Cegah Stunting dan Obesitas itu Selalu Penting
Cegah stunting dan obesitas itu selalu penting untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia serta pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas |
Masalah Stunting dan Obesitas di Indonesia
Indonesia hingga hari ini masih dihadapkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk persoalan yang terkait dengan gizi. Permasalahan gizi yang harus dihadapi oleh bangsa ini adalah seputar stunting (gizi kurang) dan obesitas (gizi lebih). Diantara dua hal tersebut tidak ada yang lebih baik, keduanya sama-sama memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Berbagai upaya untuk mengatasi masalah stunting dan obesitas telah dilakukan pemerintah sejak beberapa waktu lalu karena permasalahan gizi ini mempengaruhi kualitas sumber daya manusia negeri ini di masa depan. Karenanya cegah stunting dan obesitas itu penting.
Cegah stunting dan obesitas penting karena keduanya sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak dan berpengaruh pula terhadap pembangunan SDM berkualitas dan berdaya saing. WHO mendefinisikan stunting sebagai gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang kurang memadai. Anak-anak dikategorikan terhambat gizinya jika tinggi badan mereka terhadap usia lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar pertumbuhan anak WHO. Sedangkan menurut World Bank dan UNICEF, stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam waktu lama dan berhubungan dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan pertumbuhan fisik dan pencapaian kecerdasan yang rendah (The World Bank, 2010, UNICEF). Stunting dapat dikatakan juga sebagai gagal tumbuh.
Menurut Kemenkes RI, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah ukuran yang seharusnya. Stunting pada anak bermula pada seribu hari pertama kehidupan akibat kekurangan asupan zat gizi. Artinya kekurangan asupan zat gizi tersebut terjadi dari masa konsepsi hingga anak tersebut berusia 2 tahun.
Gambar dari web Kemenkes RI |
Stunting pada anak menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh dan pertumbuhan fisik. Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, yakni 14 persen. Hingga saat ini Indonesia masih terus berupaya untuk mengatasi masalah stunting pada anak.
Perlu diingat bahwa stunting dan gizi buruk adalah dua hal yang berbeda. Gizi kurang atau gizi buruk adalah kondisi kekurangan asupan zat gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Anak yang mengalami gizi buruk atau gizi kurang, belum tentu mengalami stunting. Salah satu indikasi seorang anak mengalami gizi buruk adalah perutnya buncit, kulitnya kering, lemah di bawah kulit berkurang dan otot mengecil. Sedangkan stunting ditunjukkan oleh pertumbuhannya yang terlambat, tubuh lebih pendek dan kecil dan merupakan kondisi kekurangan asupan gizi dalam jangka panjang yaitu pada seribu hari pertama kehidupan (HPK).
Stunting bukan semata pada ukuran fisiknya saja yang pendek namun lebih pada konsep bahwa terjadi hambatan tumbuh kembang organ lainnya termasuk otak dan terjadi gangguan metabolisme pada tubuhnya. Anak yang mengalami stunting pasti pendek namun anak yang pendek belum tentu stunting (Achadi et al, 2020). Untuk mencegah dan mengatasi stunting sedini mungkin, orangtua terutama ibu harus mengenali kondisi status gizi anak.
Ibu harus memantau kondisi status gizi anak yang dapat dilihat dari kurva pertumbuhan tumbuh kembang anak yang terdapat pada buku KIA dan merupakan langkah awal untuk mengetahui apakah si anak mengalami gangguan pertumbuhan atau tidak. Stunting disebabkan faktor kurangnya pengetahuan orangtua soal gizi, faktor ekonomi, kebersihan personal, kesehatan lingkungan dan penyakit. Oleh sebab itu penting sekali untuk memberikan edukasi secara berkala pada calon ibu dan para ibu seputar asupan gizi berimbang untuk tumbuh kembang buah hatinya sejak masa pra konsepsi hingga 1000 HPK.
Selain stunting, masalah kesehatan yang masih jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah adalah obesitas termasuk obesitas yang terjadi pada anak-anak. Pengertian obesitas merujuk pada penumpukkan lemak yang tidak normal atau berlebihan di dalam tubuh seseorang yang disebabkan oleh beberapa faktor. Obesitas dapat disebabkan oleh faktor genetik dan pengaruh dari lingkungan serta perilaku. Terutama perilaku kurang sehat, tidak menjaga pola makan dengan gizi seimbang dan kurang melakukan aktivitas fisik yang sesuai.
Obesitas dapat terjadi karena pola dan kesenangan makanan yang berlebihan, kadar lemak makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik yang kurang, pengaruh emosional dan gemar minuman beralkohol. Masalah obesitas tidak hanya menjadi masalah untuk Indonesia saja tapi menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Obesitas menjadi masalah kesehatan yang belum juga terselesaikan. Selain dapat mengakibatkan masalah kesehatan secara fisik, obesitas juga dapat menyebabkan masalah psikologis seperti stres dan depresi.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen. Target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8 persen. Berbagai upaya dilakukan agar prevalensi obesitas tidak mengalami kenaikan. Dan hal ini bukanlah upaya yang mudah, diperlukan aksi bersama cegah stunting dan obesitas di negeri tercinta.
Cegah stunting dan obesitas dengan asupan gizi seimbang dan perilaku hidup sehat (gambar dari website Kemenkes RI) |
Masalah kesehatan terutama masalah stunting dan obesitas memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang karena kedua masalah kesehatan ini menjadi salah satu indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus. Karena diperlukan aksi bersama cegah stunting dan obesitas.
Webinar Hari Gizi Nasional 2022, Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas
Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional 2022, Kemenkes RI menyelenggarakan webinar kesehatan melalui aplikasi zoom meeting dengan topik Cegah Stunting Selalu Penting. Webinar kesehatan ini terkait dengan tema HGN ke-62 yaitu “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”. Melalui tema ini pemerintah mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam upaya mencegah stunting dan obesitas. Dan hal ini terlihat dari webinar kesehatan yang dilakukan oleh Kemenkes RI dengan menggandeng Unicef, Unilever dan Tanoto Foundation.
PMBA secara optimal cegah stunting |
Nara sumber pertama yang memaparkan materinya adalah Ibu Ninik Sukotjo dari Unicef. Bu Ninik menjelaskan pentingnya pemberian makan bayi dan anak (PMBA) secara optimal untuk cegah stunting. Berdasarkan data global dan Indonesia, stunting meningkat secara cepat pada rentang usia 6 sampai 23 bulan. Karena itu PMBA penting dalam 1000 HPK. Kebutuhan gizi anak usia 0-23 bulan sangat tinggi disebabkan karena masa ini merupakan periode pertumbuhan pesat, pertumbuhan otak hingga 75% ukuran orang dewasa, lebih dari 1 juta koneksi saraf dibentuk setiap detik, berat badan bayi dan balita meningkat 4X lipat serta tinggi badan bertambah hingga 75%. Jika pada periode ini, bayi dan balita tidak memperoleh asupan gizi berimbang yang semestinya, tumbuh kembangnya pun akan mengalami gangguan.
Bu Ninik menjelaskan bahwa ada beberapa pendekatan secara sistem untuk perbaikan asupan gizi anak yaitu melalui perluasan akses konseling berkualitas tentang pemberian ASI Eksklusif dan PMBA, meningkatkan ketersediaan akses dan jangkauan akan pangan sehat untuk anak pada 1000HPK, meningkatkan edukasi tentang pemberian makanan dengan asupan gizi seimbang pada 1000HPK anak, dan memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber bahan pangan dengan gizi seimbang untuk bayi dan balita.
Selaras dengan paparan Bu Ninik, pemerintah melalui program GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat) telah berupaya pula memberikan edukasi pada masyarakat luas tentang pentingnya menjaga asupan gizi seimbang, pola hidup sehat, melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit dan cek kesehatan rutin secara berkala. Tujuannya adalah untuk mengendalikan serta mengatasi masalah kesehatan termasuk masalah gizi seperti stunting dan obesitas.
Masalah stunting dapat diatasi dengan melakukan berbagai cara pencegahan seperti edukasi pada calon ibu tentang pentingnya asupan gizi seimbang sejak awal kehamilan hingga 1000 HPK. Setelah melahirkan, orangtua terutama ibu harus terus memantau tumbuh kembang buah hatinya. Jika terlihat tanda-tanda ketidaknormalan pada tumbuh kembang anaknya, orangtua harus sesegera mungkin membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk berkonsultasi. Cegah stunting dapat juga dilakukan sejak masa pra-konsepsi dengan memberikan tablet tambah darah pada remaja putri dan terus memberikan edukasi secara masif tentang pentingnya pola makan seimbang dan hidup sehat.
Terkait dengan edukasi mengenai PMBA, Tanoto Foundation melakukan studi tentang pendekatan desain berbasis masyarakat untuk praktik PMBA dan perkembangan AUD di Indonesia yang hasilnya diharapkan dapat membantu pemerintah dalam upaya cegah stunting selalu penting. Tanoto Foundation melakukan studi kasus di beberapa daerah di Indonesia seperti di KalSel, SulBar, NTT, Maluku, SumBar dan JaBar dengan menggunakan desain penelitian yang berpusat pada manusia (Human Centered Design) melalui observasi partisipatif (immersion) dan membangun prototipe untuk solusi efektif serta mendorong komunikasi perubahan perilaku dan sosial (sbcc). Dari hasil penelitiannya di beberapa daerah di Indonesia, Tanoto Foundation memberikan rekomendasi pada pemerintah:
-Pembelajaran dari pendekatan bottom-up ini diharapkan dapat membantu untuk menginformasikan komunikasi perubahan perilaku strategi (SBCC) pemerintah untuk pengurangan stunting;
-Studi ini membantu meningkatkan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana menyediakan makanan tambahan yang berkualitas bagi bayi mulai 6-24 bulan;
-Dibutuhkan penguatan kepada para kader untuk mempengaruhi perubahan perilaku di masyarakat.
Sama halnya dengan Tanoto Foundation, Unilever Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang gizi seimbang. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Andriyani Wagianto, Nutrition and Health Manager Southeast Asia PT Unilever. Untuk mentransformasi sistem pangan yang berkelanjutan Unilever telah memperkuat kembali komitmennya dalam hal nutrisi. Ada beberapa inisiatif yang dilakukan oleh Unilever Indonesia dalam perbaikan nutrisi dan stunting, diantaranya yaitu standar nutrisi internal, reformulasi produk dan menciptakan kebiasaan pola makan yang baik dan hidup bersih melalui berbagai program yang diusungnya.
Unilever Indonesia juga memiliki program Nutrimenu Indonesia yaitu masak lezat sesuai isi piringku. Program Nutrimenu merupakan inisiatif dari salah satu brand Unilever yang diluncurkan sejak 2019. Bekerjasama dengan mitra strategis, program Nutrimenu bertujuan untuk memberikan edukasi dan membangun kebiasaan keluarga Indonesia dalam memasak dan mengonsumsi makanan yang lezat dan bergizi seimbang sesuai panduan Kementerian Kesehatan “Isi Piringku”. Program Nutrimenu memiliki kelebihan yaitu lezat dan disukai anak, harganya terjangkau dan sudah pasti bernutrisi. Program ini telah berhasil menjangkau lebih dari 1 juta ibu dan remaja sejak tahun 2019 dan diharapkan dapat menjangkau lebih dari 100 juta piring lezat bergizi seimbang pada tahun 2022 ini.
Untuk cegah stunting memang diperlukan dukungan berbagai pihak, bukan hanya pemerintah saja, begitupun untuk mencegah dan mengendalikan obesitas. Diperlukan aksi bersama dan dukungan dari semua pihak. Obesitas dapat dicegah dan dikendalikan dengan mengatur pola makan dan mengkonsumsi gizi seimbang serta menerapkan pola hidup sehat. Melakukan aktivitas fisik secara rutin minimal 30 menit setiap harinya. Obesitas terjadi karena kurang seimbangnya asupan makanan yang dikonsumsi karena itu penting sekali untuk mengatur pola makan, mengatur asupan makanan yang dikonsumsi serta membatasi gula dan lemak agar obesitas dapat dicegah dan dikendalikan. Sehingga Indonesia dapat secepatnya mengatasi masalah stunting dan obesitas yang masih saja menghantui sampai detik hari ini.
Webinar Hari Gizi Nasional Cegah Stunting Selalu Penting |