Demam Berdarah di Indonesia: Kondisi Terkini dan Langkah Penanganannya
Kondisi Terkini dan Langkah Penanganan Demam Berdarah Dengue di Indonesia
Demam berdarah dengue atau demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Di Indonesia, demam berdarah telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan selama beberapa dekade terakhir. Dengan kondisi iklim tropis yang mendukung perkembangan nyamuk pembawa penyakit ini, serta urbanisasi yang cepat dan kurangnya infrastruktur sanitasi yang memadai, Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat kejadian demam berdarah yang cukup tinggi di dunia.
Untuk melawan dan memerangi demam berdarah dengue diperlukan kerjasama dan partisipasi semua pihak, tidak hanya pemerintah dan pihak terkait, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI namun juga pihak swasta dan masyarakat pada umumnya. Diperlukan langkah dan aksi bersama untuk melawan demam berdarah demam berdarah dan mensukseskan target pemerintah untuk mencapai nol kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030 mendatang.
Menurut dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ditjen P2P, Kemenkes RI, untuk mencapai target kematian akibat DBD pada tahun 2030, diperlukan peran aktif seluruh masyarakat. Sangat krusial untuk membangun sebuah sinergi yang kuat antara sektor publik yaitu pemerintah dan sektor swasta. Blueprint-nya sudah ada yaitu Strategi Nasional Penanggulangan Demam Berdarah 2021-2025. Tetapi penerapan pengendalian dan pencegahan harus dilakukan pada tingkat terkecil yaitu keluarga. Harus ada salah satu anggota keluarga yang melakukan tugas sebagai petugas pembersih jentik nyamuk. Satu orang ini yang bertanggung jawab terhadap pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti melalui gerakan 3M Plus.
Contents
Kondisi Terkini Demam Berdarah Demam Berdarah di Indonesia
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Indonesia, kasus demam berdarah di negara ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2023, tercatat sekitar 114.435 kasus DBD di 465 Kab/Kota di 34 Provinsi dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini mencapai 894 jiwa kasus di seluruh Indonesia. Provinsi-provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi seperti Jawa, Sumatera, dan Bali, menjadi daerah yang paling terkena dampak penyakit demam berdarah.
Semua orang di Indonesia berisiko terkena DBD melihat tanpa umur, di mana mereka tinggal, dan gaya hidup. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebanyak 143.226 kasus demam berdarah yang tercatat sepanjang tahun 2022, 39,04% nya merupakan golongan produktif dari rentang umur 15-44 tahun. Sementara pada anak-anak, demam berdarah demam berdarah merupakan penyebab kematian nomor enam tertinggi. Oleh karena itu, sangat penting bagi seluruh masyarakat secara produktif untuk tetap melakukan pencegahan demam berdarah dengue secara komprehensif.
Selain itu, adanya pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu juga memberikan dampak tersendiri terhadap penanganan demam berdarah di Indonesia. Fokus pemerintah dan sumber daya kesehatan masyarakat banyak dialihkan untuk menangani COVID-19, yang mengakibatkan berkurangnya perhatian terhadap upaya pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue. Dan saat ini setelah berhasil meredakan pandemi COVID-19, fokus pemerintah mulai kembali untuk menangani serta melawan pendarahan demam di Indonesia. Pemerintah juga menargetkan mencapai zero kematian akibat demam berdarah dengue pada tahun 2030.
Untuk mensukseskan program pemerintah tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI terus melakukan edukasi mengenai pentingnya mencegah dan melawan demam berdarah dengue melalui 3M Plus (menutup, menguras, mendaur ulang plus mencegah perkembangbiakan nyamuk) serta menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk menyediakan vaksin demam berdarah. Demam berdarah dengue dapat terjadi berulang kali dan hingga hari ini belum ada pengobatan yang khusus untuk demam berdarah dengue (DBD).
Langkah Pemerintah dalam Penanganan Demam Berdarah Demam Berdarah di Indonesia
Pemerintah terus melakukan berbagai langkah dalam upaya penanganan demam berdarah dengue sekaligus sebagai upaya mencapai target menjadikan pemerintah Indonesia nol persen demam berdarah dengue pada tahun 2030 mendatang. Langkah pemerintah tersebut meliputi pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti melalui inovasi terbaru yaitu wolbachia(teknologi biologi untuk mengendalikan demam berdarah dengue), larvasida, pemberantasan tempat perindukan nyamuk, serta terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya 3M Plus.
Pemerintah juga berusaha secara masif dan aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi pengendapan udara di sekitar rumah, menutup tempat air bersih serta menjaga kebersihan tempat tinggal untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah demam berdarah. Nyamuk ini senang hidup di air bersih karena tempat penampungan air bersih harus dibersihkan secara rutin dan ditutup.
Langkah berikutnya yang dilakukan pemerintah dalam upaya anggota sekaligus melawan demam berdarah dengue yaitu dengan cara meningkatkan kapasitas sistem kesehatan, termasuk penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan peningkatan keterampilan tenaga medis dalam diagnosis dan penanganan demam berdarah dengue. Pengobatan demam berdarah dengue ini dilakukan melalui terapi cairan untuk menghindari terjadinya pendarahan. Petugas kesehatan harus selalu memberikan edukasi pada masyarakat awam mengenai gejala demam berdarah dengue sehingga penyakit ini cepat dapat ditangani dan tidak menimbulkan risiko kematian.
Edukasi mengenai gejala demam berdarah dengue penting dilakukan. Masyarakat perlu diberikan edukasi agar memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai gejala dan cara pencegahan demam berdarah dengue. Semua pihak harus berpartisipasi serta anggota aktif dan melawan demam berdarah. Pemerintah melalui Kemenkes RI terus melakukan kampanye penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala demam berdarah, pentingnya mencari perawatan medis yang tepat waktu, serta cara-cara pencegahan demam berdarah yang efektif.
Selain langkah-langkah tersebut, pemerintah bersama pihak-pihak terkait, terus melakukan pengembangan vaksin demam berdarah. Vaksin dipercaya sebagai cara yang murah dan efektif dalam memerangi serta melawan demam berdarah. Saat ini di Indonesia sudah ada vaksin demam berdarah dengue yang bisa dipakai untuk usia 6 hingga 45 tahun.
DBD tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerja sama antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat secara luas. Melalui upaya pencegahan yang terintegrasi, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan pengembangan sumber daya kesehatan yang memadai, diharapkan dapat mengurangi beban penyakit dan kematian akibat demam berdarah di Indonesia #Ayo3MplusVaksinDBD