KesehatanParenting

Bunda Tanggap Alergi Dengan Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan

Bunda Tanggap Alergi

Menjadi seorang ibu merupakan hal terindah yang Tuhan berikan untuk seorang perempuan. Bukan hanya anugerah saja melainkan sekaligus menjadi sebuah amanat seumur hidup yang harus diembannya. Memastikan anak tumbuh sehat dan kuat merupakan salah satu tugas yang harus dilakukannya. Menjadi seorang ibu, memberikan warna warni yang tak bisa digambarkan dengan kata kata. Hati seorang ibu akan menjadi sedih jika anaknya mengalami gangguan kesehatan, entah itu gangguan kesehatan ringan maupun serius yang perlu penanganan medis.
Salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh anak adalah alergi. Sayangnya, masih banyak ibu yang kurang peka dan tanggap dengan kondisi alergi yang dialami oleh buah hatinya. Cukup banyak pula ibu yang terlambat bahkan belum benar benar mengenali tanda-tanda alergi pada anak. Jangankan untuk mengatasinya, mengenali tanda-tanda alergi pada anak saja masih belum sepenuhnya paham.
Mak jadi teringat dengan cerita diri sendiri. Kebetulan anak kedua mak mengalami alergi susu sapi dan turunannya, alergi buah naga merah dan alergi debu. Pada usia mpasi, untuk pertamakalinya mak memberikannya bubur susu. Tak lama berselang, kurang dari satu jam, si dede mengalami diare. Awalnya mak pun enggak tau kalau hal itu merupakan salah satu tanda atau gejala alergi susu sapi. Mak pikir mungkin kurang bersih makanannya,alat makannya atau akibat dari tangannya yang sering masuk mulut. Karena si dede sejak lahir hanya diberi ASI Eksklusif dan tidak pernah diberi susu formula jadi ngga kepikiran juga kalau ternyata mengalami alergi susu sapi. Setelah diarenya berhasil diatasi dan pada saat itu usianya sudah masuk 9 bulan, mak mencoba memberinya susu formula. Baru beberapa sedotan, si dede muntah. Tak lama kemudian diare dan muncul merah merah pada bagian pipi kanannya. Kemudian ruam merah tersebut menyebar dibagian muka dan tangan. 
Pada saat itu, mak baru ingat kalau sekitar umur 5 atau 6 bulan, si dede pernah dicoba minum susu formula, kebetulan pada saat itu mak sedang sakit. Dan reaksinya hampir sama dengan yang dialaminya pada usia 9 bulan. Tak menunggu lama, mak langsung ke rumah sakit untuk berkonsultasi sekaligus memeriksakan kondisi si dede. Dokter pun menyimpulkan bahwa si dede diduga mengalami alergi susu sapi beserta produk turunannya/olahannya.
Sejak itu mak berusaha untuk lebih “peka” terhadap tanda-tanda tidak biasa yang terjadi pada tubuh Si Dede. Bukan hanya ke Si Dede saja sih tapi ke kakaknya juga. Mak enggak mau sampai terlambat mengetahui jika terjadi “gangguan kesehatan” pada diri anak-anak mak.
Mak berusaha untuk terus mengupdate wawasan dan pengetahuan seputar gangguan kesehatan pada anak termasuk alergi. Salah satunya dengan cara menghadiri acara seminar dan workshop tentang alergi. Belum lama ini, mak menghadiri acara Media dan Blogger Gathering Allergy Week 2019 dengan tema “Bunda Tanggap Alergi dengan 3K”. Acara ini diselenggarakan dalam rangka perayaan World’s Allergy Week. Perayaan Allergy Week merupakan event rutin yang dilakukan setiap tahun oleh SGM Eksplor Soya.
Acara ini sebagai salah satu bentuk edukasi yang dilakukan oleh SGM Eksplor Soya terkait alergi pada anak terutama alergi susu sapi dan bagaimana cara mengatasinya. Selain itu, acara ini menjadi ajang tukar pikiran diantara para Bunda seputar alergi yang dialami oleh buah hatinya terutama alergi susu sapi. Allergy Weel juga diharapkan dapat menginspirasi dan mengajak para Bunda untuk bisa menjadi #BundaTanggapAlergi.
Media dan Blogger Gathering Allergy Week 2019 dihadiri oleh Prof. Dr.dr. Budi Setiabudiawan,SpA(K),M.Kes dan Ibu Meutia Athaya mewakili SGM dan para Mombassador SGM serta blogger dan media.

Bunda Tanggap Alergi 

Prof. Dr.dr Budi Setiabuduawan,SpA(K), M.Kes

Prof. Budi menjelaskan apa itu alergi, tanda-tandanya dan bagaimana cara mengatasinya. Sebagai seorang Bunda, sudah seharusnya tanggap dengan kondisi yang dialami oleh buah hati. Seorang bunda harus tanggap alergi dengan 3 K yaitu Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan.

Alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang tidak normal dalam mengenali bahan yang sebenarnya tidak berbahaya untuk tubuh. Ada beberapa jenis alergi namun yang terbanyak dialami adalah alergi makanan dan alergi susu sapi. Terutama yang dialami oleh anak-anak. Alergi yang paling sering terjadi adalah alergi telur.
Data WHO menunjukan penduduk dunia yang mengalami alergi sebanyak 30-40%. Kurang lebih 50 juta orang di dunia ini mengalami alergi makanan dan di Indonesia sendiri, sekitar 7,5% anak mengalami alergi susu sapi. Alergi protein susu sapi merupakan alergi nomer dua terbanyak yang dialami oleh anak-anak di Asia. Alergi telur ayam menjadi alergi terbanyak yang dialami oleh anak di Asia.
Alergi terjadi karena dicetus oleh pencetusnya yang disebut alergen. Alergen atau bahan yang mencetuskan alergi bisa berupa sesuatu yang terhirup atau berupa makanan, seperti:
– tungau debu rumah atau kutu kasur;
– kecoa;
– serbuk sari tanaman;
– serpihan kulit binatang;
– jamur;
– susu sapi;
– telur;
– makanan laut termasuk ikan.
Resiko alergi akan semakin tinggi apabila terdapat riwayat alergi pada keluarga.
#Resiko alergi 40-60% jika kedua orangtua memiliki riwayat alergi atau 60-80% jika kedua orangtua memiliki alergi yang sama;
# Resiko alergi menjadi 20-30% jika salah satu orangtua memiliki riwayat alergi;
# Resiko alergi menjadi 25-30% jika saudara kandung memiliki riwayat alergi;
# Resiko menjadi5-15% jika orangtua tidak memiliki riwayat alergi. (sumber: kartu deteksi dini resiko alergi IDAI)
Selain itu ada pula beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko alergi terutama pada anak, yaitu:
1. Riwayat alergi pada anak;
2. Anak yang dilahirkan secara sesar. Hal ini sepertinya yang terjadi pada si dede, disamping memang adanya faktor genetis. Mak alergi debu dan telur;
3. Polusi udara dapat menjadi faktor yang bisa meningkatkan resiko alergi.
Seorang ibu atau bunda harus tanggap terhadap tanda-tanda alergi yang mungkin terjadi pada diri buah hatinya. Jika terlihat tanda-tanda mencurigakan pada tubuh si kecil sesaat setelah makan/minum sesuatu atau pada saat musim berganti, segera konsultasikan dengan tenaga medis terdekat.
Gejala atau tanda-tanda alergi dapat dilihat dari gangguan kesehatan yang terjadi pada tubuh terutama di kulit, saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Pada kulit terlihat dari adanya eksim, urtikaria/biduran/kaligata dan angioderma (bengkak dikelopak mata/bibir).
Pada saluran pernafasan dapat dikenali dari hidung berair, bersin-bersin dan batuk kronis non infeksi. Sedangkan gejala atau tanda-tanda alergi pada saluran cerna dapat dilihat dari kesulitan menelan, sering meludah, kholik (nyeri perut), muntah atau gumoh pada bayi, diare, konstipasi (sulit buang air besar) dan gagal tumbuh.
Alergi harus sesegera mungkin diatasi dan dikendalikan. Begitu menemukan gejala alergi terutama pada anak, sebaiknya langsung di konsultasikan pada dokter supaya secepatnya ditemukan solusinya. Alergi pada anak jika dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan anak mengalami gangguan dan hambatan tumbuh kembang.
Data World Allergy Organization 2013 menunjukan angka prevalensi alergi mencapai 10-40% adalah anak-anak yang memiliki alergi susu sapi. Padahal anak-anak masih dalam masa tumbuh kembang dan sangat membutuhkan protein sebagai salah satu komponen nutrisi seimbang.
Seorang anak yang mengalami alergi susu sapi maka ia tidak dapat mengonsumsi semua jenis produk olahan yang berasal dari susu sapi seperti keju, yogurt, coklat dan lainnya. ASI merupakan nutrisi terbaik untuk anak. Anak yang mengalami alergi susu sapi dapat diberikan ASI dan jika karena kondisi medis tertentu, anak tidak dapat menerima ASI maka dapat diberikan protein amino atau protein terhidrolisis parsial.

Acara Media dan Blogger Gathering Allergy Week

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button