Kesehatan

Biological Agent, Inovasi Alternatif Pengobatan Baru Untuk Pasien Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA)

drg.Rio,Bapak Jorge Wagner,Dr.Rudy dan dr.Adhy

Pernah dengar Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA)? Duh bacanya aja njelimet banget yak. Jujur saja nih, mamak sih belum pernah dengar kedua nama tersebut. Ternyata kedua nama tersebut adalah dua jenis dari beberapa jenis penyakit rematik. Mamak pun baru tau loh kalau ternyata penyakit rematik itu memiliki beberapa jenis.

Mamak intip dari laman Hello Sehat yang mengatakan bahwa AS dan PsA merupakan sebuah penyakit yang berkaitan dengan radang sendi kronis yang terkait secara genetik dan klinis. Kedua penyakit ini termasuk dalam kategori Reumatik Inflamasi (Inflammatory Rheumatic) yang terkait dengan gen HLA-B27, yaitu gen kuat yang meningkatkan resiko beberapa penyakit reumatik.
Oh ya jumlah penderita kedua penyakit ini di Indonesia tidaklah banyak tapi bukan berarti penyakit ini tidak membawa penderitaan panjang dan menyakitkan untuk penderitanya.
Sering terjadi, penderita Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA) tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Mereka biasanya cenderung mengabaikan gejala awal dari penyakit ini. Dan biasanya mereka baru memeriksakan diri ke dokter setelah merasakan rasa sakit yang teramat sangat dan terus menerus serta peradangan hingga menyebabkan gangguan pada fungsi gerak tubuh mereka. Dokter pun terkadang memberikan diagnosa awal sebagai penyakit rematik. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan barulah diperoleh diagnosa yang tepat.
Kedua penyakit ini, sampai saat ini, belum bisa disembuhkan secara total. Obat-obatan dan terapi yang diberikan ditujukan untuk membantu mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh kedua penyakit tersebut. Deteksi dini dan penanganan yang tepat bagi pasien AS dan PsA sangatlah penting untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
Mamak sendiri sering merasa mengabaikan alarm dan sinyal yang diberikan tubuh. Terkadang, mamak merasakan sakit di lutut dan persendian yang lain namun mamak menganggapnya ahhh cuma nyeri linu sedikit doang. Palingan karena kelelahan saja. Apalagi kalau sudah terasa nyeri di lutut pasti mak berpikirnya karena pernah jatuh dan tempurung lutut yang dulu sempat retak. Enggak kepikiran juga untuk periksa. Palingan minum obat pereda rasa sakit saja (pain killer) dan tetap malas memeriksakan diri lebih lanjut lagi. Padahal rasa malas untuk memeriksakan diri inilah yang sering membuat terlambat diketahui jika menderita suatu penyakit yang perlu segera dilakukan pengobatan.
Kemarin, pada tanggal 21 Maret 2019, bertempat di Doubletree By Hilton, mamak menghadiri acara Press Conference “Biological Agents as an Innovative Treatment for Ankylosing Spondylitis and Psoriatic Arthritis” yang diselenggarakan oleh Novartis Indonesia, salah satu perusahaan farmasi yang ada di Indonesia. Pada kesempatan tersebut, Dr. Rudi Hidayat, SpPD-KR (spesialis penyakit dalam dan konsultan reumatologi) menjelaskan mengenai Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA).

Mengenal Lebih Dekat Ankylosing Spondilytis (AS)

Ankylosing Spondylitis
Ankylosing spondylitis adalah penyakit kronis yang menyebabkan tulang belakang mengalami peradangan. Penyakit ini juga bisa membuat ruas tulang belakang melebur sehingga penderita sulit bergerak dan menjadi bungkuk. Jika ankylosing spondylitis sampai menyerang tulang rusuk, penderitanya akan mengalami kesulitan bernapas.
Fakta mengungkap bahwa ankylosing spondylitis lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan, yaitu tiga banding satu. Penyakit ini bisa terjadi di segala usia, tapi umumnya mulai berkembang pada masa remaja atau dewasa awal (sekitar usia 20 tahunan).
Nyeri punggung akibat ankylosing spondylitis (AS) tidak sama dengan jenis nyeri punggung yang lebih umum disebabkan oleh hal-hal seperti kejang otot atau cakram yang terpeleset.Nyeri punggung yang disebabkan oleh AS dikarenakan adanya peradangan kronis. Hal ini menunjukkan bahwa peradangan tersebut telah berlangsung lama.Perawatan yang tepat dapat membantu mengurangi rasa sakit dan kekakuan otot yang muncul. 
Untuk mengetahui apakah rasa nyeri dan sakit yang dirasakan disekitar punggung tergolong penyakit rematik jenis apa, apakah termasuk dalam AS atau tidak? Maka perlu  dicurigai bila menemukan beberapa tanda-tanda nyeri punggung inflamasi, seperti berikut ini: nyeri punggung sudah cukup lama dirasakan. Bisa saja berlangsung saat usia masih muda (sekitar usia 20-an dan 30-an), nyeri punggung tersebut telah berlangsung selama 3 bulan atau lebih sehingga menimbulkan peradangan kronis, rasa sakit dan nyeri yang dirasakan terasa lebih buruk setelah beristirahat, rasa sakit tersebut terasa membaik sesaat setelah berolahraga atau menggerakkan badan, rasa sakit tersebut akan berkurang jika mengonsumsi obat antiinflamasi seperti asetaminofen atau ibuprofen yang meringankan rasa sakit dan kekakuan pada sekitar punggung dan tulang belakang.
Jika rasa sakit pada tulang belakang semakin bertambah hingga tak sanggup menahannya, wajib banget ini untuk melakukan pemeriksaan dan jangan ditunda-tunda lagi. Penyakit ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Dapat datang sewaktu-waktu namun pengobatan dan terapi yang tepat, akan mampu meningkatkan kualitas hidup penderita AS dan mengurangi rasa sakit yang dideranya.
Seperti yang dialami oleh salah satu penderita AS, yang kebetulan juga berprofesi sebagai seorang dokter. dr. Adhyatma Prakasa Gunawan. Beliau merasakan nyeri yang amat sangat pada bagian punggung (tulang belakangnya) sehingga beliau memeriksakan diri dan setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter mendiagnosa beliau mengidap AS. Pada saat didiagnosa AS, usia beliau masih sekitar dua puluh tahunan. 
dr. Adhyatma mengingatkan untuk wajib curiga dan waspada jika mengalami gejala umum yang meliputi:
-sakit punggung yang muncul secara perlahan. Biasanya, nyeri berawal dari punggung bawah lalu menyebar sampai punggung atas;
-muncul bengkak di area punggung;
-punggung terasa kaku dan cenderung membungkuk. Semakin parah maka semakin membungkuk posisi tulang belakang;
-mengalami rasa lelah yang amat sangat (kelelahan). 
Gejala-gejala umum seperti ini, tidak bisa dibiarkan saja harus cepat ditangani dokter supaya lekas diperoleh diagnosa dan pengobatan yang tepat. Sebenarnya, sampai saat ini penyebab ankylosing spondylitis belum diketahui secara pasti. Namun para ahli menyebutkan bahwa penyakit ini mungkin disebabkan karena keturunan genetik dan lingkungan.
Gen utama yang terkait dengan risiko ankylosing spondylitis bernama HLA-B27. Memiliki gen ini bukan berarti kita akan mengalami ankylosing spondylitis. Para ilmuwan baru-baru ini menemukan dua gen tambahan (IL23R dan ERAP1) yang bersama dengan HLA-B27 membawa risiko genetik ankylosing spondylitis.
Terkadang nyeri di punggung bawah dan kejang otot sering kali mereda dengan membungkuk. Oleh karena itu, jika penderita sering membungkuk dan akhirnya menjadi bungkuk permanen. Bisa saja terjadi pada penderita lain, tulang punggung menjadi lurus dan kaku.
Tulang punggung menjadi kurang fleksibel, kaku, dan nyeri mungkin mempengaruhi sendi besar macam pinggul, lutut, dan bahu. Sakit punggung juga bisa menyebabkan kehilangan nafsu makan, demam ringan, penurunan berat badan, lelah berlebihan, dan anemia. Gejala dan ciri ciri seperti inilah yang sering muncul.
Orang dengan ankylosing spondylitis mungkin mengalami pembengkakan mata yang mengakibatkan mata menjadi sakit, memerah, dan kehilangan penglihatan dan ketajaman. Ankylosing Spondylitis dapat juga menyebabkan radang pada jaringan atau organ lain, seperti radang iris dan usus. Penyakit ini relatif tidak diketahui masyarakat dan biasanya diobati sebagai sakit punggung umum atau keausan pada tahap awal. 
Perlu waktu bertahun-tahun untuk didiagnosis, dimana kerusakan ireversibel mungkin telah dilakukan. Saat ini, AS belum dapat disembuhkan secara total. Namun, dengan diagnosis segera, pengobatan yang tepat dan pengenalan obat baru, penyakit ini dapat dikendalikan dengan deformasi sendi dihentikan, sehingga pasien dapat kembali ke kehidupan sehari-hari dan bekerja.

Psoriatic Arthritis (PsA)

Psoriasis arthritis (PsA) adalah bentuk arthritis yang dialami oleh sejumlah penderita psoriasis. Arthritis sendiri merupakan peradangan pada salah satu atau beberapa persendian tubuh. Sedangkan psoriasis merupakan kondisi autoimun yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak merah pada kulit dengan kerak berwarna keputihan di bagian atasnya, akibat pembentukan sel kulit yang berlebihan dan sangat cepat.
Psoriasis arthritis merupakan bentuk inflamasi rematik yang dapat mempengaruhi jutaan orang yang memiliki psoriasis, yakni penyakit kulit yang menyebabkan kulit merah, ruam bersisik paling sering pada siku, lutut, pergelangan kaki, kaki, tangan, dan daerah lainnya.
Psoriasis arthritis dapat menyebabkan persendian bengkak dan nyeri. Selain itu, sendi yang meradang terasa lebih hangat. Penderita psoriasis arthritis juga dapat mengeluh adanya kekakuan sendi pada saat bangun tidur serta tubuh terasa lelah. Penderita umumnya lebih mudah mengalami obesitas, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, penyakit jantung dan diabetes. 
Seseorang dapat terkena psoriasis arthritis ketika sistem kekebalan tubuhnya mulai menyerang sel-sel dan jaringan tubuh yang sehat. Ketidaknormalan respon sistem kekebalan tubuh ini disebut kelainan autoimun. Pada psoriasis arthritis, jaringan tubuh yang diserang adalah sendi, sehingga menyebabkan peradangan.
Sampai saat ini penyebab ketidaknormalan respon sistem kekebalan tubuh tersebut masih belum diketahui. Faktor genetik, psikis dan lingkungan diduga sebagai pemicunya. 
Baik pria maupun wanita sama-sama berisiko menderita arthritis psoriatis. Psoriatis arthritis dapat dialami pada usia berapa pun, tetapi biasanya mempengaruhi orang-orang antara usia 30 dan 50. Meskipun penyebabnya tidak diketahui, faktor genetik dan sistem kekebalan tubuh mungkin turut berperan dalam memicu gangguan tersebut.
Sebanyak 40% orang dengan psoriatis arthritis memiliki riwayat keluarga penyakit kulit atau penyakit sendi. Memiliki orangtua dengan psoriasis tiga kali lipat berisiko mengalami psoriasis dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan terkena psoriasis arthritis. (Sumber: Hello Sehat, Dokter Sehat)
Namun ada juga pasien yang mengidap PsA ini karena adanya mutasi gen, seperti yang dialami oleh drg.Rio Suwandi, salah seorang pasien PsA. Dalam keluarga drg.Rio tidak ditemukan riwayat adanya anggota keluarga lain yang mengidap PsA. drg. Rio pertamakali didiagnosa mengidap PsA ini saat berumur 17 tahun. Usia yang masih sangat muda dengan impian dan harapan yang tinggi tentang masa depan. Lalu tiba tiba harus berhadapan dengan penyakit dengan rasa sakit yang luar biasa dan kerusakan kulit pada jari telunjuknya. Padahal pada waktu itu drg.Rio baru saja mengenyam pendidikan di kedokteran gigi. Kebayangkan bagaimana perasaan dan tantangan yang harus dihadapi oleh drg.Rio.
drg.Rio menceritakan bahwa dirinya sering mengalami kesulitan untuk beraktivitas saat PsA menyerang dan sebelum mengenal biological agent sebagai innovative treatment untuk pasien PsA, drg.Rio selalu sedia obat penahan rasa sakit (pain killer) untuk menahan rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan oleh PsA.

drg.Rio (berbaju biru), dr. Adhy (te

Psoriatic Arthritis 

Agen Biologi Sebagai Perawatan Inovatif untuk Ankylosing Spondylitis dan Psoriatic Arthritis


Pada bulan Januari 2019, Secukinumab telah mendapatkan persetujuan Badan POM untuk mengobati Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA). Sebelumnya, Secukinumab dinilai efektif mampu membantu pasien Psoriasis untuk mendapatkan kembali kulit yang bersih hingga 90%.

Beberapa alternatif penatalaksanaan yang tersedia saat ini, baik untuk AS maupun PsA, lebih banyak bertujuan untuk memperbaiki kelainan pada postur tubuh, mencegah kecacatan, meningkatkan kemampuan pasien untuk kembali beraktivitas secara normal, dan mengurangi serta menekan rasa sakit dan peradangan. Saat ini, jenis pengobatan yang banyak digunakan untuk menangani, baik penyakit AS maupun PsA diantaranya adalah obat-obatan non-steroid anti-inflamasi (NSAID), obat anti-reumatik (DMARDs) dan yang terbaru adalah agen biologik.

Tersedianya Secukinumab sebagai salah satu pilihan terapi agen biologik, diharapkan dapat membantu menjawab kebutuhan pengobatan pasien AS dan PsA di Indonesia agar bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Novartis, pertamakali memperkenalkan Secukinumab ini pada tahun 2017 dalam perawatan penyakit psoriasis dan telah masuk ke dalam formularium nasional. Dan saat ini, Secukinumab telah mampu membantu meningkatkan kualitas hidup penderita AS dan PsA. Novartis menjamin ketersediaan obat-obatan untuk membantu meringankan penderitaan pasien AS dan PsA, baik di dalam maupun di luar JKN.

Selain menggunakan obat untuk mengurangi serta menekan rasa sakit dan peradangan, pasien penderita AS dan PsA juga dapat melakukan terapi fisik. “Terapi ini berperan penting dalam perawatan, karena dapat membantu menghilangkan rasa sakit hingga peningkatan kekuatan dan fleksibilitas. Pasien AS dan PsA dapat melakukan latihan rentang gerak dan peregangan untuk membantu menjaga kelenturan sendi, serta mempertahankan postur tubuh yang baik. Posisi tidur dan berjalan yang tepat serta olah raga perut dan punggung dapat membantu menjaga postur tubuh tegak,” ucap DR. dr. Rudy.

Jorge Wagner, President Director Novartis Indonesia, memaparkan komitmen Novartis Indonesia dalam meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat seputar isu kesehatan. “Pasien adalah prioritas kami yang utama. Sebagai perusahaan kesehatan inovatif, Novartis berupaya untuk terus-menerus menemukan cara baru untuk meningkatkan kualitas hidup para pasien kami melalui penyediaan obat-obatan yang berkualitas, program-program edukasi kesehatan, serta menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait,” katanya. Novartis mengimbau seluruh stake holder untuk bersama-sama meningkatkan dan memperpanjang hidup pasien AS dan PsA melalui peningkatan kesadaran terhadap isu kesehatan yang ada termasuk terapi dan pengobatan terhadap pasien Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA).

Jorge Wagner,President Director Novartis Indonesia

Dr. Rudy Hidayat, SpPD-KR

10 Comments

  1. Saya pun baru dengar istilah kedokteran untuk nama penyakit yang susah ini. Ternyata sikap tubuh nggak boleh sembarangan ya karena akumulasi bisa permanen juga ya

  2. aku baru tau mak nama2 penyakitnya. Kemaren aku pun agak sakit di tulang dan persendin gitu, ternyata aku kurang kalsium karena menyusui, ga enak bgt emang sakit, emak kan harus selalu setrong

  3. wah aku baru tau nama penyakitnya, aku juga kemarenab sakit tulang sama sendi, sakit bgt. Ternyata oh ternyata, aku kekurangan kalsium karena menyusui

  4. Wah itu usia 20 tahun sudah muncul ya gejalanya, Mak. Namanya emang terrdengar susah dan penyakit ini juga masih asing memang terdengar. Tapi memang sebaiknya disosialisasikan agar ga ada yang anggap enteng dan lebih aware ya

  5. baca detail penyakitnya serem banget ya.. semoga kedepannya baik dari pemerintah atau pihak swasta bisa menyediakan perlengkatan dan fasilitas perawatan buat penyakit langka

  6. Kebayang gimana menderitanya kalau kena penyakit ini ya mbak. Aku yang sakit punggung karena posisi duduk kurang tepat aja rasanya udah nggak enak dan mengganggu aktivitas. Alhamdulillah teknologi semakin maju sehingga penyakit seperti ini bisa diatasi ya mbak. Dan tentu saja kita juga harus bisa menjaga kesehatan dengan menghindari pemicunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button