Kesehatan
Asia Pacific Food Forum Untuk Masa Depan Bumi Yang Lebih Baik
Pernah kepikiran ngga siy jika dua puluh atau tiga puluh tahun kedepan kita akan menghadapi krisis pangan? Terutama beras sebagai bahan makanan pokok bangsa kita. Loh kog bisa? Bisa banget. Jika terus menerus kita mengonsumsi beras tanpa memikirkan ketahanan pangan ya lama-lama bahan pangan kita akan menipis karena semakin banyak populasi manusianya sedangkan sumber pangannya tidak bertambah bahkan cenderung semakin berkurang. Lahan untuk menanam padi, diganti menjadi perumahan, mall dan bangunan lainnya. Lalu harus bagaimana dong supaya kita tidak mengalami krisis pangan? Satu-satunya jalan adalah dengan mengatasi masalah ketahanan pangan.
Pasti belum banyak yang tahu kalau pada tanggal 30-31 Oktober 2017 kemarin, Indonesia menjadi tempat diselenggarakannya Asia Pasific Food Forum (APFF). Forum ini merupakan forum pertama yang diadakan di kawasan Asia Pasifik dalam sepuluh tahun Aksi PBB untuk nutrisi (2016-2025). APFF adalah forum internasional yang mempertemukan semua stakeholders dibidang kesehatan, lingkungan hidup dan sistem pangan yang berasal dari berbagai negara. APFF dihadiri oleh 500 peserta dari sektor pemerintahan, perusahaan multinasional, akademisi, masyarakat sipil dan media di kawasan Asia Pasifik.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki masalah sistem pangan, kesehatan dan lingkungan hidup yang cukup serius. Dengan menjadi penyelenggara forum Asia Pasifik ini, pemerintah menunjukkan itikad baiknya untuk duduk bersama mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Indonesia berharap dengan adanya APFF ini maka dapat diperoleh solusi dalam upaya mengatasi masalah kekurangan nutrisi seperti gizi buruk dan stunting atau kate/cebol.
APFF merupakan sebuah upaya untuk terus mendukung pengembangan inovasi sistem pangan berkelanjutan. Melalui forum yang dipelopori Indonesia inilah diharapkan akan ada penyampaian hasil riset, pertukaran gagasan antar stakeholder skala regional maupun global. Melalui forum ini, Indonesia siap duduk bersama mencari solusi pengembangan inovasi sistem pangan termasuk masalah terus menurunnya jumlah petani usia produktif.
Forum ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengetahuan apa yang mereka makan agar bisa hidup sehat lebih lama. Memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa makanan sehat tidak harus mahal dan mewah. Perubahan gaya hidup dan meningkatnya trend penyakit tidak menular adalah bukti yang menunjukkan bahwa ada yang salah dengan kebiasaan makan dan pengetahuan akan apa yang dimakan.
Berkaitan dengan penyelenggaraan APFF ini, diadakanlah presscon mengenai penyelenggaraan forum ini. Presscon diadakan di Ruang Kaca Gedung Adyatma KeMenKes, Jak-Sel. Presscon menjelaskan mengenai tujuan dilaksanakannya APFF 2017 di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mempercepat aksi, mendukung kolaborasi ilmiah, memfasilitasi persebaran informasi terkait praktik baik yang telah berhasil dilaksanakan serta merancang solusi untuk mengatasi tantangan krusial terkait sistem pangan di Asia Pasifik.
Dengan diselenggarakannya APFF diharapkan mampu membuat para investor asing dibidang pangan akan datang untuk berinvestasi di Indonesia. Dan hal ini akan memicu potensi ekonomi yang dapat direalisasikan. Forum ini juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memecahkan masalah pangan dan nutrisi. Ada beberapa acara pada APFF yaitu diskusi panel dan competence forum.
Dalam acara presscon tersebut hadir seorang praktisi pangan herbal yang merupakan pendiri dan CEO dari Javara yaitu Mba Helianti Hilman. Mba Helianti memaparkan bahwa masalah pangan ini dapat diatasi dengan cara mulai mengonsumsi bahan pangan yang lebih variatif dan berasal dari bumi ibu pertiwi ini. Indonesia ini bukan hanya indah namun penuh dengan kekayaan hayati yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah krisis bahan pangan.
Indonesia memiliki tanaman herbal yang dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dan memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Salah satu tanaman asli Indonesia yang membuat Saya takjub adalah daun kelor. Kandungan nutrisi yang dikandung dalam daun kelor ternyata sangat tinggi. Daun kelor mengandung 14Xkalsium susu dan 7X protein daripada tahu tempe. Sayangnya belum banyak yang tahu tentang manfaat daun kelor ini. Padahal daun kelor banyak memiliki kelebihan dan dapat ditemukan dengan mudah.
Indonesia ini kaya akan tanaman yang tidak saja enak namun berkhasiat. Sayangnya pemanfaatannya masih sangat minim. Saya baru tahu ternyata emping atau melinjo tidak membuat sakit rheumatik dan asam urat seperti yang dihebohkan selama ini. Bahkan penelitian tentang melinjo telah cukup lama dilakukan di Jepang.
Masyarakat diharapkan dapat mengenal lebih banyak lagi tanaman herbal yang banyak tumbuh di bumi ini. Diperlukan pula dukungan semua pihak yang terkait sehingga diversifikasi pangan dapat terwujud. Masyarakat harus mulai membiasakan makan makanan yamg memiliki asupan nutrisi yang baik dan tidak mesti mahal. Harus mulai mencoba nih mengganti nasi dengan kentang atau singkong. Dengan meningkatnya kesadaran untuk mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang, diharapkan mampu menurunkan jumlah penderita PTM atau penyakit tidak menular. Dan Indonesia akan lebih sehat dan mampu mengatasi masalah krisis pangan, kesehatan dan lingkungan hidup.
Daun kelor ternyata banyak juga ya manfaatnya untuk kesehatan. Saya belum pernah lihat daun kelor, haha… Iya sayuran pun salah satu makanan yang cukup murah (walau ada memang yg mahal) dan pastinya menyehatkan.