KesehatanParenting

Kasih Ibu Sepanjang Masa

Si Sulung yang beranjak remaja

 Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali. Bagai sang surya menghiasi dunia 

Sebuah lagu yang melukiskan kasih sayang dan cinta seorang ibu kepada anaknya. Mamak sebagai seorang ibu merasakan betul bagaimana rasanya memiliki anak sekaligus menjadi seorang anak. Yups, Mamak adalah anak dari seorang wanita yang telah berkorban nyawa untuk melahirkan dan membesarkan Mamak dan orang itulah yang Mamak panggil dengan sebutan Ibu. Seorang wanita luar biasa yang mampu melakukan apapun demi anaknya. Yang selalu berada di sisi suaminya menghadapi semua manis getir hidup ini. Selain sebagai seorang anak, Mamak juga seorang ibu. Ibu dari dua orang anak yang sangat bertolak belakang kondisinya. Tapi apa pun kondisi seorang anak, dia tetaplah anak kesayangan hati orang tuanya.

Si Sulung dan Si Adik saat terapi renang untuk Si Sulung

Mamak dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Ibu saat melahirkan dan mendidik Mamak. Karena Mamak telah mengalaminya sendiri. Mamak sekarang dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Ibu ketika menghadapi semua kenakalan anak perempuannya ini. Anak perempuan yang terkadang lupa dengan label “anak perempuan” alias cenderung perkasa hahaha. Ibu mana yang tak ketar ketir hatinya saat melihat anak perempuannya sudah nangkring di atas pohon rambutan di dahan yang paling atas dan siap memanen semua buah yang ada. Padahal pohonnya besar dan tinggi. Namun itu belumlah seberapa.

Ada satu kejadian yang membuat Ibu, Ayah dan Kakak-kakak Mamak nyaris pingsan karena kelakuan Mamak. Mamak bolos sekolah dan pergi ikut kakak kelas menerbangkan burung dara. Saat itu, Mamak masih kelas satu SMP. Keadaan tempat tinggal Mamak masih banyak pohon dan tanah lapang. Karena keasikan ‘main’ burung dara, Mamak dan keempat kakak kelas yang semuanya laki-laki itu berjalan cukup jauh dari tempat tinggal Kami. Ngga sadar sih tepatnya karena saking asiknya menerbangkan burung. Ditengah jalan, Kami bertemu dengan sekelompok anak sebaya yang juga membawa burung dara. Singkat cerita, Kami mengadu burung dara tersebut.


Pertarungan burung dara tersebut berakhir rusuh dan berujung perkelahian. Tempat perkelahian itu di pinggir kebun orang yang ditanami kacang panjang dan pare. Berantemlah Kami dan sekelompok anak sebaya yang jumlahnya dua kali lipat jumlah Kami. Sudah ketebakkan kelompok siapa yang kalah? Jelaslah Kami kalah hahaha tapi bukan itu inti ceritanya. Kami berkelahi sampai masuk ke kebun orang dan merusak tanaman yang ada. Celakanya, saat Kami dalam keadaan terdesak, datanglah Si Pemilik kebun, marah-marah sambil mengacungkan sabit kearah Kami. Tahu kan apa itu sabit? Langsung paniklah Kami melihat Bapak itu apalagi melihat benda yang ada ditangannya, larilah Kami terbirit-birit dan lupa dengan perkelahian tersebut termasuk lupa dengan burung dara beserta kandangnya yang Kami bawa. Cuma satu yang ada dibenak Mamak saat itu, lari sekencang-kencangnya. Karena panik, Mamak ngga lihat kondisi jalan ketika berlari melintas jalan yang cukup ramai dan sukseslah Mamak menabrak motor. Bukan motor yang menabrak Mamak tapi Mamak yang menabrak motor. Hebat kan? Wkwkwk. Hasilnya, Mamak harus berakhir di rumah sakit dengan bahu kanan yang bergeser dan belasan jahitan dibeberapa tempat. Saat berada di IGD RS dan melihat orang tua Mamak yang panik karena melihat kondisi anak perempuannya, pada saat itulah Mamak merasa menyesal. Menyesal telah berulah dan bikin masalah. Meskipun telah membuat kehebohan bahkan nyaris kehilangan nyawa, Ibu tak pernah kasar menghadapi Mamak. She is always beside me with her smile. Selalu ada bermilyaran cinta dalam hatinya untuk Mamak. Dan hal ini yang semakin menohok Mamak. Membuat rasa bersalah semakin meluap. Mom, please forgive me! Please.


Mamak merasa selalu bikin susah dan masalah karena itu Mamak tak pernah menolak apapun keinginan Ibu saat ini. Apapun yang Beliau inginkan, selama Mamak dapat melakukannya pasti akan Mamak lakukan. Semua itu Mamak lakukan untuk sedikit menebus air mata dan kesedihan yang pernah Ibu rasakan karena ulah Mamak. Bagi Mamak, kasih Ibu tak terbatas. Kasih Ibu sepanjang masa. Peluh dan air mata silih berganti bercucuran demi memastikan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anaknya. Ibu dan Ayah selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kehidupan Kami, anak-anaknya.

Kasih Ibu bagai angkasa luas

Ibu, dibalik semua kelembutannya adalah sosok yang keras pendirian dan disiplin. Meskipun tak pernah berkata dan bersikap kasar tapi kedisiplinannya cukup membuat Kami tahu dan mampu menjadi pribadi yang mandiri dan tidak mengandalkan orang lain jika Kami menginginkan sesuatu. Mamak dibiasakan untuk mendapatkan barang idaman dengan cara mendapatkannya sendiri. Dengan jerih payah sendiri. Didikan Ibu ini membuat Mamak akrab dengan dunia jual beli.

Sejak SMP, Mamak sudah terbiasa membawa dagangan ke sekolah. Dari jualan keripik singkong yang Mamak bungkus sendiri memakai plastik kecil yang Mamak ambil diam-diam di toko kelontong  milik Ibu wkwkwk. Sebenarnya kripik singkong itu, Ibu buat sebagai cemilan untuk anak-anaknya dan disimpan dalam toples-toples plastik besar. Tujuannya adalah supaya Kami, anak-anaknya tidak jajan di luar. Tapi yang terjadi adalah kripik singkong tersebut Mamak jadikan sebagai komoditas jualan Mamak di sekolah. Mamak kemas saat Ibu berada di toko kelontongnya. Ya ampun parah. Tapi lagi-lagi, Ibu hanya tersenyum melihat tingkah polah anaknya. Malah Beliau membuat kripik singkong lebih banyak dan diberi rasa pedas. Makin senang dong Mamak untuk menjualnya huahahaha. Mamak pun semakin semangat untuk berjualan di sekolah.

Kasih sayang Ibu tak pernah lekang oleh waktu meskipun anaknya sudah menjadi seorang ibu, itulah yang Mamak rasakan. Ibu tetap memperlakukan Mamak sebagai anak perempuannya yang harus selalu Ia awasi dan bantu. Sampai saat ini. Dan Mamak sangat bersyukur karena memiliki seorang ibu yang tak pernah habis kasih sayang, perhatian dan pengertiannya untuk anak-anaknya. Semoga sehat selalu ya Ibu.

Si Sulung dan Si Adik

Menjadi seorang ibu dan merasakan ketar ketir saat anaknya berada dalam kondisi bahaya seperti berkaca pada peristiwa masa lalu saat Mamak membuat ketar ketir perasaan Ibu. Memang benar peribahasa yang mengatakan Tuhan itu Maha Adil dan karma selalu berlaku. Hal tersebutlah yang Mamak rasakan. Sejak menikah dan memiliki anak dengan kondisi istimewa  dan selalu membuat Mamak ketar ketir memikirkannya. Persis yang Ibu rasakan meski kondisinya sedikit berbeda. Ibu ketar ketir karena kenakalan dan ketomboy-an Mamak sedangkan Mamak ketar ketir memikirkan kondisi kesehatan anak pertama Mamak. Ya, Tuhan menitipkan anak istimewa pada Mamak supaya Mamak selalu ingat dosa dosa yang telah Mamak lakukan pada Ibu. Tapi bukan berarti Mamak merasa kehadiran anak pertama Mamak adalah hukuman untuk Mamak. Sama sekali tidak.

Ibu selalu mendampingi Mamak melalui saat saat genting menghadapi kondisi kesehatan anak pertama Mamak. Tak pernah Ibu membiarkan Mamak bersusah hati sendiri. Memiliki anak istimewa membuat Mamak semakin sadar bahwa apapun di dunia ini, hanya sementara sifatnya. Anak pun titipan. Bukan milik orang tuanya. Kehadiran anak pertama Mamak semakin membuat Mamak menyadari betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh Ibu. Mamak belajar dari kesabaran dan ketegaran Ibu dalam menjalani setiap episode dalam kehidupannya. Alhamdulillah, kondisi kesehatan anak pertama Mamak mengalami kemajuan berarti dan berangsur dapat hidup normal seperti anak-anak lainnya.

Si Sulung yang berangsur sehat

Memiliki anak dengan kondisi badan yang lemah dan mudah sakit cukup memporak-porandakan perasaan Mamak. Sedih dan gulana. Ingin rasanya menggantikan semua rasa sakit yang dirasakannya. Kepanikan bertambah saat Si Sulung mengalami demam dan obat demam yang ada tidak cocok untuk dirinya sehingga demamnya tidak kunjung reda. Biasanya jika seperti ini, Mamak langsung membawa Si Sulung ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut lagi. Mamak selalu diingatkan oleh dokter yang menangani Si Sulung untuk selalu sedia obat demam yang dapat diterima tubuh Si Sulung. Jika Si Sulung demam harus secepatnya diambil tindakan untuk menurunkan demamnya. Harus secepatnya diberi obat penurun demam dan diganti bajunya dengan bahan yang tipis. Untuk menghindari demam semakin tinggi suhunya dan kejang karena demam. Mamak juga memberi Si Sulung minum air putih sedikit demi sedikit tapi sering. Mamak biasanya juga mengompres Si Sulung dengan handuk kecil dan air yang suhunya tidak jauh berbeda dengan suhu tubuh Si Sulung supaya tidak terjadi lonjakan temperatur tubuh yang dapat memperburuk kondisi Si Sulung.

Setelah mencoba beberapa obat penurun demam, akhirnya Mamak menemukan Tempra Sirup paracetamol anak untuk mengatasi demam Si Sulung. Mamak diperkenalkan dengan Tempra, paracetamol anak oleh Kakak yang kebetulan berprofesi sebagai dokter. Tempra sirup cukup efektif untuk mengatasi demam pada anak. Tempra Syrup memiliki kemasan yang praktis dengan tutupnya yang tidak mudah bocor sehingga aman jika ingin dibawa bepergian atau dimasukkan dalam tas. Tempra sirup terdiri dari rasa anggur dan jeruk. Alhamdulillah, Si Sulung cocok mengonsumsi Tempra sirup ini. Setidaknya sedikit berkurang rasa was was Mamak.

Mamak percaya pada Tempra karena Tempra aman di lambung dan saat hendak diminum tidak perlu dikocok karena larut 100%. Selain itu, Tempra memiliki dosis tepat (tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis). Setiap 5  ml Tempra Syrup mengandung 160 mg paracetamol. Tempra Syrup mengandung paracetamol yang bekerja sebagai antipiretika pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang rasa sakit. Tempra bermanfaat untuk meredakan demam, rasa sakit dan nyeri ringan, sakit  kepala dan sakit gigi, demam setelah imunisasi atau atas petunjuk dokter. Tempra dapat diminum setiap 4 jam sekali atau sesuai petunjuk dokter, tapi tidak boleh lebih dari 5 kali sehari.

Untuk anak yang berusia di bawah 2 tahun, dosis minum Tempra adalah sesuai petunjuk dokter atau menggunakan Tempra Drops. Sedangkan untuk anak usia 2 – 3 tahun sebanyak 5 ml. Untuk anak usia 4 hingga 5 tahun takarannya 7,5 ml dan usia 6-8 tahun sebanyak 10 ml atau gunakan Tempra Forte. Simpan Tempra pada temperatur kamar 25°C – 30°C dan jauhi dari sinar matahari langsung.

Tempra sirup bukan hanya cocok untuk Si Sulung tapi juga untuk adiknya. Meskipun Si Adik jarang sakit dan lebih kuat imunitasnya dibanding Si Kakak. Mamak merasa sangat tertolong dengan kehadiran Tempra sirup. Apalagi untuk mengatasi demam yang sering datang mengganggu Si Sulung terutama saat daya tahan tubuhnya menurun. Si Sulung akan demam dan sesak nafas sebagai alarm bahwa terjadi sesuatu pada tubuhnya. Entah itu kelelahan atau karena makan makanan yang tidak dapat ditolerir tubuhnya. Kehadiran Tempra sirup menjadi solusi pertolongan pertama untuk Si Sulung.

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.

28 Comments

  1. Iiish,, gak nyangka ternyata mamak dulunya tomboy & natckal yak.*hehe… oiya emang sebagai ibu, kita harus banget nyiapin paracetamol ya mak. salah satu Obat yg harus ada di kotak obat rumah.

  2. Kita sama yaa, punya anak yang istimewa. Bagaimana pun kondisi mereka, kayanya rasa sayang kita sebagai ibunya ngga pernah habis ya. Sedih banget kalau pas mereka sakit, kita jadi ngga enak mau ngapa-ngapain. Mau kerja keluar rumah aja pasti kepikiran terus.

  3. Paling sedih kalau anak lagi sakit, apalagi saya ibu bekerja kadang suka kepikiran. Memang harus selalu sedia penurun panas di rumah ya mbak. penting banget.

  4. Kalau dibandingkan sama ibu kita dulu kayanya berasa banget ya kita ini bukan siapa siapa… Jauuuuhhh banget rasanya… Aku sendiri merasa sering tidak sabaran menghadapi anak anak, tapi kok dulu si emak bisa sabar banget ya menghadapi kenakalanku…

    Ibu ibu jaman dulu tuh makan apa sih ya kok bisa hebaatt banget…
    #JadiCurhatKan

  5. Wuah..ketahuan si Emak ternyata dulu 'Bader" ya
    Bahagia bgt ya mak melihat tumbuh kembang dan kondisi ank yg baik. Semoga segenap keluarga selalu dilimpahi kesehatan

  6. Semua orang tua pasti ya sebandel bandel nya anak akan selalu sayang dan tetap jadi buah hati nya. Semiga lekas sembuh ya buat si sulung dan bisa beraktifitas normal lagi

  7. Sebelum menjadi ibu, kita gak pernah tau gimana rasanya menjadi ibu. Ternyata rasanya ruaaaar biasa. Kalau inget kenakalan jaman dulu, rasanya bersalah banget sama Mama juga Papa … hiks

  8. Alram panas merupakan tanda bahwa kondisi sang anak berubah. Tidak sekedar tanda akan penyakit batuk pilek tapi juga penyakit lain juga dengan tanda panas. Waspada panas, sedia tempra

  9. Zaman dulu mainan burung dara adalah sesuatu yanh mewah ya Mbak. Aku pun juga sering diajakin kakak lelakiku.hihi. btw, di rumah juga nyetok tempra buat jaga2 kalo anak demam. Ces pleng

  10. Tempra memang andalan ibu dari dulu dan sekarang. Gampang dapetinnya, ampuh khasiatnya. Kalau anak sakit, repot deh urusan ortu–apalagi ibu. Untung ada Tempra. Ga perlu panik lagi.

  11. masa kecil mamak seru ya, ternyata aku nggak seberapa berani dibanding mamak. Hihihi…. Btw kalau anak sakit rasanya emang syedih ya mak, pingin bisa ngegantiin sakitnya. Semoga kakak dan adik sehat-sehat terus ya Mak

  12. Bener, teh.. Kita tidak akan pernah merasakan lebih dalam bagaimana perasaan seorang ibu, sebelum kita berada di posisi beliau.

  13. Buat aku, hal yang membuat aku selalu was was adalah tumbuh kembang anak. Terutama bagi yang bayi, tiap mau pintar sesuatu pasti sakit, biasanya panas. Makanya selalu sedia paracetamol sebagai emergency kit di rumah sebelum ke dokter.

  14. Aku di rumah juga selalu sedia obat penurun demam ini karena cocok sama anak-anak. Semoga anak-anak selalu sehat ya mbak. Oiya, masa kecilnya seru banget mbak!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button