Lifestyle

Bedah Buku Jokowi Menuju Cahaya Karya Albertine Endah

Bapak Joko Widodo

Pakde Jokowi atau Bapak Joko Widodo dari hari ke hari makin membuat hati mamak jatuh hati. Berawal dari beberapa kali kesempatan untuk ikut dalam agenda Pakde Jokowi meninjau proyek pembangunan infrastruktur dan melihat sendiri bagaimana Beliau berinteraksi dengan masyarakat setempat dan keseriusan serta ketelitian Pakde dalam meninjau proyek tersebut menorehkan kesan cukup dalam untuk mamak sebagai seorang rakyat jelata. 
Mamak melihat pula, beberapa menteri dalam kabinet Jokowi-JK terbawa etos kerja Pakde yang super duper padat. Bergerak, bergerak dan bergerak. Bisa dibilang, para menteri harus mampu cekatan mengimbangi irama kerja Pakde sebagai pemimpin mereka. Di mata mamak, kabinet inilah kabinet yang paling dinamis dan paling repot mengurusi rakyat. Dan ternyata anggapan mamak ini dibenarkan oleh Bu Siti Nurbaya sebagai salah satu menteri dalam kabinet Jokowi-JK. 
Bedah Buku Jokowi Menuju Cahaya

Bu Siti Nurbaya dalam acara Bedah Buku Jokowi Menuju Cahaya yang berlangsung di Puri Begawan Bogor pada tanggal 3 Februari kemarin, menyatakan bahwa para menteri harus siap dan sigap dalam bekerja untuk kemajuan negeri ini. Pakde Jokowi memberikan contoh nyata bagaimana seorang pemimpin itu bekerja. Semua menteri harus saling bersinergi untuk kemajuan negeri ini. Pakde Jokowi seringkali menggelar rapat kerja dengan tujuan agar para menteri kabinetnya terlibat langsung dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapi oleh rakyat.
Bedah Buku Jokowi Menuju Cahaya juga dihadiri oleh Mba Albertine Endah sebagai penulisnya. Mba Albertine menuturkan bahwa buku ini bercerita tentang perjalanan seorang Joko Widodo dalam memimpin Indonesia selama empat tahun kepemimpinannya. Jokowi Menuju Cahaya berisi tentang pemikiran dan curahan hati Pakde Jokowi selama menjadi Presiden RI. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Tiga Serangkai dan dapat dibeli di semua gerai Toko Buku Gramedia.
Cover Depan
Karya Albertine Endah

Buku ini, mengungkapkan pemikiran Pakde Jokowi tentang seorang pemimpin negara. Pakde Jokowi mengungkapkan bahwa memimpin sebuah negara bukanlah tentang bagaimana menjadi populer tapi bagaimana menciptakan masa depan yang lebih baik bagi rakyat. Pembangunan tak selalu manis. Prosesnya mungkin pahit. Namun, itu dilakukan demi tujuan yang bercahaya di depan nanti.

“Saya tidak mengatakan Indonesia berada dalam kegelapan. Namun, seharusnya cahaya lebih banyak menyinari negeri ini. Banyak hal buruk kita biarkan. Banyak hal berpotensi tak kita gali. Mungkin selama ini kita tak berani atau tak percaya bahwa cahaya itu ada” (Jokowi Menuju Cahaya).

Buku setebal 383 halaman ini memuat 12 bab yang bercerita tentang sepak terjang Pakde Jokowi sebagai seorang pemimpin negeri ini selama empat tahun kepemimpinannya. Bukan hanya itu saja, buku ini juga berisi curahan hati seorang putera Solo yang sejak kecil merasa tergerak hatinya melihat kemiskinan disekitar tempat tinggalnya, di bantaran kali kota Solo. Kondisi inilah yang menjadi sumber inspirasi terbesar bagi Pakde Jokowi untuk “berbuat sesuatu” agar negeri ini memiliki kehidupan yang lebih baik.

“Pemukiman kumuh di bantaran kali itu mengajarkan saya kekuatan yang begitu dahsyat. Kaum marginal begitu tegar dan hidup penuh keberanian. Ketangguhan jiwa rakyat terbawah menjadi inspirasi besar saya”.

Pada salah satu bab di dalam buku ini, bertutur tentang keinginan Pakde Jokowi untuk dapat membangun Indonesia dengan adil. Mendewasakan kota dan daerah yang telah maju serta memapah dan menopang daerah-daerah yang menderita. Karena itulah Pakde Jokowi memberikan perhatian yang cukup besar terhadap daerah-daerah yang masih tertinggal. 

Harapan untuk Indonesia

Pakde Jokowi fokus pada pembangunan infrastruktur di pelosok negeri. Menurutnya semua negara di dunia ini akan melakukan pembangunan infrastruktur sebagai syarat dasar sebuah negara untuk berkembang. Pembangunan infrastruktur ini bertujuan untuk menggenjot kemajuan ekonomi sehingga negara tersebut menjadi lebih maju dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Indonesia pun harus melakukannya meskipun untuk itu dibutuhkan biaya yang besar. Jika Indonesia tak melakukan pembangunan infrastruktur maka semakin tertinggal dibandingkan negara lainnya.

Mba Albertine bercerita, untuk dapat menggali mengenai kepemimpinan Pakde Jokowi, beberapa kali  ia harus mengikuti perjalanan Pakde Jokowi meninjau proyek pembangunan infrastruktur di beberapa daerah. Dan ternyata agenda Pakde Jokowi sangat padat. Nyaris tak ada waktu yang terbuang percuma. Pakde Jokowi hanya mengenal kata “kerja, kerja dan kerja” untuk kemajuan negeri ini.

Kerja,kerja dan kerja

Mba Albertine juga mengatakan bahwa buku ini bertutur tentang bagaimana seorang Joko Widodo memimpin Indonesia dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Bukan hanya mengupas tentang sepak terjang Pakde Jokowi sebagai presiden, tapi berisi pula tentang harapan seorang pemimpin negara terhadap negeri yang dicintainya. Pakde Jokowi berharap Indonesia akan semakin tajam menatap tujuan dan Beliau meyakini bahwa negeri ini akan dilimpahi cahaya ketika telah berhasil menguak kabut. Dan saat ini, Indonesia sedang berada dalam proses tersebut, menuju Indonesia yang lebih baik.

Di lain bab, buku ini mengisahkan tentang strategi yang dipakai oleh Pakde Jokowi dalam memimpin negeri ini. Pakde Jokowi menyatakan bahwa rakyat dan pemerintah harus bersinergi untuk menciptakan solusi yang baik. Energi dan hati rakyat harus ada di dalam keputusan paling bijaksana. Rakyat harus merasa bahwa mereka dimanusiakan.
Menurutnya, tak ada negeri tanpa masalah. Siapapun pemimpin negara, pasti akan menginginkan untuk dapat memerangi atau mengurangi masalah. Namun permasalahannya adalah menemukan jawaban dari pertanyaan mana persoalan yang harus diselesaikan dengan proses dan mana yang harus ditumpas. Dan Beliau memilih untuk tidak lunak pada sesuatu yang merusak.
Jokowi Menuju Cahaya berisi curahan hati seorang Pakde Jokowi yang mengabdikan dirinya untuk negeri ini. Demi kemajuan bangsa ini. Baginya, sehebat apapun seorang pemimpin, tidaklah ada artinya jika tidak mampu membawa rakyat pada semangat abadi untuk terus bergerak maju. Sebab, sebuah negara akan terus berjalan dengan penuh semangat. Bukan hanya untuk satu atau dua periode saja tapi untuk seterusnya.

“Memimpin sebuah negara bukanlah tentang apa yang bisa dilakukan untuk mendapatkan simpati rakyat selama lima atau sepuluh tahun ke depan. Tapi mengarahkan rakyat untuk berjalan menuju masa depan yang lebih baik. Sungguh pun untuk mencapai itu, kita harus bersama-sama berjuang dan merasakan pahit terlebih dulu. Cahaya akan datang setelah kita menyibak kabut gelap” (Jokowi Menuju Cahaya).

Buku Jokowi Menuju Cahaya memberikan gambaran detil mengenai sosok Joko Widodo, baik itu sebagai seorang pemimpin negara maupun Joko Widodo sebagai seorang suami dan ayah dari ketiga orang putra putrinya. Buku yang dibandrol dengan harga Rp. 187.000,- ini akan menjawab semua pertanyaan terkait Pakde Jokowi terutama dalam menjalankan pemerintahan selama empat tahun terakhir. Termasuk sikap yang dipilih Pakde Jokowi dalam menghadapi segala penghinaan, caci maki, celaan, tuduhan bahkan gempuran fitnah dan berita hoax yang gencar dilayangkan untuknya. 

“Walau dalam perjalanannya, kesabaran saya sungguh diuji. Caci maki, protes keras dari pihak yang tak menyukai saya dan penghinaan terus mengalir. Saya sabar. Tidak banyak menjawab. Mereka yang memprotes dengan keras akan melunak dengan sendirinya setelah waktu memperlihatkan dampak baik dari apa yang sedang dibangun. Biarlah, caci maki adalah bagian dari pendewasaan” (Jokowi Menuju Cahaya).

Yess sekali lagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button