KesehatanLifestyle

Waspada Hoaks Kesehatan, Saring Sebelum Sharing

Hoaks atau fake news sedang merajalela saat ini

“Loe udah vaksin? Gw ngga vaksin ah. Serem, kemarin temen gw cerita kalau tetangganya meninggal gara-gara vaksin”, pernyataan seperti ini bukan hanya sekali-dua kali saya dengar. Ini hanya salah satu contoh bagaimana informasi yang belum tentu kebenarannya mampu memengaruhi  tindakan dan sikap orang lain. Pesatnya perkembangan dunia digital membuat arus informasi begitu deras mengalir. Seringnya susah sekali membedakan mana informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan dengan informasi yang berisi propaganda dan berita bohong.

Menghadapi derasnya informasi yang datang, diperlukan kecerdasan dan kewaspadaan dalam menyikapinya. Perlu ditelaah setiap informasi yang datang. Harus ditelaah dan dicerna lebih dulu sebelum mempercayainya. Jangan langsung di share atau disebarkan ke orang lain dulu sebelum tau kebenaran berita tersebut. Hoaks seputar kesehatan terutama tentang Covid-19 dan vaksin luar biasa banyaknya. Hoaks tersebut berpengaruh terhadap sikap dan respon masyarakat terhadap kebijakan dan langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Terkait dengan begitu banyaknya hoaks seputar program vaksinasi Covid-19, DitJen IKP Kominfo bekerja sama dengan Ikom UPH mengadakan webinar “No Hoaks: Vaksin Aman, Hati Nyaman”. Webinar ini diselenggarakan sebagai upaya untuk memberikan pemahaman serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi Covid-19 sebagai usaha untuk mempercepat herd immunity sehingga pandemi bisa sesegera mungkin dikendalikan.

Webinar No Hoaks: Vaksin Aman, Hati Nyaman

Webinar No Hoaks: Vaksin Aman, Hati Nyaman

Webinar No Hoaks: Vaksin Aman, Hati Nyaman diselenggarakan melalui zoom meeting dan diikuti oleh berbagai kalangan. Webinar ini merupakan langkah yang diambil oleh Kominfo untuk meluruskan berita dan informasi hoaks seputar vaksin Covid-19. Webinar ini menghadirkan Prof. Widodo Muktiyo, dr. Siti Nadia Tarmidzi dan Bapak Benedictus.

Webinar hoaks seputar vaksin Covid-19

Prof. Widodo memaparkan bahwa saat ini, pengguna internet mencapai 175 juta dan akses media sosial 160 juta. Hal ini dapat menjadi sebuah harapan sekaligus ancaman. Internet maupun medsod mampu memengaruhi pikiran manusia secara massal, dalam waktu singkat dengan biaya murah dan sulit dilacak. Internet dan medsos merupakan sebuah kekuatan di era digital ini. Bentuk ancaman yang mungkin muncul dari adanya internet dan medsos bisa berupa provokasi, agitasi dan propaganda. Karena itu pemerintah terus melakukan edukasi pada masyarakat agar bijak bermedia sosial dan dalam penggunaan internet.

Di era post truth dan echo chamber ini, kebenaran, fakta dan bukti tidak terlalu penting lagi sepanjang narasi, cerita dan pemikiran diterima berdasarkan kesamaan pandangan, pikiran dan keyakinan. Hingga tumbuhlah subur cara-cara manipulatif dan menyihir orang untuk mempercayainya berdasarkan prinsip-prinsip di luar penalaran dan akal sehat. Di masa ini pula masyarakat bertindak sebagai konsumen, produsen sekaligus distributor informasi melalui maraknya media sosial.

Kemudahan mengakses informasi di era digital ini membuat susah sekali membedakan mana berita benar sesuai faktanya dan berita bohong atau hoaks. Hoaks memiliki tujuan, diantaranya membentuk perspektif dan opini negatif, provokasi hingga menyulut kebencian. Informasi atau berita hoaks biasanya tidak memiliki kesesuaian antara judul dan isi. 

Hoaks lazimnya berisi provokasi atau menyudutkan pihak tertentu. Ada 3 faktor utama pemicu munculnya banyak hoaks di dunia maya yang berpengaruh terhadap kehidupan nyata. 3 faktor tersebut yaitu kebiasaan untuk langsung share berita tanpa disaring terlebih dulu, rendahnya tingkat literasi dan sosio kultural serta adanya dalang yang sengaja membuat kerusuhan melalui berita/informasi hoaks tersebut.

Pada masa pandemi ini, hoaks masalah kesehatan terbilang sangat banyak dan kehadiran hoaks ini cukup meresahkan karena dapat membuat orang yang memercayai informasi tersebut jadi melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan dan cenderung merugikan dirinya sendiri serta orang lain. Hoaks masalah kesehatan yang saat ini sedang wara wiri di dunia maya adalah hoaks seputar vaksin. Seperti yang dijelaskan oleh dr. Siti Nadia Tarmizi, pemerintah menargetkan minimal 1juta vaksin perhari yang harus diberikan pada masyarakat Indonesia di bulan Juli ini. Harapannya agar herd immunity dapat cepat terbentuk dan pandemi dapat dikendalikan. Tapi bagaimana herd immunity bisa tercapai secepatnya jika masyarakatnya enggan dan takut untuk vaksin gara-gara memercayai hoaks seputar vaksin.

dr. Siti Nadia

Menurut dr. Siti Nadia, sepanjang masa pandemi, pencegahan Covid-19 pun belum sepenuhnya menjadi bagian dari norma masyarakat. Contohnya masih banyak masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan. Jangankan untuk vaksinasi, memakai masker saja masih susah. Berita hoaks yang beredar menjadi salah satu sebab keruwetan penanganan covid di tanah air. Akibatnya terjadilah lonjakan jumlah penduduk Indonesia yang terpapar dan terinfeksi Covid-19 secara signifikan sampai akhirnya pemerintah memberlakukan PPKM Darurat atau pembatasan kegiatan masyarakat untuk mengatasi lonjakan tersebut.

Adapun menurut Bapak Benedictus, hoaks seputar vaksin yang saat ini beredar di dunia maya, diantaranya:

*Penerima vaksin akan meninggal dunia, dua tahun setelah menerima vaksin;

*Vaksin Covid-19 mengandung unsur magnetik, chip pelacak dan dapat mengubah genom;

*Vaksin Sinovac disebut punya efek samping yang dapat memperbesar kelamin pria;

*Vaksin Sinovac disebut untuk kelinci percobaan dan terdapat teks only for clinical trial pada kemasannya;

*Vaksin Sinovac mengandung vero cell dan bahan tidak halal;

*Vaksin Astra Zeneca dapat menimbulkan KIPI yang parah dan berujung kematian.

Semua hoaks yang beredar tersebut belum teruji kebenarannya dan masih berupa asumsi sepihak saja yang bersifat subyektif.

Akibat dari hoaks seputar vaksin ini, cukup banyak masyarakat yang jadi takut di vaksin dan memilih untuk tidak divaksin Covid. Penyesatan informasi inilah yang menghambat pelaksanaan program vaksinasi pemerintah yang gencar dilakukan di berbagai titik pelayanan vaksinasi. Keadaan seperti ini, tidak dapat dibiarkan. Hoaks harus diberantas hingga akar-akarnya supaya tidak bertambah banyak orang yang tersesat pikirannya dan membuat pandemi semakin betah di Indonesia.

Informasi bohong atau hoaks yang beredar, kian memperunyam penanganan Covid di Indonesia. Masyarakat lebih percaya pada informasi yang belum tentu kebenarannya daripada mencari fakta terlebih dulu. Untuk mampu meredam beredarnya hoaks yang meresahkan, masyarakat diminta dan dihimbau untuk bersikap cerdas dalam memilah berita. Harus cek ricek dulu sebelum menyebarkan berita/informasi pada orang lain. Bahasa kerennya “saring sebelum sharing”. Sudah saatnya masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang cerdas dan memiliki integritas. No Hoaks club..

Waspada hoaks

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button