Kesehatan

Apakah Penyakit Kusta Memiliki Kaitan dengan Agama?

Ruang Publik KBR, Kusta Dalam Perspektif Agama 

Apakah penyakit kusta memiliki kaitan dengan agama? Pertanyaan ini begitu menggelitik pikiran saya. Cukup sering saya mendengar anggapan orang mengenai penyakit kusta. Sebagian meyakini jika penyakit kusta adalah sebuah kutukan, karma dan ujian yang diberikan Tuhan. Dan sebagian lainnya beranggapan bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular yang harus dihindari. Itulah yang menjadi salah satu penyebab kenapa stigma terhadap penderita kusta di Indonesia masih memprihatinkan. Penderita kusta dikucilkan dan dianggap sebagai aib yang harus disembunyikan.

Penyakit kusta sudah dikenal sejak jaman dahulu kala bahkan termasuk salah satu penyakit tertua dalam sejarah. Di Alquran dan Al Kitab, ada beberapa kisah yang menceritakan tentang penyakit kusta dan penderitanya. Rasulullah sendiri mengajarkan doa agar terhindar dari penyakit kusta. Penyakit kusta bukan sebuah kutukan atau karma melainkan disebabkan oleh mycrobacterium leprae, kuman kusta yang dapat menyerang kulit, syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Dalam perspektif agama apapun, tidak ada yang menyinggung jika kusta merupakan hukuman dan karma Tuhan.

Lantas apakah apakah penyakit kusta memiliki kaitan dengan agama? Mengingat hingga saat ini stigma negatif dan anggapan jika penyakit kusta merupakan karma, hukuman, dan ujian dari Tuhan masih berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti apakah agama menelaah dan memandang penyakit kusta ini? Apakah ada cara yang harus dilakukan agar terhindar dari penyakit kusta menurut agama?

Terkait pertanyaan tersebut, beberapa hari lalu NLR Indonesia dan KBR menyelenggarakan Ruang Publik KBR dengan tema, “Kusta Dalam Perspektif Agama” yang dilakukan secara streaming melalui kanal Youtube KBR. Diskusi publik tersebut menghadirkan narasumber dr. Muhammad Iqbal Syauqi; Dokter Umum RSI Aisyiyah Malang dan kontributor Islam . co, Pendeta (Emeritus) Corinus Leunufna, seorang pendeta dan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengapa Kusta) serta dipandu oleh Rizal Wijaya sebagai Host KBR.

Ruang Publik KBR, Kusta Dalam Perspektif Agama

“Nabi pun meminta perlindungan pada Allah agar terhindar dari penyakit Kusta. Nabi mengajarkan doa agar terhindar dari penyakit Kusta” – dr. Muhammad Iqbal Syauqi

Diskusi Ruang Publik KBR, Kusta dalam perspektif agama diawali dengan penjelasan singkat dari dr. Iqbal mengenai penyakit Kusta yang beberapakali kisahnya diceritakan dalam Al Qur’an. Kisah mengenai penyakit kusta dan penderitanya yang paling sering diceritakan adalah tentang penyakit Nabi Ayub. dr. Iqbal menjelaskan bahwa penyakit kusta ini telah dikenal sebelum masa Nabi Muhammad. Dalam hadist, Nabi mengkhawatirkan mengenai penyakit kusta sehingga ada doa khusus agar terlindungi dari penyakit kusta. 

dr. Iqbal salah satu narasumber diskusi publik KBR, apakah kusta memiliki kaitan dengan agama?

Rasulullah pada saat itu meminta umatnya untuk menghindari penyakit kusta. Namun, dalam sebuah hadist shohih dikisahkan Nabi Muhammad pernah memasukkan tangan seorang penderita kusta bersamaan dengan tangannya ke dalam piring lalu berkata makanlah dengan nama Allah dengan percaya dan tawakal pada-NYA. Nabi Muhammad tidak pernah membedakan penderita kusta sehingga tidak ada diskriminasi pada saat itu.

Kusta ditakuti karena adanya stigma akibat ketidaktahuan dan minimnya pengetahuan mengenai penyakit kusta. Banyak orang tidak tahu bahwa kusta adalah penyakit menular yang tidak mudah menular. Penularan kusta melalui kontak erat dalam waktu lama dan dipengaruhi pula oleh faktor imonologis, faktor kondisi tubuh saat terpapar penyakit kusta. Kusta identik dengan penyakit yang terjadi pada kantong-kantong kemiskinan dengan tingkat gizi rendah.

dr. Iqbal mengatakan dalam Al Quran maupun hadist tidak ada yang menyinggung jika kusta merupakan penyakit akibat karma, hukuman, dosa. Sebagaimana sakit lainnya, rasa sakit yang dirasakan seharusnya dapat menambah rasa keimanan dan keyakinan pada Allah SWT serta meningkatkan ketaqwaan pada-NYA. 

dr. Iqbal juga memberikan tips agar terhindar dari penyakit kusta. Tips tersebut yaitu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, konsumsi gizi seimbang, segera periksa ke dokter bila menemukan gejala yang mengarah ke penyakit kusta dan langsung berobat supaya bisa diatasi sedini mungkin. Untuk menghindari stigma terhadap penderita kusta, sebaiknya update terus pengetahuan terkait penyakit kusta.

Pdt (Emeritus) Corinus Leunufna, seorang pendeta di kota Ambon yang juga seorang OYPMK

Dalam kesempatan yang sama, Pendeta (Emeritus) Corinus Leunufna menyatakan bahwa sebagai seorang OYPMK, dia tidak pernah menyesal pernah terpapar kusta. Pak Pendeta beranggapan bahwa kusta merupakan teguran dari Tuhan agar dia dapat lebih menghargai semua yang telah Tuhan berikan. Kusta bukan azab dari Tuhan, sebaliknya kusta semakin mendekatkan pada Tuhan. Pak Pendeta Corinus mengatakan dalam Alkitab, setidaknya ada 23 kali disebutkan tentang kusta. Alkitab juga mengisahkan tentang Ayub. Tuhan menguji kualitas keimanan Ayub pada Tuhan melalui penyakit kusta.

“Saya tidak takut pada penyakit kusta, saya takut dengan stigma orang-orang terhadap kusta” – Pendeta (Emeritus) Corinus Leunufna

Menurut Pak Pendeta Corinus, kusta dalam Alkitab perjanjian lama disebutkan sebagai kutukan Tuhan tapi hal itu disebabkan belum adanya pengetahuan medis seputar kusta pada masa tersebut. Setelah ilmu pengobatan berkembang, kusta bukanlah sebuah penyakit kutukan dan adzab dari Tuhan. Melainkan cara kasih Tuhan menyayangi hambanya. Tuhan ingin penderita kusta memohon ampunan pada Tuhan dan semakin mendekat pada Tuhan.

Dalam Alkitab dikisahkan bahwa Yesus pernah menjamah penderita kusta sehingga dalam ajaran Nasrani tidak ada juga diskriminasi terhadap OYPMK. Ajaran Yesus sangat mengutamakan kemanusiaan sehingga apapun kondisinya semuanya sama dimata Tuhan. Kusta bukan penyakit kutukan tapi karena disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu, hendaklah stop stigma terkait penyakit kusta dan OYPMK.

Narasumber dan host diskusi publik Ruang KBR bersama NLR Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button