KesehatanLifestyle

Kampanye Jalan Hijau, Yuk Gunakan Transportasi Umum dan Berjalan Kaki

Depan Stasiun BNI City
Tahun 2019 ini, saya dan masyarakat DKI Jakarta menyambut gembira dan antusias dengan kehadiran MRT yang dapat menjadi salah satu solusi terbebas dari kemacetan lalu lintas. MRT ini menjadi salah satu transportasi umum andalan warga Jakarta sekaligus menjadi kebanggaan orang Jakarta. Sampai saat ini saja, masih banyak orang Jakarta yang sengaja meluangkan waktunya untuk sekedar merasakan naik MRT. Termasuk saya. Beberapa hari yang lalu, saya sengaja naik MRT untuk merasakan sendiri gimana rasanya naik MRT dan membuktikan bahwa naik transportasi umum lebih cepat dan efektif dalam menghadapi keruwetan lalu lintas ibukota.
Pagi itu, saya berangkat menuju stasiun MRT Sudirman, yang dekat stasiun BNI City. Dari rumah, saya naik ojek online menuju Stasiun Pasar Minggu. Dari Stasiun Pasar Minggu, lanjut naik KRL jurusan Tanah Abang dan turun di Stasiun Sudirman. Dengan menggunakan transportasi umum seperti commuter line ini, saya bisa menghemat waktu dan terhindar dari kemacetan jalanan ibukota.
Sesampainya di Stasiun Sudirman saya jalan kaki menuju Stasiun MRT. Saat tiba di Jl. Kendal, saya agak heran melihat ada beberapa mahasiswa dari STTD (Sekolah Tinggi Transportasi Darat) dan pegawai BPTJ Kemenhub berdiri di sepanjang Jalan Kendal menuju Stasiun MRT Sudirman dengan membawa spanduk yang isinya mengajak dan mengimbau masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki jika jarak tempuh dengan. 
Mahasiswa STTD menyerukan Kampanye Jalan Hijau
Beberapa mahasiswa STTD dan pegawai BPTJ Kemenhub menghampiri pejalan kali yang melintas serta menanyakan beberapa pertanyaan seputar transportasi umum dan mengajak untuk lebih peduli dengan kondisi udara Jakarta yang tinggi polusinya. Mereka juga memberikan tumbler, masker dan kipas gratis kepada para pejalan kaki. Saya termasuk salah satu pejalan kaki yang dihampiri oleh pegawai BPTJ Kemenhub. Dari beliaulah saya mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu merupakan serangkaian kegiatan dari Kampanye Jalan Hijau yang sedang diserukan oleh BPTJ Kemenhub.

Kampanye Jalan Hijau BPTJ Kemenhub

Kampanye Jalan Hijau adalah kampanye yang dilakukan oleh BPTJ Kemenhub yang bertujuan untuk mengimbau dan mengajak masyarakat Jakarta untuk berpindah dari kendaraan (bermotor) pribadi ke angkutan umum massal dan berjalan kaki. 
Kampanye Jalan Hijau mengandung pemahaman bahwa apabila semakin banyak masyarakat yang beralih menggunakan angkutan umum dan berjalan kaki maka jalan akan menjadi semakin ramah lingkungan (hijau) dan akan memberikan banyak dampak positif untuk masyarakat ibukota. 
Kampanye #JalanHijau diserukan karena dilatarbelakangi adanya kenyataan yang menunjukkan bahwa kemacetan ibukota kian parah dan salah satu penyebabnya adalah tingginya tingkat penggunaan kendaraan (bermotor) pribadi dan masih belum maksimalnya pemanfaatan angkutan umum massal dan aktifitas berjalan kaki. Bahkan terdapat kecenderungan pada jarak-jarak dekat tertentu yang semestinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, tapi masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor atau ojek online. Termasuk saya. 
Pejalan kaki yang melintas antara Stasiun Sudirman dan Stasiun MRT

Saya sendiri merasa tergantung banget dengan motor dan ojek online. Padahal pembuangan gas kendaraan bermotor tersebut membuat polusi udara di Jakarta makin buruk. Dan perihal jalan kaki, saya juga termasuk orang yang sering malas berjalan kaki. Jadi ketika dihampiri oleh pegawai BPTJ Kemenhub dan mahasiswa STTD kemudian dijelaskan mengenai Kampanye Jalan Hijau, saya merasa pas banget sekaligus merasa diingatkan untuk lebih peduli dengan kondisi udara Jakarta.

Saya juga memperoleh penjelasan bahwa kemacetan akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi (bermotor) di Jakarta menyebabkan polusi udara parah yang berdampak serius bagi kesehatan. Selain itu tingginya penggunaan kendaraan pribadi terutama motor, menyebabkan masyarakat menjadi kurang bergerak sehingga resiko terkena penyakit tidak menular dan obesitas semakin tinggi pada usia muda. 
Saat ini rata-rata orang Indonesia sangat minim berjalan kaki, rata rata hanya 3000 langkah/hari, padahal seharusnya minimal 6000 langkah/hari atau idealnya 10.000 langkah/hari. Kondisi inilah yang menyebabkan faktor resiko terkena penyakit tidak menular dan obesitas di Indonesia cukup tinggi karena kurang aktivitas fisik. Berdasarkan data Kemenkes, penderita PTM (Penyakit Tidak Menular)
meningkat dari semula 26,1 % (2017) menjadi 33,5 % (2018).
Poster manfaat jalan kaki

Saya juga diberikan penjelasan oleh pegawai BPTJ Kemenhub mengenai beberapa manfaat menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki. Dengan menggunakan transportasi umum, kita dapat memangkas waktu perjalanan jadi lebih singkat karena terhindar dari kemacetan lalu lintas dan tentu saja mengurangi polusi udara. Sedangkan dengan berjalan kaki, kita dapat menurunkan resiko terkena stroke hingga 20-40%. 

Berjalan kaki juga diyakini dapat membuat kita bisa berpikir lebih kreatif dan relaks. Kemenkes melalui program Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) juga mengajak masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit perhari untuk mengurangi resiko terkena PTM. Dan hal ini sejalan dengan seruan BPTJ Kemenhub melalui Kampanye Jalan Hijau. Kalau tidak dimulai dari sekarang untuk memperbaiki kualitas udara Jakarta dan kesehatan diri sendiri, kapan lagi? 
Saya mendukung sekali Kampanye Jalan Hijau dan sudah komit dengan diri sendiri untuk sering-sering menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki jika memungkinkan. Saya ingin hidup lebih sehat dan sebagai warga Jakarta, saya juga ingin Jakarta memiliki udara yang minim polusi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button