Kesehatan

Edukasi Gizi Sejak Dini Melalui Cara yang Menyenangkan

Webinar Edukasi Gizi Sejak Dini Melalui Cara yang Menyenangkan

Masalah gizi masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh Indonesia. Bahkan beberapa penelitian terbaru menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia cenderung meningkat di masa pandemi COVID-19. Indonesia tidak hanya mengalami masalah gizi buruk saja tetapi juga menghadapi masalah obesitas atau kelebihan berat badan yang terjadi pada anak-anak. Gizi buruk dan obesitas pada anak merupakan masalah malnutrisi yang masih menjadi pekerjaan rumah terbesar Indonesia terkait permasalahan gizi.

Obesitas yang dialami anak Indonesia dikarenakan kurang seimbangnya asupan makanan yang dikonsumsi anak. Anak-anak kurang dibiasakan menyantap berbagai jenis makanan. Ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan tanpa memperhatikan gula, garam dan lemak menjadi salah satu penyebab obesitas pada anak terus meningkat.

Beban ganda malnutrisi adalah koeksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun mikronutrien. Dampak double burden of malnutrition ini akan terjadi di sepanjang kehidupan. Keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin dengan meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan terhadap resiko mengidap penyakit tidak menular di kemudian hari menjadi rantai panjang dari dampak beban ganda malnutrisi.

Untuk mengatasi permasalahan gizi, edukasi gizi sejak dini melalui cara yang menyenangkan seharusnya semakin digiatkan. Hal ini bertujuan agar anak juga memahami pentingnya menerapkan pola makan dengan gizi seimbang untuk mencegah dan mengatasi masalah malnutrisi. Bukan hanya orang tua saja yang harus memiliki literasi gizi yang baik namun anak dan pendidik pun harus memiliki pemahaman dan kebiasaan menerapkan pola makan dengan gizi seimbang.

Pak Arif salah satu narasumber webinar gizi Sahabat YAICI

Terkait dengan edukasi gizi sejak dini melalui cara yang menyenangkan, Sahabat YAICI (Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia) mengadakan webinar dengan tema Edukasi Gizi Sejak Usia Dini Melalui Metode yang Menyenangkan. Webinar ini menghadirkan narasumber Bapak Arif Hidayat (Ketua Harian YAICI), Ibu Chandrawaty, dr. Piprim Basarah dan pendongeng M. Awan Prakoso.

Rendahnya literasi gizi menjadi penyebab Indonesia masih mengalami masalah malnutrisi baik itu kekurangan gizi mikro, makro dan gizi lebih. Pak Arif mengutip Studi Status Gizi Indonesia tahun 2021 yang menunjukkan prevalensi balita stunting 24,4%, underweight 17% dan wasting 7,1%. Masalah obesitas pada anak Indonesia semakin tinggi karena kurangnya edukasi tentang bahayanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang kurang layak dikonsumsi seperti tinggi gula, mengandung pemanis buatan, pengawet dan perasa makanan.

Untuk tumbuh kembang optimal, anak harus memperoleh asupan gizi seimbang

Anak yang tidak memperoleh nutrisi yang seimbang dan tepat sesuai dengan usia anak menyebabkan anak mengalami gagal tumbuh. Tumbuh kembang anak yang kurang optimal dan kemudian dapat menjadi gagal tumbuh, dapat dicegah melalui pemberian nutrisi yang tepat. Terutama sejak anak dalam kandungan hingga 1000 HPK (hari pertama kehidupan) yang merupakan golden age anak.

Seperti pemaparan dr.Piprim, kekurangan gizi anak dapat dicegah melalui pemberian makanan tinggi protein dan asam amino. Asam amino dapat diperoleh melalui protein hewani, dapat berupa hasil hewani dan susu. Telur, ikan, ayam dan susu. Susu yang diberikan pada anak haruslah susu dengan berbagai nutrisi yang terkandung di dalamnya. Bukan kental manis.

Cukup banyak orangtua di Indonesia yang masih memiliki persepsi yang salah terkait kental manis. Kental manis bukan susu tapi minuman berperisa susu dengan kandungan gula yang tinggi. Kental manis adalah sirup dengan perisa susu yang bukan untuk dikonsumsi sebagai susu tapi hanya sebagai toping saja.

Kebutuhan harian susu pada anak adalah 2 gelas sehari. Bayangkan jika anak minum kental manis setiap hari, berapa banyak gula yang dikonsumsinya. Kental manis bukan susu dan mengandung gizi yang rendah. Ironisnya masih banyak orangtua yang belum mengetahui bahwa kental manis bukanlah susu. Untuk tumbuh kembang optimal, anak-anak harus diberikan susu sesuai dengan usianya dan makanan dengan gizi seimbang.

Edukasi gizi sejak dini melalui cara yang menyenangkan dapat dilakukan melalui contoh dan perilaku orang tua. Dapat pula melalui cerita atau dongeng sehingga anak memperoleh literasi tentang gizi. Selain orang tua, guru juga menjadi ujung tombak edukasi kesehatan termasuk masalah gizi. Jika anak memiliki pengetahuan tentang makanan dengan gizi seimbang sejak kecil, diharapkan permasalahan gizi terutama malnutrisi dapat segera teratasi. 

Pentingnya literasi gizi sejak dini untuk mewujudkan generasi emas 2045

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button