ini. Teori ini telah berhasil diterapkan di Hawai untuk menyembuhkan pasien sakit jiwa alias gila.
Point penting dari metode ini adalah berdamai dan memaafkan diri sendiri. Terapi ho’onopono ini berhasil Mamak terapkan untuk menerapi diri Mamak.
Perlahan Mamak mulai melangkah lagi dan mengenal diri sendiri. Mamak tahu dengan pasti apa kelemahan Mamak dan apa saja kelebihan Mamak yang dapat digunakan untuk memberi arti pada dunia. Arti pada kehidupan ini. Mamak sudah tidak lagi memusingkan kelebihan yang dimiliki orang lain dan membandingkannya dengan diri Mamak. Mamak fokus pada pengendalian emosi dan penyembuhan jiwa sendiri.
Mamak jadi tahu bahwa Mamak adalah tipe orang yang baper alias mudah kepikiran omongan orang dan sikap orang ke Mamak. Terlalu sensitif sih sebenarnya. Dan ini kurang baik juga jika tidak dapat dikendalikan. Mamak semakin mengenal diri sendiri sampai akhirnya Mamak menemukan passion Mamak yaitu menulis blog. Satu kegiatan yang pada akhirnya membawa diri Mamak seperti masa muda dulu sebelum “masa kegelapan” itu datang. Ceria, optimis, melangkah pasti dan bahagia. Mamak memilih bahagia karena bahagia itu adalah pilihan. Bye bye masa kelabu wkwkwk.


Salah satu tulisan Mamak yang membuat bahagia Udang Selingkuh Kuliner Khas Wamena, Papua

Yes, I am now

7 Comments

  1. penyakit hati memang menjadi masalah bagi tiap orang, akhirnya menjadi penyakit lain datang seperti asam lambung dan jantung. memang mencoba memaklumi dan memaafkan butuh waktu yang tidak sebentar.

  2. Penyakit seperti ini memang sepertinya tidak tampak dan sulit didiagnosa, tapi efeknya bisa menakutkan. Karena selain menyerang psikis akhirnya fisik kena juga. Terus semangat ya, Mbak. Semoga saya pun bisa me-release segala penyakit di hati.

  3. Kakak kelaskuuu, kayaknya dirimu cerah ceria menggelora tapi ternyata menyimpan sisi mellow dan sensitif ya. Hempas manja aja hal-hal sepele yang bikin baper, hihihi.

  4. Oh, namanya hoonopono, hehehe kayak baca hanacaraka. Pernah dengar cerita ini, tapi baru sekarang tahu namanya. Semangat ya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button