Mengapa Saya Poligami
Beberapa saat lalu, Emak sempat menulis tentang poligami dan banyak yang penasaran mengenai alasan dan kisah mengapa seseorang itu memutuskan untuk poligami. Menjawab rasa penasaran tersebut, Emak berusaha untuk mencatat semua curahan hati seorang laki-laki pelaku poligami dan seorang wanita yang memilih menjadi istri kedua.
Sempat hilang kontak selama beberapa tahun karena Emak tinggal di ujung Sumatera dan A melanjutkan S2 di negara tetangga. Namun takdir mempertemukan kami lagi dan kali ini membawa cerita panjang yang tak kunjung selesai.
A mengatakan bahwa kepindahannya ke Malaysia sebenarnya adalah untuk mengikuti istrinya yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas ternama di Kuala Lumpur. Istri A memang tergolong seorang yang sangat ambisius dalam pendidikan dan pintar pula. Sewaktu kuliah S1 dulu, dia rela tidur hanya 2 jam sehari demi menghafal isi diktat kedokteran yang segambreng banyaknya. Pernah pula nangis bombay karena mendapat nilai B untuk ujian praktikum biologi. Nilai B lho! Dan doi nangis kejer.
Kebetulan waktu kos, kamarnya persis di sebelah kamar Emak. Jadi Emak cukup paham dengan tabiatnya. Karena tahu sifatnya, Emak pun jadi heran kenapa istri A ini rela dimadu. Rasa penasaran inilah yang membuat Emak memaksa A untuk bercerita secara detil mengapa dirinya memutuskan poligami.
A bercerita bahwa sejak menikah tahun 2004, istri A terobsesi untuk dapat melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebagai suami yang mencintai istrinya, A selalu mendukung apapun keinginan istrinya. Termasuk untuk kuliah ke luar negeri dan menunda memiliki anak. 2 tahun setelah menikah, istri A mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke Malaysia. A pun mendukung keinginan istrinya tersebut dan ikut pula meneruskan kuliah S2 dengan biaya sendiri.
Mereka pun melanjutkan kuliah di Malaysia namun di universitas yang berbeda. Waktu pun berjalan, diusia pernikahan yang memasuki tahun keempat, A mulai merindukan kehadiran buah hati ditengah rumah tangga mereka. Apalagi pada saat itu, A sudah selesai S2 dan telah bekerja di perusahaan ternama. Kuliah sang istri pun telah selesai, tinggal menyelesaikan tugas praktek saja. Tapi, keinginan A untuk memiliki anak ditolak sang istri.
Alasan penolakkan istri A adalah karena dia lagi-lagi mendapatkan beasiswa dan kali ini ke Jepang. Sebenarnya Emak enggak heran sich kalau istri A fokus banget dengan karirnya karena sejak kuliah S1 dulu, dia memang bercita-cita dapat menyelesaikan pendidikan hingga gelar doktor di luar negeri dan menjadi dokter spesialis penyakit dalam yang mumpuni. Tapi Emak enggak nyangka kalau demi keinginannya tersebut, dia sampai menolak keinginan suaminya untuk memiliki anak dan mengorbankan rumah tangganya.
A masih berusaha memahami keinginan istrinya tersebut meskipun dia tidak dapat mengikuti istrinya untuk pindah ke Jepang karena beberapa pertimbangan. A terlalu mencintai istrinya hingga tak kuasa menolak keinginan istrinya dan terus mengesampingkan keinginan dirinya sendiri. Dengan berat hati, A merelakan istrinya kuliah di Jepang seorang diri. A pun kembali ke Indonesia.
Sekembalinya ke Indonesia, A bekerja di kantor pusat perusahaannya. Di sinilah ia mengenal B, istri keduanya. Gadis belia yang terpaut 7 tahun lebih muda usianya dari A. Saat awal kedekatannya dengan B, A sebenarnya menyadari bahwa dirinya telah menikah lalu berusaha menjaga jarak dengan B. Namun karena satu kantor dan satu divisi, kedekatan diantara mereka susah untuk dihindari.
Ketulusan dan perhatian B membuat A merasa nyaman berada dekat B. Hingga saat A jatuh sakit dan harus dirawat di RS, B setia menemani. A memang sudah tidak memiliki orang tua sejak kuliah dulu. Di saat sakit inilah, A mengharapkan istrinya datang namun kecewa yang dia dapatkan. A lebih memilih penelitiannya daripada pulang ke Indonesia untuk menemui suaminya yang sakit.
Peristiwa sakitnya A membuat hubungan A dan B semakin dekat. Menyadari ada perasaan yang berbeda pada B, A berusaha untuk membuat istrinya kembali ke Indonesia. Tapi usaha A ini sia-sia. Istrinya tidak bisa meninggalkan Jepang karena telah bekerja di sebuah RS di sana dan terikat kontrak.
Istri A meminta A untuk pindah ke Jepang dan meninggalkan karir yang telah dirintis dengan susah payah oleh A. Hmmm egois banget sih istri A ini kalau menurut Emak. Ikutan emosi. Karena kecewa dan merasa tidak pernah dipedulikan oleh istrinya, A pun nekat menceritakan hubungannya dengan B pada istrinya. Dan A pun dibuat terkejut dengan respon yang diberikan istrinya. Ternyata istri A tidak keberatan A menikahi B daripada berzina. What?? Aneh banget yak. Ternyata ada yak di dunia ini istri yang rela menyerahkan suaminya untuk perempuan lain. Hanya karena ingin eksis berkarier. Tepok jidat . Oh ya semua kejadian ini terjadi di awal tahun 2014.
Emak sampai terbengong-bengong mendengar cerita A dan sejujurnya enggak percaya 100% kalau ada istri yang rela suaminya menikahi perempuan lain. Didorong rasa ketidakpercayaan itu, Emak pun meminta alamat email istri A karena kepo ingin tahu cerita dari versi istri A. Mau telpon langsung tapi mahal banget, ya sudah email saja.
Ternyata cerita yang Emak dapat sama persis dengan cerita Si A. Istri A tidak mau melepaskan karirnya untuk alasan apapun meski demi suaminya sendiri. Karena itu ia relakan A menikah lagi supaya ada yang merawat dan memberikan keturunan pada A. Emak pun spechles dibuatnya.
Okay kita kembali lagi pada cerita A. Apakah semua berjalan mulus bagi A untuk menikah lagi meskipun mendapat izin dan sepengetahuan istri pertama? Ternyata tetap tidak mudah untuk menikah lagi. A mengalami pergulatan batin sekaligus harus menghadapi tantangan dari keluarga sang istri dan keluarganya sendiri juga dari keluarga calon istrinya. Tetapi kebutuhan akan kasih sayang seorang istri dan pendamping hidup serta ingin memiliki keturunan, membuat A sedikit nekat dan tetap melamar calon istri keduanya. Melalui proses yang cukup panjang, akhirnya menikahlah A untuk kedua kalinya.
Menikah dengan memiliki dua istri meskipun istri pertama jauh di luar negeri, tidak membuat A luput dari cibiran lingkungan sekitar. Tetap saja ia menerima pandangan negatif karena memiliki dua orang istri. Emak sempat bertanya pada A kenapa tidak ia ceraikan saja istri pertamanya karena secara factual istri pertamanya tidak berperan sebagai seorang istri. Ternyata istri A menolak untuk diceraikan dengan alasan masih mencintai A begitu pun sebaliknya. Dan ada beberapa alasan lain berkaitan dengan karir istri si A. Hadeeh. Cinta tapi tidak mau mendampingi orang yang dicintainya.
Tahun lalu istri A pulang untuk berlibur ke Indonesia dan saat berada di Indonesia itu, Emak paksakan diri untuk menemui istri A kepo banget Emak ya wkwkwk. Emak penasaran banget bagaimana bisa dia merelakan suaminya menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain. Dari perjumpaan dengan istri pertama A, Emak menemukan semua jawabannya. Menurut istri A, hidup adalah pilihan dan dia memilih mimpinya untuk menjadi dokter yang bekerja di luar negeri meskipun dia harus mengorbankan perasaannya sendiri. Emak bertanya kenapa tidak cerai saja dan dia menjawab, cerai hanya akan mencoreng nama baik keluarganya dan dirinya sendiri. Ada beberapa alasan yang membuat istri A ini tidak dapat kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Hmmm Emak berusaha untuk memahami pemikiran istri A meskipun sulit.
Di sisi lain, menjalani pernikahan dengan dua hati yang sama-sama harus diperhatikan, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan A. Meskipun istri pertamanya jauh tapi A tetap memiliki kewajiban untuk memperhatikan dan mengunjungi istri pertamanya termasuk menjaga hubungan baik dengan keluarga istri pertamanya. Belum lagi menghadapi pandangan sinis dari keluarganya sendiri dan cemoohan dari orang-orang sekitarnya.
A seringkali berkata pada Emak, meskipun sulit dan pahit tapi inilah takdir hidup yang harus dia jalani. Dia pun merasa bahagia dengan keturunan yang dia miliki saat ini dan istri kedua yang cukup mengerti posisinya tersebut. Nah, untuk kalian yang masih hobi nyinyirin hidup orang, tolong cerna kisah A ini dengan baik. Terkadang hidup memberikan pilihan cukup sulit tapi manusia memiliki hak untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Janganlah terlalu cepat menyimpulkan penilaian terhadap tindakkan yang dilakukan oleh orang lain meskipun kalian tidak suka dengan sikapnya tersebut. Belajarlah untuk menghargai pilihan hidup orang lain.
Emak juga sempat bertanya pada B mengapa dia mau menjadi istri kedua. Karena pasti akan membawa dampak bagi dirinya sendiri, orang tuanya, keluarganya bahkan anak-anaknya kelak. Jawaban B adalah dia siap dengan semua konsekuensinya karena dia yakin dia tidak salah pilih suami. Dia sangat mengasihi A dan memahami kekosongan hati yang dirasakan A. B merasa pilihannya ini tidak merugikan siapa pun karena istri pertama A sendiri yang memberi support dirinya untuk menikah dengan A. B pun merasa siap berbagi kasih dan perhatian A dengan istri pertamanya. Kalau sudah seperti ini, Emak pun enggak tahu harus berkata apa.
Kita tidak pernah tahu alasan dibalik semua pilihan hidup yang diambil orang lain. Dan bukan hak kita untuk memutuskan salah atau benar pilihan hidup yang diambil itu. Banyak misteri hidup di dunia ini yang terkadang tidak dapat kita pahami. Apalagi jika hanya mengandalkan logika saja. Perasaan dan hati manusia itu bagai lautan, dalam dan penuh gelombang.
Waduh rumit ya rumah tangga kayak gini. Poligami di ijinin tapi perang batin. Semoga samawa ya pernikahan mereka. Btw, istri A yang kedua dapet anak ga tuh?
Kalau ini kasus khusus. Poligami boleh karena si istri pertama itu nusyuz alias melawan suami. Tugas istri melayani suaminya. Pernikahan seperti itu sih bukan sakinah, mawaddah, warrahmah. Istri di mana, suami di mana. Itu pernikahan hanya untuk status. Lain halnya dgn kasus poligami yg memang istrinya di rumah, sudah ngasih anak banyak, selalu mendampingi suami, tapi masih dipoligami.
Mampir ke catatan emak buat pola pikir gie bertambah. Setuju banget, jangan menghakimi terlalu dini. Namun masyarakat kita sepertinya 'terikat' dengan pola pikir dan pandangan 'negatif' dulu drpd mencari tahu.
Sebenarnya saya juga punya bberapa kenalan yg poligami kok Mak, dan mereka fine2 aja dgn pilihan mereka. Toh, alasan mereka memang beda2. Tapi2, bbrpa kenalan saya itu, poligaminya emang bersih alias bukan karena kasus perselingkuhan atau hal yg menjijikan lainnya. Saya pun respek saja sama mereka.
Oya, ada beberapa bagian ini yg saya juga spechless dibuatnya. (Tapi gak ngejudge lho ya)
Memang tidak ada yg salah dengan poligami, Mak. Tapi banyak kesalahan yg dilakukan pelakunya. Serta adanya niat & tujuan poligami yg diselewengkan.
Setuju banget ama pemikiran emak ini…
Jangan langsung menjudge jelek aja… Semua yang dilakukan pasti sudah melalui serangkaian pemikiran baik buruk…
Aku sih masih percaya kalau dasar nya manusia tuh semua baik… Jadi kalau seseorang melakukan sesuatu pasti disertai dengan alasan pribadi yang kuat menurutnya…
Menurutku mak, si Istri Hanya mementingkan diri sendiri, gak peduli Dan Sayang suami. Itu Istri Harusnya di kasih LaGu yg Di nyayikan sama suaminya. Lagu crisye (lupa Judulnya tapi syair :"pergilah kasih, kejarlah keiinginan mu selagi masih Ada waktu, jangan hiraukan diri ku. Aku rela berpisah Demi ).
Ane Yakinlah suatu saat itu Istri akan sadar : buat apa karir bagus, pembantu orang lain sembuh penyakit Tapi hatinya sakit Dan kosong. Suaminya pastinya akan Lebih cinta dgn istrinya yg menemani nya Daripada istri yg jauh Lebih pintar Dan pendidikan
Belajarlah dari Ainun habibie yg rela kerjaan sebagai dokter di jerman karena anak nya sakit . Teman ente ajakin mak nonton film bj habibie /youtube.
Ane geregetan pengen empos tuh istrinya.
kalau mampu untuk berpoligami ya itu sunah yang dianjurkan. namun banyak pertimbangan tentunya.
Kenapa A enggak ngikut istrinya aja ya?
Kalau alasannya "daripada berzinah" ya emang bener sih, soale kan cowok emang susah. Cuma yaaaa, aku gagal paham sama pemikiran A maupun istrinya. Mungkin krn ilmuku blm nyampe maaakkkk 😀
Yowesdlah doain aja yg terbaik buat mereka 😀
Wah ini. Jika bicara cita2 dan cinta, kadang tidak pakai logika.
Hanya kemudian musti ingat, hidup dunia cuma sementara.. #langsungfilosofis
Berasa baca novel nih mak, tapi ini cerita nyata ya. Setiap rumah tangga punya alasan untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Kadang kita sbg penonton ikut gregetan hehehe
masih binggung dan penasaran sama istri pertamanya itu lebih memilih karir ya. apakah ga akan menyesal dikemudian hari? nah dia ikhlas suaminya tuk poligami itu semata-mata karena cinta ALLAH atau cinta akan karir? entahlah ya yang pasti mereka yg menjalani.. semoga baik baik saja AAMIIN
Wooow, langsung speechless saya bacanya mb. Pasti bukan hal mudah buat semua pihak yang ada di cerita itu. Gak bisa bayangin gimana posisi A, istri pertama dan istri keduanya
Ya ga apa apa selama ketiga pihak utama setuju dan legowo. Saya nonton sinetron aja. Makasih ceritanya, Mak.
Wkwkwkw kalau bahas poligami sebel-sebel emosi rasanya. Apapun alasannya sebenarnya saya ga setuju poligami. Tapi biarlah yang penting jangan sampai terjadi di keluarga kita dan orang-orang terdekat.
Hmmm rumit. Yupz kadang kita melihat sesuatu dari warna kacamata yang kita pakai saja. Subjektif banget
Doa saya saat ini, seandainya saya sukses kelak tidak meninggalkan ladang amal dan surga saya yaitu suami
Ceritanya seru banget mak, kek berasa lagu nonton. Bagus keknya kalo ceritanya di filmkan. Yg endingnya istri pertama A akan merasa kesepian dan menyesali keputusannya….halah so tau banget ya aku. Hehehe…. Hidup itu memang pilihan, tapi kebahagian dlm rumah tangga adalah selalu bersama2 anak dan suami, apalagi dimasa tua nanti. Itu sih buat aku yak… Hehe.
Kalau menurut ajaran keyakinanku sangat dilarang poligami dan mengharuskan satu pasangan sehidup semati meskipun banyak godaan dari berbagai sudut.
Poligami emang topikbaha san yg ga ada habisnya ya. Pro dan kontra pasti ada,yang pasti jalani saja selama emang yakin untuk dijalani.
Kok ya ada istri seperti istri pertama si A? Bukannya setelah menikah, tempat yang paling nyaman adalah berada di dekat suami? Tapi itulah hidup. Dia sudah memilih dan tentu saja kita semua harus siap dengan konsekuensi dari pilihan yang telah diambil.
Hmmmm
Baca ini perasaanku kok jadi naik turun ya. Hahahhha
Hmmm mungkin perlu piknik supaya perasaannya stabil? Atau perlu dilamar?
Saya juga sulit untuk memahaminya Mba. Krn itu sy mengungkapkan berusaha untuk memahami istri A meski sulit.
Poligami selalu ramai untuk diperdebatkan meski selalu ada saja yg berpoligami
Seharusnya mungkin begitu ya Tika tp dalam Islam poligami itu diperbolehkan tp dg syarat tertentu.
Jiaaah spt telenovela yak tp sayangnya ini ada pelaku nyatanya dan fakta yg ada lebih mengaduk ngaduk perasaan. Andai hidup bisa seperti kisah film mungkin enggak akan ada kisah yg yak berujung spt ini hiks *lah jd melaw sendiri
Amiin. Alhamdulillah dapat anak. Makasih doanya. Dpt titipan salam dari A. Mksh utk attensinya.
Iya Mba ini mungkin poligami yg berbeda tp dalam kehidupan sehari-hari tetaplah org memandangnya sebagai poligami. Dan langsung menilai padahal tidak tahu apa yg terjadi.
Ya Mba benar bgt dan karena hal inilah sy nekat menuliskan kisah ini. Dengan persetujuan pihak yg bersangkutan. Smoga ada pelajaran yg dpt diambil.
Ya ampun Mba, ternyata keponya sama spt saya yaa. Pengen dicurhatin hahahaha. Ayat ayat cinta 2 aja blm tayang Mba, ini sdh lgsg ketiga ya wkwkwk
Ya Mba sy menulis ttg sahabat sy ini karena ingin memberikan gambaran bhw tdk selamanya poligami disebabkan oleh keinginan si suami saja tp istri pun bs menyebabkan suaminya memutuskan untuk poligami.
Nah setuju bgt. Yang salah bukan poligaminya tapi pelakunya.
Suka miris melihat orang yg dg mudahnya menghakimi orang lain padahal tidak tahu apa yg sebenarnya terjadi.
Huahaha jangan diemposin anak orang Mpo, kasian wkwkwk. Banyak org yg mementingkan egonya saja dan menjadi buta hingga mau mengorbankan hal yg paling penting dalam hidupnya.
Iya Mas bener bgt. Pasti bnyk pertimbangannya krn poligami tidaklah mudah.
Klo Si A ikut pindah ke Jepang trus gmn karir si A? Sampai kpn mengorbankan perasaan dan kepentingannya utk istri terus? Disinilah keegoisan yg berbicara.
Amiin. Makasih utk doanya. Oh ya semua komen di postingan ini dibaca oleh A. Dia mengucapkan terimakasih.
Kasus spt ini bukan hanya A saja yg mengalami, ada lagi yg memiliki nasib serupa spt ini. Mak juga gagal paham dan nyoba dipaham pahamin.
Untuk Mba Elda (semoga baca ya), sy sebenarnya ingin menjawab semua pertanyaan dan komentar Mba lewat email atau melalui BW balik dulu tapi nama Mba tidak bisa diklik. Kenapa komen Mba sy hapus krn sy mengira Mba hny org iseng yg ingin mencari2 kesalahan dlm tulisan saya. Insya Allah sy bisa menjelaskan semuanya dan nama beliau ada secara administratif. Tp sy tidak bs menyebutkan disini krn ada bbrp alasan. Disini sy ingin me jelaskan bhw dlm dunia kedokteran, spesialis itu setara S2 dan Tmn sy itu memang benar mengambil S3 namun dlm kedokteran itu masuknya ke konsultan. Krn memang inti cerita saya bkn di jenjang pendidikannya, Mba, jd sy mengulasnya hny secara umum. Dan sy tidak bisa menceritakan secara detil dia di RS mana, kuliah jurusan apa krn ada alasan2 kuat knp sy tdk bs mempublikasikan si dokter ini karena menyangkut ikatan pekerjaannya. InsyaAllah sy juga ngga asal Mba dlm menulis. Dan sy yakin admin KEB akan menelaah terlebih dulu ttg tulisan sy itu. Sy telah mengedit bbrp bagian spy tdk terjadi kesalahpahaman spt ini. Terimakasih untuk perhatiannya.
Ya ampun Mak, aku bengong baca cerita ini, cuma bissa bilang subhanallah…
Hemm… maaf kalau kata saya ini namanya menjebak si suami. Harusnya dibicarakan semuanya sebelum menikah. Atau mungkin, udah dibicarakan tapi ternyata makin ke sini, malah bablas. Awalnya saya udah mikir, ini bini semacam pingin cerai tapi ada hal yg mengganjal. Ternyata benar juga.
Kesimpulan dari cerita ini yg saya tangkap adalah… jika ingin poligami berjalan super mulus, nikahilah perempuan yg kagak cinta2 amat. 😛 Elu ada ya udah, elu nggak ada ya bodo amat.
Okeh besok picnic sambil lamaran. Sempurna.
Dalam tulisan ini, saya harus menyamarkan orang-orang yg terlibat didalamnya terutama si dokter. Karena menyangkut nama baik dan beberapa alasan lainnya. Tulisan saya ini bisa dibaca oleh siapapun termasuk kolega si dokter, kolega teman sy, dll. Dan sy hrs menjaga nama baik mereka.
Dan masih untuk Mba Elda, si dokter ini saat ini statusnya bkn lg mahasiswa di Jepang krn saat suaminya menikah lagi diawal 2014 dia sdh selesai kuliah tp ngga mau pulang. Dan kenapa dia bisa sampai bekerja di sebuah RS di sana itu pun melalui proses panjang yg ada tahapannya.
Aduh asli seru banget ceritanya, berasa kek lagi nonton film mak. Keknya bagus deh kalo di filmkan, dan endingnya istri pertama A, akan menyesali keputusannya, halah so tau ya aku. Heheh…. Good story mak, mudah2 ini akan menjadi contoh untuk para istri yg selalu ingin mengejar karier. "Hidup memang pilihan" tapi kebahagian bersama anak dan suami adalah yang utama. Kalo buat aku ya…. Hihi.
kisah runut dan real ini, bisa loh untuk di ajukan ke produser dan di filmkan. selain bagus buat pendidikan poligami dan sebagai pengertian kepada masyarakat. he he